"Bu Sari untuk apa kita kemari?" Tanya Yurina setengah berbisik.
"Tuan mau memeriksakan kesehatanmu Yurina."
"Tapi bu, saya ini hanya pegawai rendah..."
"Jangan bu, saya tidak enak dengan tuan."
"Menurut sajalah Yurina, nanti tuan marah bila kita menentangnya."
"Lagi pula... Akhir - akhir ini kau sering pingsan, mungkin saja ada masalah dalam tubuhmu yang kau sendiri tidak tahu." Jelas bu Sari lagi.
Yurina menyadari apa yang dikatakan bu Sari memang benar.
"Terkadang pusing - pusing itu datang menyerang, setelah itu sembuh sendiri..." kata gadis itu lirih.
"Ibu Sari..." Asisten Rudi bersama seorang suster datang menghampiri mereka.
"Perkenalkan ini suster Anie."
"Suster Anie, ini ibu Sari, dan ini nona Yurina."
"Nona Yurina silahkan ikut dengan suster Anie untuk bertemu Dokter Rosalie dan tuan Moranno yang telah menunggu." Kata asisten Rudi.
"Ibu Sari silahkan ikut dengan saya kembali ke kantor."
Asisten Rudi dan ibu Sari pun langsung meninggalkan rumah sakit dengan segera.
Walau agak ragu, Yurina tetap mengikuti langkah suster Anie yang berjalan di sebelahnya.
Sesampainya didepan ruangan Dokter Rosalie, Yurina sempat berhenti dan tertegun sejenak saat membaca tulisan yang terpampang di pintu ruangan tersebut.
"Nona, silahkan masuk kedalam." Kata suster Anie yang membuka pintu dan melihat Yurina berhenti didepan pintu.
Didalam ruangan terlihat Moranno tengah berbincang dengan dokter Rosalie dan terlihat akrab.
"Moranno, aku sangat terkejut, ternyata kau telah menikah." kata Dokter Rosalie tak percaya.
"Dokter, nona Yurina sudah tiba." Kata suster Anie.
Dokter Rosalie dan Moranno sama - sama mengarahkan pandangan mereka ke arah suster Anie dan Yurina yang baru datang.
"Nona Yurina, anda sudah datang, silahkan langsung berbaring disini, saya akan memeriksa anda." Kata dokter Rosalie yang berdiri disisi tempat tidur pasien.
Yurina melewati Moranno sambil membungkuk, membuat Dokter Rosalie agak heran namun tak urung tersenyum melihat sikap Yurina pada Moranno.
Dengan agak ragu - ragu Yurina naik ke tempat tidur pasien.
"Apa keluhan anda akhir - akhir ini nona?" Tanya Dokter Rosalie.
"Terkadang sedikit pusing." Jawab gadis itu singkat.
"Apakah mengalami muntah..."
"Tidak Dok."
"Permisi nona..." Dokter Rosalie menyingkap sedikit pakaian Yurina, lalu mengolesi gel dibagian perutnya.
Yurina sedikit ragu sambil menatap ke arah Moranno.
Dokter Rosalie seperti memahami pikiran Yurina lalu tersenyum.
" Tak mengapa nona, tak usah malu pada suamimu." ucap sang dokter menggoda pasiennya.
"Ti... tidak Dok.... Anda salah faham." Kata Yurina merasa tak nyaman.
"Moranno, kemarilah... " Kata dokter Rosalie.
Yurina terkejut karena Dokter Rosalie meminta Moranno mendekat, ia menjadi salah tingkah karena perutnya yang terbuka.
"Lihatlah di layar monitor... ini bayi kalian." Dokter Rosalie mulai menjelaskan, sambil mengeser - geser transduser di atas perut Yurina secara perlahan - lahan.
"Usianya sudah memasuki enam minggu."
"Mata, hidung, mulut, dan telinga sudah mulai terbentuk, bahkan rahang bawah sampai tenggorokan juga."
Wajah Moranno menegang saat melihat layar monitor dan mendengar penjelasan dari sang Dokter. Ia merasa hampir tak percaya, hasil perbuatannya terhadap pegawai cleaning servicenya itu menciftakan kehidupan baru di dalam tubuh gadis yang sedang berbaring di pembaringan pasien. Itu adalah benihnya, anaknya yang masih sebesar biji kacang.
Yurina yang melihat layar monitor dan mendengar penjelasan Dokter Rosalie menjadi syok.
Air mata gadis itu mengalir tanpa ada suara tangisan terdengar, terlihat sekali ia menahan tangisnya hingga tubuhnya bergoyang.
Di hatinya timbul kebencian pada pria yang telah membuatnya mengandung sebelum menikah.
Seperti gadis - gadis lainnya, ia pun ingin menikah dengan laki - laki yang ia cintai lalu memiliki anak.
Bukan seperti ini, di perkosa, dan mengandung tanpa suami, hatinya sangat terpukul.
Bagaimana dia harus menjalani kehidupannya selanjutnya, harus mengandung sendiri, harus berkerja sendiri, harus menanggung rasa malu sendiri, dan berbagai - bagai pikiran berkecamuk dalam dadanya.
Tubuh Yurina berguncang diatas pembaringan tempat ia diperiksa, menahan tangisnya dalam dadanya yang begitu mengguncang jiwanya.
