"Mandilah terlebih dahulu, nanti aku akan menyiapkan makanan untukmu." Moranno segera bangkit dari posisinya, lalu bergegas keluar kamar dan turun ke dapur.
Sepeninggal Moranno Yurina membereskan tempat tidur mereka lalu segera ke kamar mandi. Ia kembali terkesiap melihat banyak kelopak - kelopak bunga bertebaran di kamar mandi. Kali ini kelopak mawar berwarna pink.
Yurina lalu merendamkan dirinya di dalam bathtub. Ia menyentuh kelopak - kelopak bunga itu dengan jari-jarinya, menghirup wanginya sambil memejamkan matanya.
Imajinasinya pun mulai mengembara saat menikmati sensasi kelopak - kelopak mawar itu, serasa mandi di alam lepas, begitu nyaman.
"Krrriiiiiiiiuuuuukkkkkk".
Suara perutnya yang minta segera diisi membuatnya sadar, lalu segera bangkit dan menggunakan handuk kimononya.
Yurina yang sudah rapi berpakaian, segera keluar dari kamar.
Aroma masakan segera tercium oleh hidungnya dan begitu menggugah selera, ia menuruni tangga mengikuti datangnya aroma masakan.
Sesampainya di dapur, terlihat suaminya begitu sibuk menyiapkan makan siang mereka.
"Sudah selesai mandinya?" Moranno menyapa saat melihat Yurina mendekat.
Yurina hanya mengangguk tanpa bicara.
"Ayo, duduklah..." sambil menarik kursi, dan mempersilahkan isterinya duduk.
Moranno menata hidangan di atas meja makan. Lalu mengambil nasi, lauk dan sayuran untuk isterinya tanpa canggung.
"Makanlah yang banyak, kau sudah melewatkan sarapan pagimu."
"Terima kasih...." Yurina segera menyantap makan siangnya.
"Apakah enak....?" Tanya Moranno sambil memperhatikan wajah isterinya itu.
"Enak... Bagaimana kau bisa memasak?"Tanya Yurina disela - sela makannya.
"Bukan kah kau sangat sibuk?"
"Saat aku menempuh pendidikan di luar negeri, jarang menemukan makanan khas dalam negeri, jadi mulai saat itulah aku belajar memasak." Kata Moranno sambil menikmati makan siangnya.
"Ini vitaminmu harus diminum, dan habiskan susumu." Kata Moranno lagi sambil membereskan meja makan.
"Biarkan aku saja melakukannya." Kata Yurina tidak nyaman melihat suaminya melakukan semuanya itu.
"Tidak perlu, nanti setelah kita pulang aku akan sangat sibuk di kantor, mungkin sangat jarang melakukan semua ini untukmu." Katanya lagi.
"Kita sama - sama saja..." Yurina masih bersikukuh untuk membantu.
""Tidak.... kau perlu banyak istirahat di trisemester awal kehamilanmu." Kata Moranno sambil membawa peralatan makan ke wastapel untuk dibersihkan.
Yurina pun hanya terduduk diam di meja makan sambil memperhatikan majikannya yang telah menjadi suaminya membersihkan peralatan makan yang telah mereka pakai siang itu, hingga membersihkan kitchen set dengan telaten.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Moranno yang menyadari isterinya memperhatikannya.
"Ahh tidak...." Kata Yurina gelagapan saat tertangkap basah oleh suaminya sambil membuang pandangannya ke tempat lain.
Setelah menyelesaikan semuanya itu, Moranno mendekati isterinya dan memegang tangannya.
"Ayoo..."
"Kemana...." Kata Yurina sambil menatap wajah suaminya.
"Ikut saja denganku." Sambil menggandeng tangan isterinya, mereka berjalan menuju ruang tamu.
"Aku sudah memesan banyak buku tentang ibu hamil, jadi kau bisa membacanya satu persatu." Kata Moranno sambil mengambil satu buku tentang ibu hamil dan memberikannya pada isterinya.
"Atau kau ingin aku membacakannya untukmu?"
"Aahh... tidak. Terima kasih." Jawab Yurina sambil tersenyum sekilas menatap Moranno suaminya lalu mulai membuka - buka halaman demi halaman buku itu.
Moranno yang diberi senyuman terkesiap, dan terpana karena baru pertama kali ia melihat Yurina isterinya tersenyum padanya, sebelumnya wajah isterinya itu lebih sering rterlihat takut saat bertatapan dengannya.
Lalu ia segera sadar, dan buru - buru membuka laptopnya, dan mulai mengutak-atik keyboard laptopnya.
Moranno pun mulai larut dalam pekerjaannya memeriksa laporan dari asisten Rudi.
Tak terasa dua jam berlalu, Moranno telah menyelesaikan pekerjaannya.
"Apa kau sudah selesai membaca bukumu? Kata Moranno pada Yurina isterinya sambil menutup laptopnya.
