Moranno mengangkat tubuh Yurina yang telah tertidur dengan pulas menuju ke kamar tidur mereka. Bobot tubuhnya mulai lebih berat dari biasanya, mungkin karena hari ini isterinya itu makan terlalu banyak, pikir Moranno.
Setelah menurunkan tubuh Yurina dengan hati - hati di tempat tidur, Moranno segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Tok... tok... tok...
Moranno yang baru selesai membersihkan diri dan berganti pakaian segera membukakan pintu.
"Mommy ada disini?..."
"Mommy ingin bicara denganmu."
"Baiklah kita ke ruang kerjaku saja mom..." Kata Moranno sambil menutup pintu kamarnya dan melangkah ke ruang kerjanya diikuti ibunya.
"Moranno apa yang kau lakukan, memberikan enam puluh persen dari semua sahammu di Agatsa Grup untuk wanita itu."
"Apa itu tidak berlebihan...?"
"Mom... itu tidak berlebihan, dan bukan masalah besar. Lagi pula dia isteriku.."
"Tapi kau baru menikahinya dalam satu minggu ini, kau belum mengenali wanita itu dengan baik Moranno."
"Bebet, bibit, bobotnya kita tak tahu, asal usulnya tak jelas. Lihat saja, dalam satu minggu ini saja dia sudah membuat kehebohan yang begitu luar biasa. Mempermalukan keluarga Agatsa!"
"Dari awal mommy sudah menentang rencanamu menikahinya Moranno, karena wanita itu tak pantas buatmu putraku."
"Mom... Apa yang terjadi dalam satu minggu belakangan ini bukan salah Yurina, itu adalah akibat kesalahanku, bukankah aku sudah mengatakan semuanya pada mommy mengenai peristiwa malam itu..."
"Mommy setuju kau bertanggung jawab, tapi kau tak perlu menikahinya. Apa wanita itu sanggup mendampingimu, berdiri di sampingmu saja dia tak pantas."
"Gandis lebih baik dari wanita itu, lebih berkelas... Dia pasti bisa mengimbangi dirimu Moranno, dibandingkan gadis cleaning service itu."
"Dan bukankah mommy juga sudah mempersiapkan semuanya buat mu, Gandis dan orang tuanya juga setuju dengan pernikahan bisnis itu."
"Kerajaan bisnis yang telah dibangun dan diperjuangkan keluarga kita selama ini harus tetap berlangsung, dan wanita yang menjadi isterimu itu pasti tak akan sanggup membantumu untuk menangani semuanya. Jadi wanita yang pantas adalah Gandis bukan isterimu itu."
"Mommy... kita tak perlu melakukan pernikahan bisnis, tidak baik untuk mencampur adukan bisnis dan keluarga."
"Untuk saat ini, aku memang belum mengenalnya sepenuhnya. Yurina adalah wanita yang pantas untuk beridiri di sampingku atau berada disisiku, karena dia adalah isteriku. Dan aku tak mau anak - anakku lahir diluar pernikahan."
"Tapi Moranno..."
"Maafkan aku mom, ini sudah ku putuskan."
"Terserah kau Moranno... Tapii mommy belum bisa menerima isterimu itu jadi menantu mommy.
Nyonya Agatsa bergegas keluar dari ruang kerja anaknya sambil membanting pintu.
Moranno hanya bisa menarik napas dalam - dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Itu dilakukannya beberapa kali untuk menenangkan dirinya. Ini sudah kesekian kalinya sang mommy menyampaikan ketidak setujuannya akan pernikahan putranya itu.
Moranno keluar dari ruang kerjanya dan menguncinya dari luar. Dengan langkah gontai ia menuju kekamarnya kembali. Sebelum sampai didepan pintu kamar, langkahnya terhenti, saat melihat sesosok tubuh berdiri menempel didinding sisi ruang kerjanya yang bersebelahan dengan kamar tidur mereka.
Cahaya lampu yang agak redup ditempat itu membuat Moranno tidak jelas melihat wajahnya. Moranno segera mendekati sosok itu.
"Yurina.... Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Moranno saat melihat bahwa itu adalah isterinya.
"Aku... Aku ingin minum, tapi tak tau arah dapur kemana..." Kata wanita itu.
"Apa kau mendengar semuanya." Tanya Moranno lagi saat melihat sudut - sudut matanya yang masih basah.
Yurina hanya terpaku didinding tak berkata sepatah kata pun. Moranno lalu meraih tubuh isterinya itu ke dalam pelukannya, membelai rambut panjangnya yang terurai dengan sentuhan lembutnya.
"Maafkan aku... Maafkan mommy juga."
