Wajah Yurina tiba - tiba pucat dan tubuhnya sedikit gemetar, kejadian semalam kembali berputar - putar di kepalanya.
"Bu Sari, bolehkah orang lain saja yang mengerjakannya, saya melakukan ditempat lain saja bu?" Kata Yurina yang tiba-tiba diserang rasa takut.
"Yurina, disini hanya kau yang baru tiba, selain itu tuan Moranno sangat tidak suka melihat ruangannya yang berantakan dan kotor." Kata bu Sari yang tidak memperhatikan perubahan yang terjadi pada bawahannya itu.
"Segeralah... Asisten Rudi juga sedang mengambil pakaian ganti untuk tuan Moranno." Tambah bu Sari lagi.
***
Yurina membuka pintu ruang kerja sang CEO itu dengan perlahan - lahan, dan sangat hati-hati ia masuk dengan perasaan takut yang menyelimuti.
Ia menebarkan pandangannya keseluruh ruangan, melihat kesetiap sudut.
Ruangan itu memang terlihat sangat kotor dan berantakan setelah peristiwa semalam.
Semua kejadian itu kembali melintas dan berputar - putar dalam ingatan gadis itu. Tiba-tiba ia merasa pusing.
Yurina buru - buru membersihkan dan merapikan ruangan itu, ia berharap bisa menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang singkat, sehingga ia tidak perlu bertwmu dengan orang yang menakutkan itu.
Pintu kamar dalam ruang kerja itu tiba - tiba terbuka.
Yurina yang sebelumnya telah diselimuti rasa takut menjadi sangat kaget hingga menahan napasnya. Ia berdiri sambil menundukkan wajahnya tak berani bergerak, tubuhnya sedikit gemetar.
"Kau.....!!" Suara pria itu terdengar menggema memenuhi ruangan.
"Tuan, maafkan saya..."
"Saya yang mengijinkan nona Yurina masuk untuk membersihkan ruang kerja tuan."
Asisten Rudi yang baru tiba berkata dengan hormat sambil menundukan sedikit kepalanya.
"Tuan, apakah anda terluka?" tanya asisten Rudi yang tengah meletakan paper bag berisi pakaian ganti Moranno disisi tempat tidur.
"Maksudmu??" Moranno mengerutkan kedua alisnya tanda tak mengerti.
"Ada bercak darah ditempat tidur tuan." kata asisten Rudi lagi sambil melihat kearah sprei yang ada noda darah.
Wajah Moranno langsung menegang, ia menatap Yurina yang masih berdiri ditempatnya tanpa bergerak sedikitpun dengan wajah tertunduk, gadis cleaning service yang telah ditidurinya dengan paksa semalam.
Yurina tiba - tiba ambruk, sebelum kepalanya terbentur ke lantai Moranno telah menopangnya.
"Asisten Rudi , cepat telpon Dokter." Kata Moranno yang agak panik.
"Baik tuan." Asisten Rudi dengan cepat menekan nomor dokter keluarga Agatsa diponselnya.
Moranno segera mengangkat tubuh Yurina yang pingsan itu ke tempat tidurnya, ia merasakan tubuh gadis itu panas tinggi dengan wajah yang pucat.
Beberapa waktu kemudian Dokter Herman, yaitu Dokter keluarga Agatsa telah tiba, dan segera melakukan pemeriksaan terhadap Yurina.
"Nona Yurina sepertinya mengalami kelelahan. Dilihat dari beberapa lebam di lengannya, ini menyebabkan dia demam tinggi, sepertinya dia telah mengalami kekerasan fisik." Jelas sang Dokter singkat.
"Tuan Moranno, apa yang terjadi pada bibir anda?" tanya sang Dokter sambil memperhatikan bibir Moranno.
"Ini... ini terbentur di kamar mandi." Jawab Moranno sambil memegang bibirnya yang telah membengkak akibat gigitan Yurina semalam.
" Apakah di sprei ini darah tuan...?" tanya dokter lagi saat melihat noda darah disprei tempat Yurina dibaringkan.