Tidak ada jawaban. Moranno menoleh, ternyata isterinya telah tertidur sambil terduduk di sofa dengan kepala tertunduk dan buku bacaannya masih di pangkuannya.
Ia lalu mengambil buku di pangkuan Yurina dan meletakkannya di atas meja, dan perlahan - lahan menggendongnya dengan kedua tangannya dengan hati - hati takut isterinya terbangun.
Tubuh wanita itu masih terasa ringan, aroma mawar keluar dari tubuhnya membuat jantung Moranno berdetak tak beraturan, keringat mulai keluar dari dahinya.
Setelah masuk ke kamar tidur mereka, Moranno segera membaringkan tubuh isterinya perlahan - lahan di tempat tidur.
Lalu ia cepat - cepat masuk ke kamar mandi menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan.
***
Matahari mulai condong ke arah barat, Yurina yang baru terbangun dari tidurnya, ia tak melihat Moranno suaminya di kamar sebesar itu.
Perlahan ia bangkit dari tempat tidurnya. Ia teringat terakhir ia tertidur di sofa, dan terbangun di kamar, tentu suaminya yang membawanya untuk tidur di kamar ini.
Hatinya menghangat, perasaan takut pada suaminya itu perlahan memudar. Ia merasa suaminya sudah cukup berlaku baik padanya, namun cepat - cepat ia mènepis perasaan yang terlintas dalam hatinya.
"Dia baik padaku, menjagaku... karena ada anaknya dalam tubuhku, bukan karena aku." Gumamnya di dalam hati.
Yurina berjalan ke arah tirai, membukanya sedikit. Dari kejauhan ia melihat Moranno sedang berbicara dengan seorang pria.
Setelah cukup lama ia berdiri di depan tirai, ia lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Kali ini Yurina kembali terkesiap, kelopak - kelopak mawar berwarna peach bertaburan diseluruh ruangan kamar mandi.
Hatinya menghangat kembali, sambil berendam di dalam bathtub, kembali ia memejamkan matanya menikmati aroma yang menyegarkan dari kelopak - kelopak mawar yang bertaburan dalam air pemandiannya yang hangat.
"Bagaimana dia bisa melakukan semua ini, apakah dia harus membeli toko bunga sehingga setiap mandi ada kelopak - kelopak bunga baru sebanyak ini" Kata Yurina didalam hatinya.
"Aahhh, Dia pria yang romantis." Yurina tersenyum - senyum sendiri sambil memejamkan matanya.
Yurina kembali larut dalam imajinasinya, menikmati mandi yang luar biasa baginya, bak seorang putri, padahal dia hanya seorang cleaning service, bawahan pula.
"Ingat - ingat." Sambil menyentuh pelipisnya dengan jari - jarinya, Yurina berbicara pada ďirinya sendiri.
"Aku tak boleh berpikir aneh - aneh."
"Aku hanya seorang wanita yang mengandung bayi tuan Moranno, tidak lebih."
"Dan tidak mungkin tuan Moranno menyukai orang sepertiku."
"Aku dan tuan bagaikan langit dan bumi, terlalu jauh jaraknya."
"Tapi... mengapa dia mengharuskan ku memanggilnya suamiku?" Katanya lagi bingung pada dirinya sendiri.
""Aahhh sudahlah...."
"Tak boleh aneh - aneh ya kau pikiran!" Ujarnya pada diri sendiri.
Merasa sudah cukup lama Yurina pun segera menyelesaikan mandinya.
Saat Yurina membuka kamar mandi, Moranno yang sudah terlihat rapi langsung menghampirinya.
"Kau sudah selesai?"
"Duduklah disini..." Moranno menarik kursi didepan meja rias dan mempersilahkan Yurina isterinya duduk.
Yurina pun menurut walau masih agak canggung.
"Biarkan aku saja menyisir rambutku..." Kata Yurina yang melihat Moranno mengambil sisr rambut di meja rias.
"Aku saja yang melakukannya."
"Supaya bayi yang ada dalam kandunganmu dapat merasakan kedekatan mommy dan daddy nya."
Wajah Yurina menghangat mendengar ucapan Moranno.
Ia dapat melihat wajah Moranno yang menyisir rambut panjangnya dari pantulan cermin didepannya dengan jelas.
Pria itu menyisir rambut Yurina perlahan - lahan, hingga semuanya menjadi rapi, lalu mulai mengeringkan rambut panjang itu dengan hairdryer.
"Sudah selesai..." Kata Moranno sambil meletakan kembali hairdryer di tempatnya.
"Pakailah dress ini, aku menunggumu di luar."
Sambil meletakan paper bag di atas tempat tidur.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
neng ade
yakinlah bahwa suami mu itu sangat sayang pada.mu Yurina
2025-03-23
1
Setia R
Cieee
2023-08-14
1
Setia R
waduh ... aku jadi terbayang jika punya suami seromantis itu🤓🤓🤓🤓
2023-08-14
1