“Welcome to home sweet home!” Jayden menggandeng tangan Bintang untuk masuk ke dalam rumahnya. “Kamu suka?”
Bintang mengangguk-anggukkan kepalanya.
Jayden mengajak Bintang untuk melihat isi rumah yang akan mereka tempati. Binar kebahagiaan terpancar dari keduanya. Mereka berkeliling melihat setiap sudut ruangan yang ada di lantai dasar, sebelum naik ke lantai dua.
Tepat saat akan naik ke lantai dua, Jayden segera menggendong Bintang ala bridal style. Tidak membiarkan wanita yang kemarin telah sah menjadi istrinya tersebut berjalan menaiki tangga sendiri.
Bintang mengalungkan tangannya di leher Jayden. Keduanya terlihat sangat romantis.
Jayden membawa Bintang masuk ke kamar utama dengan jendela besar yang mengarah ke kolam renang. Di tengah-tengahnya ada sebuah kasur king size dengan taburan bunga mawar merah yang disusun membentuk huruf love dengan nakas di sisi kiri dan kanannya.
Selain itu, sudah ada lemari besar dan juga meja rias di sana. Melengkapi segala kebutuhan Bintang nantinya.
Perlahan, Jayden meletakkan tubuh Bintang di atas tempat tidur. Ia sendiri naik ke sana dan tidur menyamping menghadap ke arah Bintang dengan menggunakan tangan kanannya sebagai penopang kepala membentuk sebuah segitiga. Ia kemudian menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya Bintang.
“Kamu cantik sekali, Bi,” puji Jayden setengah berbisik.
Pipi Bintang merona merah.
Wajah Jayden perlahan mendekati wajah Bintang. Bintang sontak memejamkan mata. Kini jarak mereka hanya tinggal beberapa senti lagi. Dan ....
“Cut!” seorang pria bertubuh cukup proporsional yang merupakan sutradara acara 'Ketulusan Cinta Jayden dan Bintang' segera mengakhiri adegan tersebut. Ia tidak mau acaranya menjadi kontroversi jika menampilkan adegan dewasa.
Jayden menarik diri dari sana. Duduk kembali di atas tempat tidur dan merapikan rambutnya dengan jari-jarinya.
“Hari ini cukup sampai di sini, terima kasih ya Jay, Bi,” ucap sutradara yang bernama Bagas tersebut.
Bagas dan krunya merapikan peralatan syuting mereka. Tidak mereka bawa pulang, tapi mereka simpan di salah satu kamar di antara tiga kamar yang ada di lantai dua. Kamar paling ujung.
Jayden turun meninggalkan Bintang yang masih enggan beranjak dari tempat tidurnya. Ia tahu apa yang Jayden lakukan tadi hanya acting. Sebelumnya mereka sudah mendapatkan briefing untuk itu. Tapi entah mengapa ia merasa ada bunga-bunga bermekaran di dalam hati dan kepalanya. Jantungnya berdebar ketika Jayden mendekat ke arahnya.
“Turun Bi, kita makan malam,” ajak Jayden.
Bintang tersenyum, lalu mengekor di belakang Jayden. Menuruni tangga hingga sampai di meja makan.
Langkah Bintang terhenti saat melihat seorang wanita yang ia kenal betul berada di sana. Menata hidangan yang akan menjadi menu makan malam mereka. Wanita tersebut tersenyum ke arah Jayden saat melihatnya. Mendaratkan sebuah kecupan di pipi suaminya sebelum duduk di atas kursi.
“Delia?” ucap Bintang lirih.
Bintang berjalan kembali ke arah meja makan, dan duduk di sisi kiri Jayden, berhadapan dengan Delia yang sudah duduk di sisi kanan Jayden.
“Aku tidak tahu kalau kamu ada di sini juga,” ucap Bintang kepada Delia. Ia tidak tahu harus memanggil Delia dengan sebutan apa.
Jayden tersentak, seperti teringat sesuatu. “Ya Tuhan, Bi, maaf aku sepertinya lupa memberi tahu kamu. Delia memang tinggal di sini, sejak aku membeli rumah ini.”
“Apa?!” Bintang cukup terkejut dengan pengakuan Jayden, tapi ia mencoba bersikap biasa saja. “Wanita baik-baik tidak akan tinggal dengan laki-laki asing yang bukan keluarganya,” ucap Bintang seraya menyendokkan beberapa makanan ke dalam piringnya.