"Itu... itu... Asisten Rudi segera ganti sprei ini." Kata Moranno yang bingung harus menjawab apa.
"Huh... kenapa harus bibirku yang dia gigit." Gerutu Moranno dalam hatinya.
"Bagaimana kalau saya bantu untuk mengompres bibir tuan..." Ujar Dokter Herman lagi.
"Ti... tidak perlu Dok, saya lakukan sendiri." Kata Moranno sedikit gugup.
"Baiklah..." Ucap Dokter Herman sambil tersenyum.
"Ini... Saya buatkan resep obat yang harus di minum oleh nona Yurina, segera ambil di Apotik." Kata sang dokter sambil menulis di secarik kertas.
"Dan... beri waktu pada nona Yurina untuk beristirahat memulihkan kesehatannya." kata sang Dokter.
"Baik, terima kasih Dok." Kata Moranno.
"Jangan lupa segera kompres bibir tuan, supaya tidak terjadi infeksi." Kata Dokter Herman sambil tersenyum.
"Saya permisi...." Dokter Herman sedikit menundukan kepalanya memberi hormat dan segera pergi.
***
Kring.... Kring... Kring....
"Selamat pagi, ruangan cleaning service disini, ada yang bisa di bantu?" Bu Sari mengangkat telepon di ruangannya.
"Apaaa... " Ibu Sari sedikit terkejut.
"Baik asisten Rudi, saya akan segera kesana." Ibu sari segera bergegas.
Tok... Tok.... Tok...
"Masuklah..."
"Permisi tuan.... Asisten Rudi...." Ibu Sari masuk lalu memberi hormat dengan menundukan kepalanya.
"Ibu Sari tolong anda urus keadaan nona Yurina." Ujar Moranno pada ibu Sari yang berdiri didepannya.
"Baik tuan." Kata Ibu Sari.
"Ini obatnya, segera berikan padanya setelah ia memakan makanannya."
"Baik tuan."
Ibu Sari segera berlalu untuk menemui Yurina yang berada di kamar Moranno.
"Yurina... apa yang terjadi?" Tanya bu Sari setengah berbisik sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi Yurina.
"Saya tidak kenapa - kenapa bu..." Ujar Yurina.
"Tidak kenapa - kenapa gimana..."
"Wajahmu sangat pucat, tubuhmu juga panas..."
"Ayo, cepat makan - makananmu, lalu segera minum obat ini." Kata ibu Sari menyodorkan makanan diatas nakas pada Yurina.
***
"Tuan, kami permisi dulu." pamit bu Sari.
"Baiklah..."
"Bu Sari, berikan dia waktu beberapa hari untuk beristirahat memulihkan kesehatannya."
"Baik tuan." Ibu Sari memberi hormat dengan menundudukan sedikit kepalanya, sementara Yurina yang disebelahnya tidak berani sama sekali mengangkat wajahnya.
Moranno menatap punggung kedua wanita itu yang menghilang dibalik pintu ruang kerjanya. Entah apa yang dipikirkannya.
"Yurina, kau langsung pulang saja, beristirahatlah untuk beberapa hari sampai kesehatanmu pulih." Kata bu Sari saat mereka berada diruang cleaning service.
"Tapi bu, saya baru seminggu berkerja, bagaimana saya bisa beristirahat di rumah untuk beberapa hari."
"Yurina, tadi kau mendengar sendiri apa yang dikatakan oleh tuan Moranno, kau diperbolehkan untuk istirahat, supaya segera sembuh, jangan kuatir. Lagi pula ada banyak teman-temanmu yang menggantikan pekerjaanmu untuk sementara waktu selama kau beristirahat di rumah. Jelas bu Sari pada bawahannya itu.
"Baiklah..." Yurina segera mengemasi barangnya dan segera pulang.
***
Beberapa hari kemudian, Yurina yang merasa membaik telah kembali berkerja.
"Yurina, kau sudah kembali berkerja?"
"Apa kau benar - benar merasa sehat?" Tanya bu Sari senang saat melihat Yurina sudah kembali berkerja.
