Ulang Tahun Delia

“Happy birthday to you ... Happy birthday to you ... Happy birthday happy birthday happy birthday to you.” Sebuah kue berdiameter 10 cm Jayadi bawa ke dalam kamar, di mana ada Delia yang terpaksa harus terbangun dari tidur lelapnya. Bagaimana tidak lelap, setelah beberapa hari terakhir tidurnya tidak nyenyak karena kepanasan, malam ini Delia begitu nyaman di bawah jangkauan AC yang Jayadi beli kemarin.

“Jay ....” Suara Delia begitu serak, khas orang bangun tidur.

Jayadi duduk di atas kasur di samping Delia. Ia mendekatkan kue yang ia bawa ke hadapan istrinya tersebut. “Happy birthday sayang,” ucapnya.

Delia berhasil mengumpulkan nyawa. Ia baru sadar kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.

“Makasih sayang,” ucap Delia seraya mengecup pipi Jayadi.

“Make a wish!” titah Jayadi.

Delia memejamkan mata sejenak. Berdo'a dalam hatinya sebelum meniup lilin.

Tidak ada yang istimewa dari ulang tahun Delia saat ini. Tidak ada pesta, tidak ada kado mahal, dan tidak ada ... Orang tuanya. Jayadi adalah satu-satunya keluarganya saat ini. Pun demikian sebaliknya. Bagi Jayadi, Delia adalah satu-satunya keluarganya saat ini. Tujuan hidupnya.

“Del?”

“Hemmm?”

“Nanti malam kita dinner, bagaimana?”

Delia terlihat berpikir sejenak sebelum mengiyakan ajakan Jayadi.

Hari ini Jayadi pergi sedari pagi. Ada sebuah Event Organizer yang memintanya menyanyi di sebuah acara perusahaan. Mereka akan membuka cabang baru. Acaranya sendiri di adakan di sebuah ballroom hotel bintang lima di Jakarta.

“Aku boleh ikut?” tanya Delia saat Jayadi akan pergi.

“Maaf Del, tapi ini acara private. Hanya undangan khusus yang boleh masuk.”

Delia terlihat kecewa mendengar jawaban Jayadi.

Jayadi yang melihat kekecewaan di mata Delia segera menghampiri istrinya tersebut. Ia menangkup kedua pipi Delia dengan lembut. “Del, aku janji, kelak, ketika aku sudah sukses, aku akan mengajak kemana pun aku pergi. Aku akan memastikan kamu selalu ada di sisiku.”

Delia tersenyum mendengarnya. Ia selalu optimis kalau suatu hari, Jayadi akan menggapai cita-citanya, menjadi seorang penyanyi nasional bahkan internasional.

Namun satu hal yang tidak Jayadi sadari, bahwa janji yang ia ucapkan kepada Delia tidaklah mudah untuk melaksanakannya.

Dengan menggunakan sepeda motor matic yang ia beli sekitar lima tahun lalu, Jayadi segera pergi ke tempat acara. Pihak EO mengatakan kalau acara akan dimulai pada jam makan siang. Untuk itu ia berangkat sedini mungkin agar bersiap di sana.

Tiba di hotel, Jayadi segera memarkirkan kendaraannya. Tidak banyak sepeda motor terparkir di sana. Kalaupun ada, motor-motor ber-CC tinggilah yang datang ke sana. Kecuali tempat parkir khusus karyawan yang mungkin masih ada motor-motor lawas seperti miliknya.

Jayadi masuk ke tempat acara. Ia menghampiri pihak EO untuk meminta melakukan gladi resik sebelum acara. Bagaimanapun band yang akan mengiringinya nanti bukan band yang biasanya mengiringinya di cafe. Harus ada beberapa penyesuaian.

Pihak EO menunjukkan panggung tempat Jayadi akan tampil nanti. Ternyata ia bukan satu-satunya penyanyi yang diundang. Ada 2 penyanyi wanita dan 1 penyanyi laki-laki di atas panggung yang sedang melakukan gladi resik.

“Oh iya Jay, waktu untuk mengganti kostum satu jam sebelum tampil sudah ready yah. Kamu bawa kostum kan?”

“Kostum?” ulang Jay.

“Si Reti sudah memberitahu kamu kan?”

Jayadi menggeleng.

“Ya Tuhan, bagaimana mungkin di melupakan hal penting seperti ini. Oke, jadi gini Jay, karena ini acara perusahaan, jadi kita pakai dresscode ala-ala kantoran gitu, setelan jas dan dasi kupu-kupu. Bisa kan?”

“Memang EO nya tidak menyediakannya?” tanya Jayadi.

“Enggak Jay, sorry.”

Jayadi menghela nafas kasar. Mau tidak mau ia harus mencari kostum yang dimaksud. Ia melihat jam di pergelangan tangannya. Masih sangat cukup jika ia berangkat sekarang. Akhirnya ia pamit untuk membeli apa yang diperlukannya.

Lama tinggal di Jakarta, Jayadi cukup tahu harus pergi ke mana. Bukan butik terkenal, hanya toko baju yang menjual baju-baju bekas tapi branded. Di sana, Jayadi bisa mendapatkan barang bagus dengan harga murah. Kebanyakan barang-barang tersebut hanya dipakai sekali atau dua kali oleh pemilik sebelumnya.

“Berapa totalnya mbak?” tanya Jayadi kepada pelayan toko usai memilih barang apa yang akan ia beli.

“Tiga ratus lima puluh, Mas,” jawabnya.

Jayadi memberikan uang itu dengan sayang. Uang itu tadinya akan ia gunakan untuk membeli hadiah untuk Delia. Di tambah uang yang akan Jayadi peroleh dari menyanyi hari ini. Sebuah kalung berliontin burung angsa yang sempat Delia lihat beberapa hari yang lalu saat mereka jalan-jalan di sebuah Mall. Jayadi tahu, dari tatapan matanya, Delia suka kalung itu.

Jayadi segera kembali ke hotel usai menyelesaikan transaksi jual belinya.

10 menit menuju acara, Jayadi dan ketiga penyanyi lainnya sudah siap di atas panggung. Sang pemilik acara, Presiden Direktur Wijaya Grup, hadir di sana. Semua mata tertuju ke arahnya. Begitu pun dengan Jayadi. Matanya terpaku melihat orang yang sedang berjalan dengan penuh wibawa di sana. Dia Arga Wijaya, ayah kandung Delia.

Tanpa sengaja mata mereka bertemu. Selama sepersekian detik, mereka saling memandang, sebelum kemudian, Arga memutus kontak mata tersebut.

“Itu pak Arga, pemilik Wijaya Grup. Katanya jauh-jauh hari beliau merencanakan pembukaan cabang barunya bertepatan dengan ulang tahun anaknya. Cabang baru ini akan diberikan kepada anaknya itu. Tapi aku gak tahu deh yang mana anaknya. Mudah-mudahan aja ganteng,” Ucapan salah satu penyanyi yang duduk di samping Jayadi.

Jadi, acara ini acara ayahnya Delia. Dan perusahaan yang akan dibuka itu untuk Delia? Batin Jayadi.

Lamunan Jayadi terhenti ketika petugas EO menghampirinya, “Jay, pak Arga menunggu kamu di sana.”

Jayadi mengikuti arah telunjuk petugas EO tersebut. Arga duduk dengan angkuhnya di sebuah kursi di sampingnya Farida menemani.

Dengan langkah pasti, Jayadi berjalan menghampiri orang tua dari istrinya tersebut. Setelah sampai di depan meja yang Arga tempati, Jayadi berdiri di depannya. Tampaknya Arga juga tidak berniat meminta Jayadi untuk duduk.

“Apa yang kamu pakai tidak akan mengubah siapa jati diri kamu,” ucap Arga, menilik pakaian yang Jayadi kenakan. Ia kemudian menyodorkan satu lembar cek dengan 9 buah angka tertera di atasnya. “Uang ini akan sangat cukup untuk kamu tidak muncul lagi di hadapanku. Pergi dari sini!”

“Maaf pak, tapi saya bukan pengemis,” jawaban Jayadi sukses membuat Arga tersenyum mencemooh.

“Pengamen dan pengemis sama saja kan?” tanya Arga merendahkan.

“Saya di bayar karena bekerja, bukan dengan cara meminta-minta,” jawab Jayadi, “bapak simpan saja uang bapak. Kalau bapak tidak mau saya di sini, saya akan pergi sekarang juga. Permisi.” Jayadi pergi dari sana usai mengatakan itu. Ia bahkan tidak pamit kepada pihak EO yang menyewanya.

 

Terpopuler

Comments

Sulati Cus

Sulati Cus

pedes nya kata2 si pamer

2022-03-22

0

Sulati Cus

Sulati Cus

pasti endingnya janji tgl janji

2022-03-22

0

nuellubis

nuellubis

luar biasa sekali! 👍

PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN

2022-01-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!