Bukan hanya nama baru, kehidupan baru Jayden jalani. Status Jayden kini menjadi resmi menjadi pacar Bintang. Diva cantik juara ajang pencarian bakat. Demi untuk meyakinkan pemirsa, Jayden kerap berfoto mesra dan mengunggahnya di akun sosial media milik Bintang.
Ada yang senang dan ada yang tidak melihat kedekatan Jayden dan Bintang. Salah satu yang tidak senang adalah Delia tentu saja. Entah kali ke berapa ia harus merasa cemburu melihat kebersamaan Jayden dan Bintang. Bahkan kini ia merasa Jayden lebih sering bersama dengan Bintang daripada bersamanya.
Seperti malam ini. Delia begitu gelisah usai melihat foto suaminya tengah makan bersama dengan Bintang melalui akun instagram Bintang. Ribuan love Bintang dapatkan dari fotonya bersama Jayden yang ia unggah beberapa menit yang lalu.
Hari sudah larut, berkali-kali Delia melihat keluar jendela menunggu kepulangan suaminya. Rasa khawatirnya bahkan mengalahkan rasa cemburu yang ia rasakan beberapa saat yang lalu.
Sejak pura-pura tinggal di apartemen, Jayden memang selalu pulang malam. Ia pulang dengan mengenakan sepeda motor maticnya setelah keadaan ia rasa aman. Tapi kali ini, hari hampir bergulir, tapi masih belum ada tanda-tanda kedatangan Jayden.
Delia memutuskan untuk menelepon Jayden, ingin memastikan lelakinya itu baik-baik saja. Dalam deringan kedua, telepon tersambung. Namun bukan suara Jayden yang ia dengar, melainkan suara seorang wanita.
“Halo,” sapa seseorang setengah berteriak di seberang sana. Delia yakin, itu adalah suara Bintang.
Suara musik terdengar begitu memekakkan telinga. Apakah mereka sedang di club?
“Jayden ada?” tanya Delia dengan hati bergetar.
“Jay lagi mandi, siapa ya?”
Mandi? Jayden mandi? Memangnya apa yang habis mereka lakukan? Pikiran Delia tiba-tiba menjadi runyam. Dan mengapa Bintang bertanya siapa? Apakah Jayden tidak menyimpan nomornya lagi?
“Ah, bukan siapa-siapa. Maaf.” Delia memutuskan sambungan secara sepihak. Membuat Bintang berdecak kesal.
“Kamu kenapa buka hape aku?” Jayden baru saja keluar dari toilet, usai membersihkan bajunya yang terkena tumpahan minuman beralkohol beberapa saat yang lalu. Ia tidak ingin saat pulang nanti, Delia mencium aroma menyesakkan indra penciuman itu di bajunya.
Jayden dan Bintang saat ini sedang berada di club di dalam mini market yang beberapa bulan lalu mereka kunjungi bersama Dave. Kali ini pun mereka pergi bersama. Dave mengajaknya untuk ikut serta. Bukan mengajak sebenarnya, tapi lebih kepada paksaan. Entah perayaan apalagi yang mereka rayakan. Tapi seperti biasa, Dave menghilang dibalik pintu yang sama bersama dengan wanita berbeda. Dan seperti biasanya juga, Jayden dan Bintang harus menungguinya.
“Tadi ada yang nelpon, jadi aku angkat. Sorry.” Bintang menyerahkan kembali ponsel Jayden yang ia ambil dari jaket Jayden kepada pemiliknya.
Jayden membuka history panggilan teleponnya. Nama 'My Love' tertera di sana.
“Cieee My Love. Siapa tuh? Pacar kamu ya?” goda Bintang dengan senyum mengejeknya.
“Bukan urusan kamu,” ucap Jay kesal, “apa yang tadi kamu katakan?” tanyanya.
“Aku gak bilang apa-apa kok, aku cuma bilang kamu lagi mandi.” Penuturan Bintang sukses membuat Jayden membelalakkan mata.
“Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Delia bisa salah paham.” Jayden tampak geram.
“Oh, jadi pacar kamu namanya Delia?” Bintang masih mencoba menggoda Jayden, merasa tindakannya lucu.
Jayden berusaha menelepon nomor Delia, tapi tidak diangkat. Jika dilihat dari historinya, Delia baru menelepon tidak lebih dari lima menit yang lalu. Tidak mungkin Delia tertidur secepat itu. Jayden cukup yakin kalau Delia tengah merajuk.
“Aku harus pulang. Mana si bos?” tanya Jayden gusar.
“Calm down Jay, si bos masih di dalem.”
Dengan langkah tergesa, Jayden berjalan menuju ke arah pintu di mana Dave tadi menghilang. Begitu ia membuka pintu, ternyata di sana banyak pintu-pintu lain dengan nomor berurut tertera di pintu tersebut.
“Shit! Di mana kamu bos?”