"Sudah bu..."
"Tapi wajahmu masih terlihat pucat..."
" Dan nampak lebih kurus..." Kata bu Sari yang melihat kondisi tubuh Yurina.
"Saya... baik bu..."
"Dan saya, membutuhkan pekerjaan ini..." Kata Yurina dengan wajah seperti memohon.
"Baiklah, ibu mengerti..."
"Jika nanti kau merasa kurang baik, jangan memaksakan diri, beristirahatlah." Kata ibu Sari merasa iba.
"Terima kasih bu... " Yurina tersenyum dengan semangat, lalu mulai berkerja sesuai arahan dari ibu Sari atasannya itu.
***
Hari demi hari berlalu, dan minggu demi minggu berlalu dengan banyak kesibukan membuat Moranno lupa akan apa yang pernah ia lakukan pada pegawai cleaning servicenya.
"Huueeekkk.... hueeekkk... hueeeeekkk..."
"Motanno... Kau kenapa??" Nyonya Agatsa nampak kuatir melihat putranya yang terus - menerus memuntahkan sarapannya pagi itu.
"Entahlah mom... "
"Perutku rasanya bergejolak di dalam sana." Kata Moranno yang masih mengeluarkan semua isi perutnya.
"Bi Nur, tolong telepon Dokter cepat." Kata nyonya Agatsa.
"Baik Nyonya besar." sambil memberi hormat dengan menundukan sedikit kepalanya, kepala pelayan yang berusia paruh baya itu segera melakukan apa yang diperintahkan Nyonyanya itu.
"Huueekkk... hueeekkk... hueeekkk"
"Mami lihat beberapa hari belakangan kau sering muntah - muntah seperti ini." Nyonya Agatsa memapah putranya ke kamarnya.
Tak lama berselang, Dokter Herman tiba. Ia segera melakukan pemeriksaan, ia sedikit mengernyitkan keningnya.
"Bagaiman Dok?"
"Apa yang terjadi pada putraku?" Kata nyonya Agatsa pada dokter muda itu.
"Maaf Nyonya, tuan Moranno baik - baik saja."
":Tidak ada masalah dengan kesehatannya." Kata dokter Herman.
"Tapi... mengapa belakangan ini ia selalu merasa mual, dan bahkan muntah - muntah seperti pagi ini." Kata nyonya Agatsa lagi.
"Mulai kapan gejala ini terjadi? Apa ada keluhan lain selain ini?"
"Hampir seminggu Dok... Mudah merasa lelah dan perut sering kembung." Jawab Moranno.
"Nyonya, saya sarankan tuan Moranno bisa memeriksakan kesehatannya di rumah sakit, untuk memastikan saja."
"Menurut pemeriksaan saya tidak terjadi masalah dalam tubuh tuan Moranno, bahkan sangat sehat."
"Dari gejala yang di keluhkan tuan Moranno... menurut pengalaman saya selama menjadi dokter, tuan Moranno kemungkinan mengalami.... Sindrom Couvade atau kehamilan simpatik." kata sang dokter dengan hati - hati dan sedikit ragu.
"Maksud Dokter...?" Tanya nyonya Agatsa dengan wajah yang terkejut.
"Tidak mungkin, tidak mungkin..." Kata Nyonya Agatsa sedikit syok.
"Moranno ini belum menikah Dok, belum memiliki seorang isteri, tidak mungkin dia mengalami hal itu..." Tegasnya lagi.
"Ahh... Dokter bercanda saja..." Nyonya Agatsa tertawa kecil untuk menghilangkan ketegangannya di hadapan sang Dokter.
Moranno yang mendengar percakapan Dokter Herman dengan ibunya hanya bisa diam dan tertegun. Peristiwa beberapa waktu lalu kembali terbayang dikepalanya hingga membuat sakit kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Lina maulina
kayak orang bunting🤭🤭
2023-11-07
1
Lina maulina
yurina hamil
2023-11-07
1
Setia R
kalau aku yg dilecehkan, aku tuntut dia, eh malah nggak berani menatap!
2023-07-28
1