Jalan - Jalan

“Deliaaa ....” Jayden mengigau dari tidurnya, membuat Delia seketika terperanjat. Ia segera mendatangi suaminya.

“Aku di sini Jay,” ucap Delia seraya mendaratkan pantatnya di sisi Jayden.

Mendengar suara istrinya, Jayden membuka mata. Ia mengesampingkan kain basah yang ada di dahinya dan duduk dengan bersandar pada sandaran tempat tidur. Mengingat-ingat kembali apa yang terjadi padanya.

“Kamu demam, semalaman tidur di luar,” ucap Delia menjawab pertanyaan Jayden yang belum terucap.

“Lalu, siapa yang memindahkan aku ke sini?” tanya Jayden lirih.

“Aku,” jawab Delia.

“Kamu?”

Delia mengangguk. “Tadi pagi aku terbangun dan melihat kamu tidur meringkuk di atas teras. Kenapa kamu gak masuk Jay? Bukankah kamu punya kunci cadangan?”

“Kunci aku hilang.”

“Kenapa kamu gak manggil aku?”

“Aku udah manggil kamu sayang, tapi kamu gak denger. Mungkin kamu sudah tertidur.”

“Maaf,” ucap Delia tulus, “aku pikir kamu gak akan pulang,” lanjutnya.

“Del, kamu adalah rumahku. Di mana pun kamu berada, aku pasti akan datang.”

Delia termenung sesaat, haruskah ia menanyakan perihal apa yang ia dengar semalam? Tepatkah waktunya. Ia tidak mau membenci Jayden jika seandainya ia harus mengetahui fakta lain kehidupan suaminya. Tapi di sisi lain, ia juga tidak mau terus menerus berada dalam kebimbangan dan ketidaktahuan.

“Ada apa Del?” tanya Jayden

“Jay ... Soal semalam ....”

“Aku tahu kamu akan menanyakannya.” Jayden menghela nafas kasar. “Kamu tahu Del, sejak aku terjun ke dunia entertainment, aku merasa sudah tidak mempunyai kontrol lagi terhadap diriku sendiri. Dave mengatur segalanya untukku. Aku bahkan tidak mampu menolak ajakannya pergi ke tempat itu.”

“Club mini market itu?” tanya Delia.

Jayden mengangguk.

Beberapa bulan yang lalu, saat Jayden pertama kali datang ke club itu, ia sempat menceritakannya kepada Delia. Delia juga baru tahu kalau ada tempat seperti itu di ibukota. Ternyata banyak hal yang belum ia ketahui mengenai kota kelahirannya sendiri.

“Lalu apa maksud suara yang aku dengar itu?” tanya Delia.

“Apa yang kamu dengar?” Jayden balik bertanya.

“Aku bahkan tidak mau mengatakannya,” jawab Delia jijik.

“Tadi malam baju aku ketumpahan minuman beralkohol, jadi aku membersihkannya di toilet. Lalu kamu menelepon. Bintang yang mengangkatnya kan?”

Delia mengangguk, “dia bilang, kamu lagi mandi.”

“Dia hanya bergurau Del. Dia sengaja mengerjai kamu begitu melihat siapa yang menelepon.”

“Dia tahu tentang aku?” tanya Delia.

“Aku tidak tahu. Tapi aku rasa, dia sudah bisa menduganya. Begitu membaca nama si penelepon, dia pasti tahu kamu orang yang istimewa buat aku.”

Delia tersipu. Tapi ia segera menetralkan kembali wajah kepitingnya. “Lalu?”

“Aku panik, mencoba menelepon kamu tapi tidak diangkat. Lalu aku mencari Dave yang sedang mengencani seorang wanita. Dan begitulah ... Seperti yang kamu dengar. Dave malah menawari aku perempuan.”

“Benarkah?”

Jayden menegakkan tubuhnya sendiri, dan memegang kedua telapak tangan istrinya tersebut, “Del, aku mohon percaya sama aku. Aku gak mungkin mengkhianati kamu, mengkhianati cinta kita. Kamu percaya ya, sama aku.”

Delia mengangguk.

Entah sampai kapan Jayden akan tetap menjadi Jayden yang sama jika terus menerus berada dalam lingkungan seperti itu. Berharap saja, Jayden akan dapat memegang kata-katanya.

“Del, nanti malam aku diundang ke acara Black and White.”

Acara Black and White adalah salah satu acara Talkshow yang ditayangkan sebuah stasiun televisi swasta yang dibawakan oleh salah satu artis ternama ibukota.