“Dia bukan laki-laki asing.” Delia menggenggam punggung tangan Jayden dengan tangan kirinya. “Dia suamiku.”
Bintang terbatuk seketika. Makanan yang ia kunyah masuk begitu saja ke kerongkongannya tanpa permisi, membuat ia tersedak. Ia segera mengambil air minum dan menenggaknya hingga tandas.
“Apa aku belum bilang Bi, kalau aku dan Delia sudah menikah?” tanya Jayden.
“Ti-tidak,” jawab Bintang.
“Baiklah, sekarang kamu kan sudah tahu juga,” ucap Jayden santai.
“Jay, bagaimana kalau wartawan tahu? Kamu—“
“Tidak akan Bi,” potong Jayden, “aku sudah memberi tahu asisten rumah tangga aku untuk merahasiakan ini.”
Sejak Delia pindah ke rumah ini, Jayden memang memperkerjakan dua orang asisten rumah tangga untuk membantu Delia. Yang satu bertugas untuk memasak, yang satu bertugas untuk membersihkan rumah. Tetapi pada kenyataannya, mereka saling membantu untuk setiap pekerjaan rumah.
Selain dua asisten rumah tangga, Jayden juga memperkerjakan dua orang security untuk memastikan Delia aman ketika ia tinggalkan di rumah.
“Emmm ... Ini enak banget, Del, kamu yang masak?” tanya Jayden ketika mencoba udang asam manis yang tersaji di meja.
Delia mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Bener?” tanya Jayden tidak percaya.
“Dibantu mbak sih,” jawab Delia seraya tersenyum lebar. Menampakkan barisan gigi putihnya yang rapi.
Mbak yang dimaksud Delia adalah asisten rumah tangganya.
“Dibantuin mbak, atau kamu bantuin mbak?” tanya Jayden.
“Dibantuin mbak, Jay,” jawab Delia. Ia merasa Jayden meragukan kemampuan memasaknya.
“Oke, siapa yang membersihkan udangnya?”
“Mbak.”
“Yang goreng udangnya?”
“Mbak.”
“Yang bikin saosnya?”
“Mbak juga.”
“Terus, kamu bagian apanya?”
Delia tampak berpikir sejenak, “aku yang nata udangnya di piring, trus aku siram pake saosnya,” jawab Delia malu-malu.
“Itu artinya?”
“Iya, itu artinya mbak yang masak.” Delia mengerucutkan bibirnya ke depan.
Jayden mengacak rambut Delia. Merasa gemas dengan apa yang di lakukan Delia.
Bintang yang sudah tidak tahan dijadikan obat nyamuk di sana ikut berkomentar, “jadi istri itu harus bisa menyenangkan suami di dapur dan di kasur. Buat suami kenyang di rumah, agar dia tidak jajan di luar.”
Delia dan Jayden saling pandang. Kemudian Jayden tersenyum ke arah Delia, membawa tangannya dan mencium punggung tangannya.
“Bagi aku, jadi istri itu cukup menyenangkan di dalam kamar saja. Yang lainnya bisa dikerjakan oleh mbak.” Jayden mengerlingkan bola matanya nakal. Membuat Delia tersipu dan mencubit pergelangan tangan atas Jayden.
“Jaaaay,” ucap Delia manja.
Melihatnya, Bintang ingin memuntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Ada sesuatu yang terasa mengobok-obok isi perutnya.
Bintang sendiri berasal dari keluarga sederhana. Sebelum se-terkenal sekarang, ia adalah anak seorang tukang ojek online. Ibunya sendiri berjualan berjualan nasi serta lauk-pauknya di terminal. Kedua orang tua Bintang memberikan nama itu agar kelak, putri semata wayangnya bisa bersinar di langit. Tidak seperti kehidupan mereka yang terbilang susah.
Dengan banting tulang, orang tuanya berusaha menyekolahkan Bintang hingga perguruan tinggi, sesuai keinginannya. Bukan untuk mencari ilmu, tapi lebih kepada gengsi. Teman-teman Bintang kebanyakan dari kelas menengah ke atas. Ia tidak mau tertinggal dari segi apa pun dari teman-temannya.
Kehidupan mereka berubah semenjak Bintang menjuarai ajang pencarian bakat. Ia bahkan membelikan rumah yang lebih layak untuk orang tuanya. Dan membuat warung nasi ibunya lebih layak lagi. Dan sejak saat itu, mereka hidup sebagai orang kaya baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments