Manager Hardi lalu memberikan busana khusus kepada Moranno dan Yurina seperti yang ia kenakan.
Kemudian ia juga memberikan satu payung kepada Moranno dan satu payungnya lagi kepada Yurina.
Ketiganya mulai menyusuri pematang sawah.
Manager Hardi paling depan sebagai penunjuk jalan, kemudian Morano, dan Yurina di belakangnya. Sisi kanan dan kiri mereka terbentang petak - petak sawah yang menghijau, membuat terpesona setiap orang yang memandangnya.
Manager Hardi mulai menjelaskan pada Moranno dan Yurina apa saja jenis - jenis padi yang di budidayakan di Agatsa Rice Grup. semua disampaikan dengan terperinci oleh sang manager.
"Sekarang, berapa kali setahun bisa panen?" Tanya Moranno sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh area persawahan yang menghijau.
"Tiga kali tuan, semenjak irigasinya lancar."
"Berapa persen pembangunan waduk sudah terlaksana?"
"Tujuh puluh persen tuan."
" Bawa kami melihatnya." pinta Moranno.
"Baik tuan."
Manager Hardi lalu membawa Moranno dan Yurina menuju satu bangunan yang masih berada dalam area persawahan.
Saat mereka memasuki bangunan, beberapa pegawai yang tengah bekerja segera berdiri dan memberi hormat dengan menundukan kepala mereka.
Ruangan di dalam bangunan itu terlihat lebih mirip laboratorium komputer, ada banyak layar - layar komputer terpasang didinding tembok.
"Operator Darwan tolong tunjukan pembangunan waduk yang sedang berjalan, tuan dan nyonya ingin mengetahuinya." Kata Manager Hardi pada salah satu operator.
"Baik manager Hardi." Jari - jemari operator Darwan segera mengutak - atik dengan cekatan keyboard komputer di mejanya.
Detik selanjutnya terlihat pada layar - layar komputer yang ada didinding, penampakan waduk yang sedang dibangun dari segala sisi.
Operator Darwan mulai menjelaskan gambar - gambar yang terpampang di layar komputer, dari satu layar ke layar komputer yang lain.
"Dan sisi sebelah utara ini, baru akan selesai dalam waktu enam bulan kedepan tuan." Operator Darwan mengakhiri penjelasannya.
Moranno memperhatikan layar terakhir yang dijelaskan Operator Darwan yang tengah memperlihatkan pekerjaan konstruksi sedang dilakukan dalam penyelesaian proyek waduk.
"Baiklah... Sudah cukup...." Kata Moranno selanjutnya.
"Kami akan kembali."
"Baik tuan. Terima kasih atas kunjungannya." Kata Manager Hardi, lalu ia dan operator Darwan memberi hormat dengan membungkukan sedikit badan mereka.
Moranno dan Yurina melepaskan pakaian khusus mereka dan menyerahkan kembali pada manager Hardi, keduanya pun meninggalkan tempat itu menuju parkiran mobil mereka.
Moranno membukakan pintu mobil untuk Yurina isterinya dan mempersilahkannya masuk.
Kemudian Ia segera membuka pintu mobil dekat kemudi dan segera masuk duduk dibelakang kemudi.
Mobil mulai merayap perlahan - lahan. Moranno menurunkan sedikit kaca mobilnya saat melintas pos security. Petugas yang sedang berjaga segera memberi hormat dengan membungkukkan tubuh mereka lalu mempersilahkan mobil Moranno melintas dengan memberi isyarat tangan.
Moranno lalu menaikkan kembali kaca mobilnya, selanjutnya mobil itu mulai melaju melintasi jalan raya yang mulai ramai.
"Mengapa kau membawaku mengunjungi beberapa usaha keluargamu, dan kau pasti tau bila banyak yang tak aku pahami?" Tanya Yurina seraya memandang Moranno yang tengah menyetìr di sebelahnya.
Mendengar pertànyaan wanita itu, pandangan Moranno tetap pokus dan lurus kedepan, sambil mengemudi dengan tenang.
"Mungkin sekarang kau tidak memahaminya, setidaknya kau sudah berkunjung dan melihatnya. Di masa depan nanti, apa yang kita lakukan hari ini pasti ada manfaatnya bagimu." Tuturnya dengan tetap mengawasi jalan dihadapan mereka.
"Kau sekarang adalah bagian dari keluarga Agatsa, kau adalah... nyonya Moranno Agatsa."
"Dan aku mempercayaimu."
"Apa kau mengerti?" Moranno menegaskan ucapannya sambil menatap wanita disebelahnya sekilas lalu kembali fokus kedepan.
Wanita itu hanya mengangguk perlahan. Sejauh ini dia merasakan bahwa Moranno, pria yang menikahinya ini tidak merasa malu akan keberadaannya disinya yang pernah menjadi cleaning servicenya, dia tidak pernah berusaha menyembunyikan dirinya, bahkan pria itu menunjukan dirinya dihadapan para pegawainya.
Entah ia harus merasa senang atau bagaimana, namun ia sangat menyadari bahwa tidaklah mudah menjadi bagian dari hidup suaminya itu, pria yang penuh dengan sejuta kesibukan. Mungkinkah ia sanggup?
Mobil yang mereka kendarai mulai melambat memasuki kawasan villa Moranno.
Petugas security yang mengenali mobil tuannya lalu segera memberi hormat seraya menaikan portalnya, dan memberi isyarat dengan tangannya agar mobil tuannya itu segera memasuki area villa.
Mobil yang dikendarai Moranno melintas dengan perlahan melewati pos security menuju villa khusus milik Moranno dan terparkir secara sempurna di garasi.