"Aku akan selalu menjagamu." Kata Moranno yang masih memeluk tubuh isterinya itu.
Yurina yang larut dalam suasan hatinya itu pun perlahan membalas pelukan suaminya itu dengan pelukan erat. Perdebatan yang telah ia dengar antara suaminya dan ibu mertuanya membuat hatinya terasa terluka.
Bila bukan karena bayi dalam kandungannya itu, rasanya ia sangat ingin menyerah. Dari awal ibu mertuanya sudah tidak menyukainya.
Moranno terkesiap merasakan pelukan erat isterinya itu, ia menatap wajah isterinya yang terlihat sembab. Perlahan dihapusnya air mata Yurina dengan menggunakan sapu tangan dari saku celananya.
"Masuklah kekamar terlebih dahulu, aku akan mengambilkan minuman untukmu." Kata Moranno yang masih memeluk isterinya itu.
Yurina menganggukkan kepalanya dan melepaskan pelukannya, lalu melangkah menuju pintu kamar,. Sejenak ia berhenti saat tangannya menyentuh gagang pintu. Yurina berbalik memandang suaminya itu. Moranno yang memperhatikan apa yang dilakukan isterinya hanya memberi isyarat dengan menganggukan kepalanya.
Yurina membuka daun pintu, lalu masuk dan menutupnya kembali dengan rapat dari dalam.
Moranno bergegas menuju dapur. Tak lama ia telah kembali membawa seteko air putih, segelas susu, dan satu gelas kosong, lalu meletakannya diatas nakas.
"Minumlah vitamin dan susumu, tadi kau belum sempat meminumnya." Kata Moranno sambil memberikan vitamin dan segelas susu pada Yurina isterinya.
Yurina segera menerima vitaminnya dan meminumnya dengan segelas air putih. Lalu meraih gelas susu yang dipegang Moranno dan segera menghabiskannya dalam hitungan detik.
"Sekarang tidurlah, aku akan menyelesaikan beberapa pekerjaan di ruang kerja."
Yurina menganggukan kepalanya lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Moranno menyelimuti tubuh isterinya itu dengan selimut hingga kelehernya. Ia mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu dingin.
"Bolehkah aku... " Yurina agak ragu melanjutkan kalimatnya.
"Katakan saja apa yang kau inginkan, aku akan melakukannya." Kata Moranno sambil berdiri di sisi tempat tidur setelah mengatur suhu ruangan.
"Bolehkah aku...."
Moranno menatap wajah isterinya, dan menunggu kalimat isterinya itu diselesaikan.
"Iya, bolehkah aku apa? Emmm?" Tanya Moranno sambil duduk ditepi tempat tidur.
"Bolehkah aku... mendapatkan pelukanmu lagi seperti tadi?" Setelah mengatakan itu Yurina segera menutupi wajahnya dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya. Ia bahkan tak percaya bila dirinya bisa seberani itu mengatakan hal seperti itu pada suaminya.
Moranno terpana beberapa saat mendengar permintaan isterinya yang tak terduga itu. Ia mulai menaiki tempat tidur dan mendekati tubuh isterinya itu. Ia masuk kedalam selimut dan merapatkan tubuhnya pada tubuh isterinya itu.
"Mengapa kau menutup wajahmu dengan selimut, aku tak dapat melihatmu." Godanya,.
"Aku malu..." Jawab Yurina dari dalam selimut.
"Baiklah... Kalau kau malu... Aku akan meninggalkanmu disini sendiri untuk berkerja supaya kau tidak malu bila tidak ada diriku disini." Kata Moranno yang berpura - pura ingin pergi.
"Jangan !!" sergahnya cepat sambil membuka selimutnya.
"Sekarang hadapkanlah wajahmu padaku, dan letakan kepalamu disini..."
Yurina perlahan menghadapkan wajahnya kearah Moranno dan meletakan kepalanya di atas lengan suaminya itu. Hembusan napasnya yang hangat terasa menyapu dada pria itu.
Moranno mengeratkan pelukannya, sehingga bibir Yurina menyentuh dadànya. Darah kelelakiannya mulai menjalar keseluruh tubuhnya. Denyut jantungnya mulai berlomba tak tau aturan. Sesuatu perlahan mulai menegang dibawah sana. Dengan sekuat tenaga pria sejati itu menahan hasratnya yang tengah memuncak.
Yurina yang merasa nyaman dalam pelukan Moranno terlelap tanpa tahu perjuangan yang dilakukan suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
neng ade
sabaarr.. 😁
2025-03-26
1
Inru
🌹🌹
2022-11-22
1
Inru
Duh, panas, perlu disiram air dingin nih.
2022-11-22
1