Berbagi Cinta : Cinta Lokasi

Berbagi Cinta : Cinta Lokasi

Awal Mula

Seorang gadis duduk termenung di atas sebuah kasur tipis yang ada di dalam sebuah kontrakan sederhana di pinggiran kota Jakarta. IPhone 6 hadiah orang tuanya saat berhasil masuk ke universitas ia pegang erat-erat. Sebuah foto dirinya mengenakan baju toga, diapit kedua orang tuanya yang tersenyum bahagia karena ia berhasil lulus dengan predikat cum laude terpampang nyata di layar ponselnya.

“Papa ... Mama ... Maafin Delia ....”

Delia Maharani, gadis cantik berkulit putih, berambut hitam panjang memandangi wajah orang tuanya. Sesekali ia mengusap wajah mereka dalam layar ponselnya. Sangat terlihat kalau ia merindukan mereka.

Siapa yang menyangka, Delia, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Arga Wijaya dan Farida Wijaya yang selama ini selalu membanggakan kedua orang tuanya karena prestasinya, tiba-tiba membuat sebuah keputusan yang sangat menyakiti mereka.

“Pa, Delia mau menikah dengan Jayadi.” Kalimat pertama dari Delia yang memicu pertengkaran panas dalam keluarga mereka siang itu.

Baju toga baru saja di lepaskan, menampilkan gaun cantik dibaliknya. Gaun sederhana berwarna nude sangat cocok dengan kulit putih Delia.

“Jayadi siapa?” tanya Arga siang itu.

Delia tidak ingin mendeskripsikan siapa calon suaminya itu. Ia memanggil Jayadi yang sedari tadi ternyata berada tak jauh dari mereka.

“Halo Om, Tante.” Jayadi menyapa ramah kedua orang tua Delia.

Sebaliknya, tatapan mata orang tua Delia menilik Jayadi dari atas ke bawah. Tidak ada barang mewah yang dipakai pemuda di hadapannya ini. Kemeja kotak-kotak dengan celana jeans belel, dipadukan dengan sepatu kets yang sudah tampak kusam. Inikah laki-laki pilihan Delia?

“Apa pekerjaan kamu?” tanya Arga to the point.

“Saya nyanyi Om,” jawab Jayadi.

“Nyanyi?” ulang Arga.

“Iya Om, saya penyanyi cafe.”

“Teman kuliah Delia?” Farida ikut berbicara.

“Bukan tante, saya tidak kuliah. Saya hanya lulusan SMA.”

Baik Arga maupun Farida sama-sama terlihat kecewa mendengar jawaban Jayadi.

“Tidak!” Jawaban tegas Arga membuat Delia terkejut. “Tinggalkan anak saya! Kamu tidak pantas untuknya!”

“Pa, kenapa papa bicara seperti itu?” Delia mulai mengiba, “kami saling mencintai Pa, tolong restui hubungan kami,” lanjutnya.

“Apa yang kamu harapkan dari seorang penyanyi cafe, Delia?! Papa yakin, penghasilannya bahkan tidak sampai lima juta perbulan!”

“Uang bukan masalah, Pa. Delia yakin, Jay bisa membahagiakan Delia.”

Terjadi perdebatan sengit pada hari yang panas itu. Matahari seolah memperolok mereka yang tengah beradu gagasan di bawahnya. Si anak dan ayahnya yang sama-sama berkepala batu. Tidak ada yang mau mengalah, sampai pada akhirnya ....

“Kalau kamu bersikukuh untuk menikah dengannya, maka kamu harus keluar dari rumahku!” Bukan hanya Delia, Farida pun ikut terkejut mendengarnya.

Tanpa di duga, Delia menggenggam tangan Jayadi dengan pasti. Ia sudah memutuskan akan tetap berada di sisi Jayadi, apa pun risikonya.

“Baiklah kalau itu keputusan kamu. Mulai saat ini, aku putuskan segala hubungan yang ada di antara kita. Dan kamu, jangan pernah menggunakan namaku lagi di belakang namamu!”

Keputusan sudah dibuat. Arga sedikit memaksa Farida untuk masuk ke dalam mobil mereka, meninggalkan Delia dan Jayadi yang masih menautkan tangan mereka.

Air mata meluncur seiring dengan kepergian orang tuanya. Ia tidak pernah menyangka, pagi tadi adalah terakhir kalinya ia menginjakkan kakinya di rumahnya, sarapan terakhir bersama dengan orang tuanya, dan foto terakhir bersama mereka.