Jayden mencoba menelepon nomor Dave. Ia mendengar suara ponsel berdering berasal dari salah satu kamar di sana. Ia yakin, Dave ada di dalam sana.
Jayden sudah berdiri di depan pintu yang ia yakini Dave berada di dalamnya. Setelah bergeming beberapa saat, Jayden memutuskan untuk mengetuk pintu tersebut.
Dalam dua kali ketukan, pintu terbuka. Ternyata itu adalah sebuah kamar. Betapa terkejutnya Jayden ketika melihat wanita tanpa busana di depan matanya. Karena keterkejutannya itu, ia refleks menutup matanya dengan tangan kanannya yang masih memegangi ponselnya. Tanpa ia sadari, ibu jarinya memencet kontak Delia dan melakukan panggilan telepon.
“Bos, aku mau pulang,” ucap Jayden tanpa melihat ke arah Dave yang tengah berbaring di atas tempat tidur.
“Kamu cicipi yang itu Jay, masih sempit, baru sekali pake.” Ucapan Dave terdengar di telinga Delia yang baru saja memutuskan untuk mengangkat panggilan dari nomor suaminya. Tapi kalimat yang ia dengar pertama kalinya justru membuatnya menyesal telah mengangkat panggilan telepon dari Jayden.
“Jay, apa yang kamu lakukan?” Suara Delia terdengar lirih. Jayden menyadari sesuatu. Ia baru saja terhubung dengan Delia via telepon. Dan pasti Delia sudah salah paham atas ucapan Dave.
“Del, kamu salah pa—“ belum sempat Jayden menyelesaikan kalimatnya, Delia memutuskan sambungan telepon.
“Bos sorry, aku pulang duluan.” Jayden pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Dave. Dave sendiri tidak menganggap serius. Alih-alih mengejar Jayden, ia malah melambaikan tangan kepada wanita yang tadi ia suruh membuka pintu untuk menyelesaikan kegiatan yang belum tuntas.
Jayden segera keluar tanpa berpamitan pada Bintang yang tengah berbincang dengan rekan sesama artis yang baru saja tiba di sana. Memicu langkahnya ke tepi jalan raya, dan menyetop taksi di sana. Setelah memberi tahukan tujuannya, Jayden duduk dengan gelisah di kursi belakang. Ia mencoba menghubungi nomor Delia, namun tidak diangkat.
[Angkat sayang, kamu salah paham] Jayden mengirim pesan kepada Delia, namun tidak dibalas.
[Sayang, aku pulang sekarang] dibaca, namun masih tidak di balas.
Delia menyimpan kembali ponselnya di atas springbed yang Jayden beli beberapa bulan yang lalu, usai konser pertamanya. Secara keuangan, Delia tidak kesulitan lagi. Jayden juga menjanjikan akan segera membangun rumah untuknya setelah uangnya terkumpul.
Tapi mengalirnya pundi-pundi rupiah ke dalam dompetnya, malah membuat Ia merasa Jayden menjauh darinya. Ia tidak tahu circle seperti apa yang suaminya tempati. Kata-kata Dave sangat menjurus pada sesuatu yang bahkan Delia sendiri enggan membayangkannya.
Jayden tiba di apartemennya. Ia segera turun dari taksi usai membayar ongkos sesuai dengan yang tertera di argo. Mengambil kunci motor dari jaketnya, dan mengendarai motor maticnya, lengkap dengan helm full face. Hal itu tentu saja ia lakukan demi menghindari sasaran kamera wartawan ilegal, netizen.
Setengah jam berkendara dengan kecepatan tinggi, Jayden akhirnya sampai di kontrakannya. Beruntung hari sudah larut sehingga jalanan cukup lengang, sehingga ia dengan cepat sampai ke kontrakan untuk bertemu dengan istrinya tersebut.
Jayden mencabut kunci motornya usai memarkirkan kendaraannya tersebut di teras kontrakan. Ia sudah bergerak akan membuka kunci pintu, tapi ... tidak ada! Sial. Ia berpikir, di mana gerangan kunci pintu yang selalu ia satukan dengan kunci motor itu terjatuh?
Namun, sekeras apa pun berpikir, Jayden tidak menemukan jawabannya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengetuk pintu. Berharap Delia berbesar hati akan membukakan pintu untuknya.
“Del, sayang, buka. Kunci aku hilang,” ucap Jayden selembut mungkin. Rumah kontrakannya tidak terlalu besar. Jayden yakin, suaranya akan terdengar oleh Delia. Tapi itu akan terjadi dalam keadaan yang biasa. Ia tidak tahu, kalau telinga Delia sudah tertutup earphone yang tengah menyanyikan lagu dari ponsel Delia. Lagu yang menjadi pengantar tidur Delia yang sedari tadi tidak bisa tidur karena hatinya yang gelisah.
Selamat tidur di luar Jayden!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments