“Del ... Bangun sayang ....” Jayden memegangi telapak tangan Delia. Sesekali menciuminya dengan lembut.
Semalaman Jayden tidak tidur. Tapi rasa kantuk sama sekali tidak mengganggunya. Yang ia pikirkan saat ini adalah kesehatan Delia.
Semalam, Jayden pulang ke kontrakannya. Beruntung pintu tidak terkunci, jadi ia bisa masuk. Perasaan Jayden semakin tidak enak menyadari semua lampu kontrakan dalam keadaan mati. Dan keterkejutan Jayden bertambah saat melihat Delia terkapar di atas lantai. Delia tidak sadarkan diri!
Jayden panik. Tubuh Delia begitu dingin. Tanpa pikir panjang, ia segera membawa Delia ke rumah sakit.
“Del ... Bangun sayang ....” Entah kali ke berapa Jayden mencoba membangunkan Delia. Suaranya semakin parau.
Pelupuk mata Delia bergetar. Ia merasa ada seseorang yang memanggilnya. Delia akhirnya sadar.
“Jay, kamu kenapa?” tanya Delia lirih.
“Del, kamu sudah bangun sayang?” Antara terkejut dan bahagia, Jayden segera memanggil dokter jaga.
Dokter mengatakan, asam lambung Delia tinggi. Dan ia kehilangan kesadaran setelah kehilangan banyak cairan.
“Kemarin kamu tidak makan, Del?” tanya Jayden usai kepergian dokter.
Delia diam.
“Maafkan aku sayang, aku tidak bisa menjaga kamu. Entah berapa lama kamu tidak sadarkan diri di sana. Aku sungguh minta maaf, Del.”
“Sudahlah Jay, bukan salah kamu. Kamu sudah menyuruhku makan. Aku saja yang gak nurut.”
“Engga sayang, ini salahku. Aku yang gak bisa jaga kamu.” Jayden tetap bersikukuh.
“Bagaimana acaranya lancar?” Alih-alih rebutan untuk menentukan siapa yang salah, Delia segera mengganti topik pembicaraan.
“Lancar sayang,” jawab Jayden
“Maaf aku gak nonton, pinjem hape kamu.”
“Buat apa?” tanya Jayden.
“Mau nonton siaran ulangnya.”
“Nanti aja Del, setelah kamu sehat, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau.”
Delia akhirnya pasrah.
“Sekarang katakan, kamu belum makan dari kemarin?”
“Makan kok.”
“Makan apa? Hm?”
“Emmm ... Mie rebus.”
“Mie rebus? Sejak kapan kamu suka makan mie rebus?”
Sejak menikah, se-kekurangan apa pun kehidupan mereka, Jayden tidak pernah melihat Delia makan mie instan. Lebih jauh lagi, dari pertama kali Jayden mengenal Delia, tidak pernah melihat Delia makan makanan tersebut. Delia memang pernah bercerita, kalau orang tuanya sangat protektif soal makanan. Mereka tidak pernah membiarkan anak-anaknya makan makanan instan.
“Sejak kemarin,” jawab Delia takut-takut.
“Kemarin?” ulang Jayden.
“Kata sopir taksi, kalau dia lagi galau, biasanya makan mie pake cabe yang banyak.”
“Memangnya kamu lagi galau?”
“Eh itu ....”
“Kamu cemburu melihat aku bersama Bintang kemarin?”
Delia mengangguk-anggukkan kepalanya. Hal itu membuat Jayden tertawa gemas karenanya.
“Kok malah ketawa?” Delia protes.
“Kamu lucu, ngegemesin, istri siapa sih ini?” Jayden mencubit kedua pipi Delia, membuat Delia sedikit mengaduh.
“Aw!”
“Cepet sembuh sayang, besok aku mau mengajak kamu ke suatu tempat.”
“Kemana?”
“Makanya sembuh dulu, nanti kamu tahu.”
“Ish!”
Sesuai janji Jayden, keesokan harinya ia membawa Delia ke tempat yang ia rencanakan. Tidak seperti biasanya, ia kini mengajak Delia naik mobil pemberian Dave.
“Kok naik mobil? Memangnya kita mau ke mana?” tanya Delia.
“Kamu bawel deh, diem aja, nanti juga tahu.” Jayden masih belum mau memberi spoiler ke mana mereka akan pergi.
Mobil memasuki area perumahan di daerah Jakarta utara. Delia semakin bingung, apa yang akan Jayden lakukan di sana. Mungkinkah ia akan mengajak Delia berkunjung ke rumah seseorang?
Mobil yang Jayden kendarai terus melaju, hingga berhenti di depan sebuah rumah berlantai dua. Jayden mengajak Delia keluar dari mobil.
Seorang pria berpakaian rapi menyambut kedatangan Jayden. Sepertinya memang Jayden sudah janjian dengan pria tersebut.
Setelah memperkenalkan diri, Delia baru tahu kalau pria di hadapannya adalah seorang agen properti. Ternyata, tanpa Delia ketahui, diam-diam Jayden menghubungi agen properti untuk mencarikannya rumah.
“Kamu suka?” tanya Jayden.
“Ini rumah kita?” tanya Delia.
Jayden mengangguk.
Delia memeluk Jayden erat, “aku suka, suka banget Jay!”
“Mari saya ajak berkeliling,” ajak agen tersebut.
Delia sangat antusias melihat-lihat setiap sudut ruangan di rumah tersebut. Rumahnya memang tidak semewah rumahnya dulu, tapi tentu lebih baik daripada kontrakannya saat ini.
Secara keseluruhan, ada lima kamar di rumah ini. Tiga kamar di lantai atas, satu kamar tamu, dan satu kamar untuk asisten rumah tangga.
Setiap kamar, kecuali kamar tamu sudah ada kamar mandi sendiri di kamar masing-masing.
Selain itu, ada ruang tamu dan ruang keluarga yang cukup luas. Entah mengapa Jayden membeli rumah dengan ruang keluarga seluas itu, jika pada kenyataannya mereka hanya tinggal berdua.
“Biar anak-anak kita bebas berlarian di rumah.” Begitulah jawaban Jayden ketika Delia mempertanyakannya.
“Anak?” ulang Delia.
“Iya. Kamu gak mau mengandung anak aku?”
“Tentu saja aku mau,” jawab Delia.
Di bagian belakang, ada kolam renang. Tidak luas, namun sangat cukup untuk berenang mereka berdua. Di sampingnya masih ada ruangan kosong yang bisa dipakai untuk alat-alat gym, atau apa pun nantinya.
“Jadi bagaimana mas?” tanya agen properti tersebut.
“Terserah istri saya saja,” jawab Jayden seraya menoleh ke arah Delia.
“Aku suka kok Jay,” timpal Delia.
“Baik, saya akan segera menghubungi pemilik rumah. Saya permisi sebentar.” Agen tersebut meninggalkan sepasang suami istri tersebut.
Beberapa saat kemudian, agen tersebut kembali. Ia memberitahukan bahwa pemilik akan segera ke Jakarta besok pagi. Ia juga akan mengatur pertemuan mereka di depan notaris untuk mengurus surat-surat terkait.
“Baik, kalau begitu saya permisi.”
Jayden dan Delia pergi meninggalkan rumah tersebut. Sebentar lagi, mereka akan segera pindah ke rumah baru. Delia harus mulai mendata, barang-barang apa saja yang akan ia beli untuk mengisi rumah baru mereka.
Menjelang tengah hari, Jayden mengajak Delia ke sebuah acara off air. Di mana ia akan mengisi acara di sana pada sore harinya. Dari pada tampil on air, Jayden sebenarnya lebih sering tampil off air. Banyak acara yang ia bintangi, mulai dari pembukaan ulang tahun perusahaan, acara politik, atau bahkan acara amal seperti yang Jayden tuju saat ini.
“Kamu yakin mengajak aku Jay?” tanya Bintang.
“Acaranya off air, jadi gak masalah. Gak akan ada kamera di sana.”
“Benarkah?”
“Heem.”
Mobil melaju ke sebuah universitas swasta yang cukup ternama di ibu kota. BEM di universitas tersebut mengadakan penggalangan dana untuk saudara-saudara muslim di Palestina. Mereka mengundang beberapa artis untuk meramaikan acara, salah satunya pasangan yang sedang hits, Jayden dan Bintang.
Jayden turun dari mobil terlebih dahulu usai memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus tamu undangan. Kemudian ia membukakan pintu mobil untuk Delia. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam sebuah tenda yang sudah di siapkan untuk para pengisi acara.
Ternyata Bintang sudah sampai terlebih dahulu. Ia tersenyum ceria melihat kedatangan Jayden. Tapi sedetik kemudian, senyumnya terhenti melihat seorang wanita di belakang Jayden.
“Hai, Bi,” sapa Jayden.
“Hai,” jawab Bintang.
Jayden berjalan mendekat ke arah Bintang, diikuti Delia di belakangnya.
“Kenalin, ini Delia.” Jayden memperkenalkan Delia kepada Bintang.
Delia mengulurkan tangannya kepada Bintang, namun, alih-alih menyambutnya, Bintang malah menarik tangan Jayden menjauh darinya.
“Jay, kenapa kamu bawa Delia ke sini? Ingat, di mata publik, kita ini sepasang kekasih!”
Delia melihat tatapan tidak bersahabat dari Bintang kepadanya. Ia sadar diri, ia tidak diinginkan di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments