Konser Dadakan

Jayadi pulang dengan perasaan gundah. Rencananya untuk menyenangkan istrinya malam ini gagal sudah. Tidak ada uang. Uang yang ada pun sebagian besar sudah ia belikan untuk kostum sialan itu.

Baru saja Jayadi menginjakkan kaki di kontrakan sederhananya, ia disambut senyum bahagia Delia yang sudah siap akan pergi Dinner. Jayadi memang pulang saat sudah petang. Ia baru saja pergi ke tempat teman-temannya untuk meminjam uang, tapi tidak berhasil.

Tidak ada uang, tidak ada teman! Apalagi di cafe, Jayadi termasuk orang yang jarang bergaul. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Delia daripada bersama teman-temannya. Jika ia mempunyai uang lebih pun, daripada dihabiskan untuk membeli alkohol bersama teman-temannya, ia lebih memilih untuk membelikan sesuatu untuk Delia. Mungkin itu yang menyebabkan ia tidak dipercaya untuk dipinjami uang oleh teman-temannya. Mereka seolah berkata 'siapa kamu, datang-datang pinjam uang?’

“Del? Kamu cantik sekali,” puji Jayadi, karena memang begitu adanya.

Dress selutut berwarna nude dipadukan dengan high hells. Jayadi tahu betul dress itu adalah yang Delia pakai ketika ia pertama kali membawa wanita yang sekarang menjadi istrinya itu dari orang tuanya. Ah, Jayadi menyalahkan dirinya sendiri karena tidak pernah membelikan Delia barang mewah.

“Kamu juga tampan suamiku.” Delia balik memuji.

Jayadi melihat penampilannya sendiri. Setelan jas dengan dasi kupu-kupu masih ia kenakan. Mungkin Delia menyangka kalau Jayadi berpakaian seperti ini karena rencana dinnernya.

Delia naik ke atas motor Jayadi dan memeluk prianya itu dari belakang. Ia sudah bersiap pergi. Sementara Jayadi tengah galau, ke mana mereka akan pergi.

“Kita jalan-jalan dulu bagaimana?” tawar Jayadi yang mendapatkan anggukan dari Delia.

“Jay, gimana tadi acaranya?” tanya Delia.

“Ramai,” jawab Jayadi.

Tidak seperti biasanya, Jayadi sangat irit berbicara hari ini. Apakah ada sesuatu yang terjadi? Delia mulai negatif thinking.

Satu jam lebih mereka memutari kota Jakarta. Entah sudah sedingin apa tangan Delia sekarang. Dia tidak tahu kalau Jayadi akan mengajaknya keliling kota. Tahu gitu kan tadi dia pakai jaket!

“Jay stop!” Jayadi menghentikan sepeda motornya sesaat setelah Delia berucap.

“Kenapa Del?” tanya Jayadi.

“Aku pengen makan itu.” Delia menunjuk ke arah warung tenda di pinggir jalan yang menjual pecel lele.

“Kamu yakin mau makan di sana?” tanya Jayadi.

Delia mengangguk pasti.

Akhirnya Jayadi memarkirkan sepeda motornya di depan warung tenda tersebut. Beberapa pengunjung melihatnya dengan tatapan tak biasa. Karena pakaian yang Jayadi dan Delia kenakan tidak cocok untuk makan di sana.

Saat turun dari motor, Jayadi baru sadar kalau sedari tadi Delia kedinginan. Bodohnya dia yang mengajak Delia keliling kota malam-malam begini.

Delia memesan makanan untuk mereka, sementara Jayadi menunggu di meja.

Tak lama, pesanan selesai di buat. Pelayan menyajikan makanan di meja yang ditempati Jayadi dan Delia.

“Kok cuma satu?” tanya Jayadi.

“Biar romantis. Kita makan sepiring berdua,” jawab Delia, “malam ini aku ingin kamu suapi aku.”

Jayadi bingung. Setelah mencuci tangan dengan air kobokan yang disiapkan pelayan, Jayadi mulai menyuapi Delia.

“Kamu juga makan dong!” protes Delia karena sedari tadi Jayadi hanya menyuapinya. “Ternyata makan dari tangan orang yang dicintai enak ya.”

Jayadi menyuapkan juga makanan ke mulutnya. Orang menyangka mereka adalah pasangan yang romantis, padahal bukan itu alasannya.

Entah mengapa keharuan tiba-tiba menyeruak di hati Jayadi. Ia merasa, Delia tahu kalau ia tidak mempunyai uang sehingga mengajaknya makan di sini. Itu pun hanya satu porsi. Dan tiba-tiba mata Jayadi mengembun. Namun ia segera menyekanya sebelum meluncur menjadi tetesan air mata.

“Kamu kenapa Jay?” tanya Delia.

Jayadi memegang tangan Delia dengan tangan kirinya, “maafkan aku Del.”

“Kenapa minta maaf?”

“Hari ini pasti menjadi ulang tahun terburuk bagi kamu. Jika saja saat ini kamu bersama orang tuamu. Papa kamu bahkan sudah menyiapkan kado sebuah perusahaan untuk kamu.”

“Dari mana kamu tahu?” Delia menatap bingung ke arah Jayadi.

“Tadi siang, aku bertemu dengan papa kamu. Perusahaan papa kamu membuka cabang baru, dan itu untuk hadiah ulang tahun kamu. Papa kamu sudah merencanakannya jauh-jauh hari.”

“Apa?” Delia berkata lirih.

“Seharusnya saat ini kamu di sana Del, bukan di sini. Papa kamu benar, apa yang bisa kamu banggakan dariku? Mengajak kamu makan malam di restoran saja aku tak sanggup. Aku yakin kamu tahu kalau aku tidak mempunyai uang, makanya kamu ngajak makan di sini kan?”

“Apa maksud kamu Jay, aku memang sedang ingin makan pecel lele kok!”

“Jangan merendahkan aku dengan berbohong seperti itu Del.”

Delia diam sejenak, “Jay, lain kali, kalau ada masalah bilang, jangan dipendam sendiri. Aku tidak perlu dinner di tempat mewah. Bersama kamu, aku bahagia kok. Kamu itu hadiah terindah yang Tuhan kasih ke aku, lebih berharga dari perusahaan yang akan Papa kasih ke aku. Jadi, salah kalau kamu berpikir seharusnya aku di sana. Aku di sini Jay, karena memang seharusnya aku di sini.”

Jayadi tidak bisa berkata-kata lagi. Semua ucapan Delia sungguh menyentuh hatinya. Dalam hatinya, Jayadi berjanji, suatu hari nanti, ia akan membahagiakan Delia. Ia akan membuat Delia merasa benar telah berada di sisinya.

“Jadi mana kado ulang tahunku?” tanya Delia kemudian.

“Itu ....” Jayadi bingung harus berkata apa. Rencananya untuk membeli kalung berliontin angsa tidak bisa ia laksanakan.

Pandangan Jayadi kemudian tertuju pada seorang pengamen tak jauh dari tempat duduk mereka. Jayadi mendekat ke arah pengamen tersebut, lalu berbisik sebentar. Setelah itu, pengamen itu memberikan gitarnya kepada Jayadi.

Jayadi mengambil kursi yang tadi dia duduki. Mulai memetik gitar  dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Delia.

“Ini untuk kamu sayang,” ucap Jayadi menunjuk ke arah Delia.

Kemudian ia menyanyikan sebuah lagu karya salah satu musisi kondang tanah air,

“ ... Tak akan ada cinta yang lain

Pastikan cintaku hanya untukmu

Pernahkah terbersit olehmu

Aku pun takut kehilangan dirimu ....”

Suara tepuk tangan dari beberapa pengunjung warung tenda tersebut mengakhiri konser dadakan yang Jayadi adakan. Jayadi mengembalikan gitar pengamen tadi juga sejumlah uang kepadanya, sebagai sewa gitar. Tidak banyak, tapi pengamen itu tampak senang.

“Makasih mas, semoga rezeki masnya lancar. Dan hidup bahagia bersama mbaknya.” Doa tulus dari seorang pengamen yang diaminkan langsung oleh Jayadi.

Jayadi duduk kembali di kursi yang sempat ia tinggalkan. Di sambut senyum lebar dari Delia. Jayadi begitu romantis. Itulah yang membuat Delia bahagia hidup bersama dengan kekasih halalnya itu.

Tanpa Jayadi sadari, seorang pengunjung warung tenda itu telah mengabadikan konser dadakannya dengan ponsel pintar miliknya. Wanita bertubuh langsing itu bahkan langsung mengunggahnya di laman sosial media miliknya dengan caption,

'Kapan kamu romantis kayak gini, yang?’

Terpopuler

Comments

Sulati Cus

Sulati Cus

lagu nya si dewa 19 vikalis ari lasso th 90 an

2022-03-22

0

Sulati Cus

Sulati Cus

lah knp si Adel g nyari kerja sayang ijazah nya

2022-03-22

0

amiamiii

amiamiii

seperti roman picisan

2022-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!