Moranno membuka pintu mobil dan mempersilahkan Yurina turun, keduanya lalu berjalan beriringan memasuki villa.
Beberapa pelayan yang sedang melakukan tugasnya memberi hormat pada saat mereka melihat kedatangan Moranno dan Yurina.
"Segeralah membersihkan dirimu, aku akan menunggu mu di bawah untuk makan siang." Kata Moranno saat mereka sudah di kamar.
"Apa kau tidak membersihkan diri?" Tanya Yurina pada suaminya.
"Aku akan membersihkan diri di kamar mandi yang lain." Katanya lagi sambil mengambil pakaian gantinya di lemari pakaian.
***
Siang itu keduanya menikmati makan siang yang telah disiapkan oleh pelayan.
Seperti biasanya, keduanya pun membereskan meja makan, dan membersihkan peralatan makan secara bersama.
Moranno segera menggandeng tangan isterinya ke kamar saat kegiatan dapur mereka sudah selesai.
"Kau istirahat sianglah dahulu, kegiatan kita hari ini pasti mèlelahkanmu."
"Aku ingin kau dan juga bayi yang ada dalan kandunganmu sehat."
Moranno menuntun isterinya itu ketempat tidur, dan menyelimutinya dengan selimut, lalu mengatur suhu ruangan supaya tidak terlalu dingin.
Moranno beranjak dari tempat tidur berpindah ke sofa didekat tirai, membuka laptopnya, dan jari - jarinya mulai bermain dengan lincah di atas keyboard laptop miliknya.
Detik selanjutnya Moranno mulai larut dalam kesibukannya memeriksa laporan yang ia terima dari asisten Rudi.
Waktu beranjak sore, Yurina terbangun dari tidur siangnya. Terlihat Moranno yang masih setia menatap layar laptop didepannya, sambil sesekali jarinya bermain diatas keyboard.
Yurina mendekatinya dengan perlahan, dan duduk di sampingnya.
"Kau sudah bangun?" Tanya Moranno dengan tetap menatap ke layar laptopnya yang masih menyala.
"Iya." Jawab wanita itu singkat.
"Apa kau ingin aku membuatkan teh herbal dan mengambil camilan untukmu?" Yurina menawarkan.
"Tidak, nanti saja."
"Sekarang aku akan mengajakmu keluar melihat matahari terbenam." Kata pria itu sambil mematikan laptopnya.
Moranno segera berdiri diikuti Yurina. Keduanya berjalan beiringan menuju keluar villa.
Disisi barat villa itu terdapat danau kecil yang sisi - sisinya ditumbuhi bunga - bunga beraneka warna, tampak banyak kupu - kupu yang berterbangan kian - kemari dari satu bunga ke bunga yang lain. Air mancur di tengah - tengah danau menambah keasrian tempat itu.
Moranno dan Yurina berjalan menapaki jembatan yang melengkung seperti pelangi diatas danau.
"Apa kau suka tempat ini?" Tanya Moranno pada wanita yang berjalan di sampingnya.
"Iya.... aku menyukainya." jawab wanita itu sambil tatapannya menyapu alam sekitarnya.
"Apa yang kau sukai?"
"Banyak...." Jawabnya singkat.
"Apa itu..." Tanya Morano lagi sambil matanya mengawasi wanita yang sekarang ada di hadapannya.
Yurina sektika menjadi gugup seraya berhenti melangkah, saat Moranno yang berjalan di sampingnya langsung berdiri di hadapannya dan tak melepaskan tatapannya.
Jantungnya tiba - tiba berdetak tak karuan, tatapan pria itu membuatnya sedikit salah tingkah dibuatnya. Kedua tangan Yurina segera memegang pagar jembatan untuk menjaga keseimbangannya.
"Aku... suka suasananya yang sejuk, suka pemandangannya juga." Kata Yurina sambil menghindar dari tatapan pria itu.
"Apa hanya itu?" Tanya Moranno lagi sambil menatap Yurina yang melihat kearah lain.
"Ku rasa begitu." Kata wanita itu lagi dengan berusaha bersikap tenang.
Suasana seketika menjadi hening, tak ada yang berbicara, hanya terdengar suara kicauan burung diantara pepohonan.
Suara gemericik air mancur, dan angin sepoi - sepoi yang menyentuh dedaunan.
"Besok kita akan kembali ke kota." Kata Moranno memecah keheningan sambil menatap ke arah matahari yang mulai beranjak ke peraduannya. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celananya.
Yurina sejenak menatap ke arah Moranno yang sedang memandang lurus ke arah matahari terbenam, lalu ia pun memalingkan wajahnya dan turut memandang ke arah matahari terbenam tanpa berkata sepatah katapun.
"Mungkin suasana yang kau dapatkan di tempat ini akan sulit kau temukan disana, mungkin akan ada banyak hal yang harus kau hadapi diluar kehendakmu." Tambah pria itu lagi.
"Seperti matahari yang pasti akan terbenam di senja hari, semua yang terjadi pasti ada penyelesaiannya walaupun itu membutuhkan waktu yang lama." Kata Moranno seraya menatap wanita yang berdiri disisinya.
Yurina yang tidak memahami perkataan Moranno hanya bisa terdiam, tanpa terasa ia memberanikan diri membalas tatapan pria itu.
"Tetaplah disisiku, karena aku percaya padamu." Kata pria itu sembari meraih kedua tangan isterinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Setia R
wah gawat nih!
2023-09-13
1
Romie kece romie kece
morina beruntung banget di nikahi morano,
2022-11-11
2
Maya●●●
lanjutttt
2022-08-25
2