“Aku nonton di rumah ya.”

“Aku mau ingetin, semua yang terjadi di sana adalah akting. Apa pun yang kamu lihat, bukan yang sebenarnya. Mengerti?” Jayden memperingatkan.

“Bintang juga ya?” tanya Delia lirih.

Jayden mengangguk.

Delia tersenyum, “aku mengerti Jay, kamu tenang saja.”

Jayden mencubit gemas kedua pipi istrinya tersebut. “Hari ini kita jalan-jalan bagaimana?”

Delia mengangguk antusias.

Dengan mengenakan masker, kacamata hitam, beserta topi, Jayden menggandeng tangan Delia menyusuri koridor demi koridor salah satu Mall terbesar di ibukota. Ia tidak mau ada yang mengenalinya, hingga tercipta gosip-gosip yang tidak diinginkan.

Bukan hanya Jayden, Delia pun demikian. Ia mengenakan masker, kacamata hitam, dan juga topi.

“Jay, aku kan tidak harus seperti ini,” ucap Delia.

“Aku tidak mau kamu jadi perhatian laki-laki genit, Del.” Ucapan Jayden sukses membuat Delia menahan tawa.

“Kita mau ke mana?” tanya Delia.

“Kita main timezone, nonton, terus makan,” jawab Jayden.

“Bagaimana kalau ditukar urutannya? Aku lapar.”

“Baiklah, kita makan, main timezone, trus nonton,” putus Jayden.

“Oke.”

Mereka berjalan kembali. Masih menautkan tangan antara satu sama lain. Tujuan mereka saat ini adalah sebuah restoran yang menyajikan sushi sebagai menu utamanya.

Usai duduk dan memesan makanan, mereka berbincang sejenak.

“Jay, sampai kapan kita harus pakai masker seperti ini. Kita mau makan loh.”

Jayden melihat ke kanan dan ke kiri. Suasana cukup sepi karena ini adalah weekday. Tidak banyak orang mengunjungi mall, apalagi siang-siang begini, saat matahari sedang terik-teriknya.

“Kayaknya gak papa kita buka deh. Sepi juga.” Jayden membuka maskernya, dan juga kacamata hitamnya yang ia selipkan di antara kerah polo shirtnya. Kemudian ia juga membuka topi dan menyimpannya di atas meja. Menyisir kasar rambutnya dengan menggunakan jari-jarinya.

Delia mengikuti gerakan Jayden. Ia juga membuka masker dan kacamata hitam, serta topinya. Menyimpannya di dalam tasnya agar tidak memakan tempat di meja mereka.

“Aku ke toilet bentar ya Jay,” pamit Delia.

Delia pergi meninggalkan Jayden usai suaminya tersebut menganggukkan kepala. Sementara Jayden mengambil ponselnya dan membuka beberapa berita mengenai dirinya yang menyebar di internet. Jayden mengembuskan nafas kasar melihat beritanya bersama Bintang yang menjadi topik utama, bukan karyanya.

“Jay ya?” Jayden dikejutkan dengan kedatangan seorang gadis ke mejanya. Bukan seorang, lebih tepatnya tiga orang, karena ternyata ada dua temannya di belakang gadis tersebut.

Jayden tersenyum, seperti yang diajarkan Dave. Tidak peduli seberapa suntuknya kita, tetap harus tersenyum kepada para fans, karena, karena merekalah nama kita menjadi besar.

“Boleh minta foto gak?” tanya gadis tersebut.

Jayden mengangguk. Hal itu sukses membuat ketiga gadis di depannya berjingkrak senang. Secara bergantian, mereka berfoto bersama Jayden.

Pesanan Jayden datang, dan sudah tersaji di atas meja. Jayden meminta ketiga gadis tersebut untuk meninggalkannya. Ia meminta privasi untuk menyantap makanannya.

Begitu ketiga gadis tersebut meninggalkan Jayden, barulah Jayden bisa melihat seorang wanita tengah menatapnya dari jauh, Delia. Delia tampak berdiri mematung. Mungkin ia ragu untuk duduk kembali ke kursi yang sempat ia tinggalkan. Pada akhirnya Jayden dan Delia hanya bisa saling memandang dari jauh.

Tidak sampai di sana. Sedikit keributan yang dibuat oleh ketiga gadis tadi ternyata memancing orang-orang datang ke meja Jayden. Mereka melakukan hal yang sama dengan ketiga gadis tadi, meminta foto. Dan hal itu membuat Delia semakin ragu untuk mendekat.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!