“Del?” Jayadi muncul begitu saja di ambang pintu. Menghampiri Delia, dan ikut melihat layar ponsel istrinya yang ia nikahi satu bulan yang lalu tersebut.

“Kamu sudah pulang Jay?” Delia tampak terkejut dengan kedatangan Jayadi yang tiba-tiba.

“Kamu merindukan orang tua kamu?” tanya Jayadi, mengabaikan pertanyaan Delia sebelumnya.

Delia mengangguk. Air matanya kembali menetes, seiring dengan menguarnya rasa rindu di hatinya.

Jayadi membawa Delia ke dalam pelukannya, “jangan menangis, bagaimana kalau kita berkunjung ke sana?”

Delia menggeleng cepat, “aku sudah tidak mempunyai hak lagi untuk mengunjungi mereka, Jay.”

“Maafkan aku, Del,” ucap Jayadi lirih.

“Bukan salahmu. Itu adalah keputusanku.”

Delia meninggalkan semua fasilitas yang diberikan orang tuanya demi untuk bersama Jayadi. Pria miskin yang bahkan tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk Delia.

Dengan penghasilannya sebagai penyanyi cafe, Jayadi hanya mampu untuk menyewa sebuah kontrakan kecil yang berisi satu kamar, satu ruang tamu, satu dapur mini, dan satu kamar mandi.

Kontrakan yang mereka tempati kosong melompong saat mereka pertama kali pindah satu bulan yang lalu. Kalau saja tidak diusir dari rumah, Delia sudah akan membeli barang-barang yang ia perlukan. Tapi saat pergi, ia hanya membawa pakaian yang ia kenakan, ponsel, serta KTP yang selalu ia selipkan dibalik case ponselnya. Tidak ada tabungan, tidak ada mobil, semua Delia tinggalkan demi Jayadi. Bodoh memang!

Terdengar suara ketukan pintu ketika mereka tengah larut dalam kesedihan. Jayadi segera bangkit berdiri untuk membukakan pintu. Sesuai dugaan, orang yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang juga.

Dua orang pria berseragam sebuah toko elektronik masuk ke dalam kontrakan Jayadi. Mereka berbincang sejenak sebelum kemudian mereka mulai bekerja.

“Apa ini Jay?” Delia keluar dari kamar, karena ia mendengar suara pria asing masuk ke kontrakannya.

“Tukang AC, mau pasang AC,” jawab Jayadi.

“Kamu beli AC? Kok gak bilang aku?”

“Namanya juga surprise!”

Begitulah Jayadi. Di tengah himpitan ekonomi, ia selalu mengutamakan Delia. Seminggu terakhir ini, kipas angin di kontrakan mereka rusak. Jayadi harus melihat Delia kepanasan setiap malam karenanya. Melihat itu, ia berusaha mencari penghasilan tambahan agar bisa membeli AC untuk Delia.

Delia memeluk erat tubuh Jayadi. Senyumnya merekah, seolah kesedihan yang ia alami sebelumnya tidak pernah terjadi. Tanpa Delia minta, Jayadi selalu tahu apa yang Delia butuhkan.

“Maaf ya, cuma beli satu. Nanti kalau uangnya sudah terkumpul lagi, aku beli buat di ruang tamu juga.”

“Ini sudah lebih dari cukup, Jay.”

Jayadi mendaratkan satu kecupan di pucuk kepala Delia. Ia merasa sangat beruntung memiliki Delia di sisinya. Bertahun-tahun ia hidup sebatang kara setelah orang tua angkat yang mengambilnya dari panti asuhan meninggal dunia karena kecelakaan yang mereka alami. Sehari setelah itu, ia diusir dari rumah orang tua angkatnya tersebut oleh orang yang mengaku ahli waris dari mereka. Sejak saat itu, ia berjuang menyelesaikan sekolah menengah atasnya hingga tuntas, sambil bekerja sebagai penyanyi cafe.

Di cafe itu jugalah Jayadi bertemu dengan Delia. Delia yang kerap datang bersama  teman-temannya untuk kerja kelompok atau sekedar nongkrong usai kuliah mendapatkan perhatian khusus dari Jayadi. Tanpa disangka, Delia ternyata mempunyai ketertarikan yang sama. Dan begitulah semua bermula. Hingga akhirnya mereka menjalin hubungan, dan menikah.

Terpopuler

Comments

Sulati Cus

Sulati Cus

kyknya menarik pgn liat keputusan ortu apa keputusan Delia yg benar

2022-03-22

0

Key

Key

Hai, Kak. Jempol mampir di mari, makasih udah mampir di "Aksara & Nada".

Semangat 🥰

2021-12-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!