Dokter Rosalie yang tengah memberikan penjelasan pemeriksaan kandungan merasa aneh dengan sikap Yurina yang nampak sedih, berbeda sekali dengan Moranno yang tampak tegang tanpa berkedip menatap layar monitor sambil mendengarkan penjelasan Dokter Rosalie dengan penuh perhatian.
Belum selesai Dokter Rosalie melakukan pemeriksaan, Yurina tiba - tiba menepis transduser yang digeser - geser di atas perutnya secara kasar hingga terhempas ke lantai.
Dokter Rosalie dan Moranno terkesiap. Belum sempat habis keterkejutan mereka berdua, Yurina telah duduk dari posisi berbaringnya dan mengamuk.
"Kau... laki - laki jahat, mengapa kau lakukan ini padaku!"
"Mengapa kau harus memperkosaku malam itu!" Ucap Yurina seraya tangis nya pecah tak terkendali.
Dokter Rosalie terperangah, dan menatap wajah Moranno sahabatnya seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut gadis itu.
"Ma... Maafkan aku..."
"Aku tak berniat melakukannya padamu." Ucap Moranno berusaha meraih tubuh gadis itu dalam dekapannya.
"Jangan sentuh aku dengan tangan jahatmu itu !" Bentak Yurina.
Tangis Yurina menjadi - jadi, ia tak dapat menahan gejolak emosinya, rasanya ingin menumpahkan semua lahar panas di hatinya.
Dokter Rosalie lalu mendekati Yurina dan memeluknya dengan lembut. Ia segera mengerti apa yang temgah terjadi.
"Saya mengerti perasaanmu nona..." Ujarnya sambil membelai rambut panjang Yurina dengan lembut.
"Tapi kau harus ingat nona, didalam tubuhmu sekarang telah tumbuh kehidupan baru, ada bayi yang membutuhkanmu untuk menerima mereka ada sementara waktu dalam tubuhmu beberapa bulan kedepan."
"Mereka tak bisa kau buang, mereka juga berhak hidup, mereka darah dagingmu."
"Apakah kau mengerti nona?" Kata Dokter Rosalie lembut.
"Untuk sementara, kau beristirahatlah dahulu sejenak, saya akan berbicara dengan Moranno."
Yurina hanya mengangguk dan tangisnya pun mulai mereda.
"Suster Anie, tolong temani nona Yurina." Panggil dokter Rosalie pada suster.
"Baik Dok..." Suster Anie langsung muncul didekat mereka.
Dokter Rosalie lalu mengajak Moranno ke taman rumah sakit yang berada di samping rumah sakit, beberapa perawat dan juga dokter yang berpapasan dengan mereka memberi salam dengan menunduk hormat.
Suasana taman tampak sepi dan lengang.
Dokter Rosalie dan Moranno memilih salah satu gazebo yang ada dipinggir taman untuk mereka duduk.
"Maafkan aku Moranno...." Dokter Rosalie membuka pembicaraan.
"Bukannya aku mau mencampuri urusan pribadimu, namun ini kulakukan melihat kondisi gadis itu."
"Apa yang terjadi sebenarnya? Aku mengenalmu, kau sahabatku. Aku tak percaya kau bisa melakukannya pada gadis itu."
"Apalagi selama ini aku tak pernah mendengarmu dekat dengan seorang wanita, selain Gandis yang selalu berusaha mendekatimu." Kata Dokter Rosalie.
Moranno menghirup udara taman sebanyak - banyaknya memenuhi paru - parunya, lalu membenarkan posisi duduknya.
"Malam itu, di pesta ulang tahun perusahaan aku meminum minuman yang disajikan pelayan. Beberapa menit kemudian, aku merasakan sesuatu bergejolak dalam tubuhku, aku segera menyadari bahwa minumanku telah dicampur obat perangsang, karena sebelumnya aku pernah mengalaminya juga."
"Lalu aku dan asisten Rudi segera meninggalkan pesta."
"Asisten Rudi membawa mobilku, sedangkan aku menyelinap ke ruang kerjaku."
"Tak disangka disana ada nona Yurina, dia pegawai cleaning service kami."
Moranno berhenti sejenak, ia mengambil napas dalam, sementara Dokter Rosalie masih memperhatikan cerita Moranno dengan seksama.
"Aku.... sudah berusaha menyuruhnya pergi, namun karena ada insiden kecil terjadi, aku terpeleset air kotor yang ku tumpahkan sendiri, dan gadis itu berusaha membersihkannya kembali."
"Sehingga.... Terjadilah malapetaka malam itu." Ujar Moranno dengan raut wajah menyesal.
"Lalu sekarang, apa yang akan kau lakukan pada gadis itu?" Tanya Dokter Rosalie lagi setelah mendengar kisah sahabatnya itu.
"Aku belum tau...." Jawab Moranno bingung.
"Sebaiknya kau harus segera tahu apa yang harus kau lakukan Moranno."
"Perut gadis itu akan segera membuncit, dan di dalamnya ada anakmu, darah dagingmu." Tegas dokter Rosalie.
"Untuk sementara, biarkan gadis itu bersamaku disini untuk menenangkan dirinya." Tambah sang Dokter lagi.
"Baiklah..."
"Terima kasih banyak, besok aku akan kembali lagi kemari." Ucap Moranno.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Setia R
mampus, lu!
2023-08-06
1
Authophille09
Morano ga sepenuh nya salah sih di sini
2022-11-27
1
Noviyanti
semoga morano tanggung jawab ya
2022-11-13
1