Hari masih gelap diluar tirai, Yurina telah berpakaian rapi dan santai setelah membersihkan tubuhnya dikamar mandi.
Moranno masih terlelap dalam selimutnya di atas tempat tidur, karena menjelang pagi ia baru menyelesaikan pekerjaannya.
Yurina yang melihatnya membiarkan suaminya itu masih berada ditempat tidur dengan tidak membangunkannya.
Dengan hati - hati ia melangkah keluar kamar dan menuruni anak - anak tangga menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.
Yurina mengeluarkan bahan - bahan yang akan ia olah untuk pagi itu dari lemari pendingin.
Ia mulai membersihkan bahan - bahan yang ada dengan air mengalir dari kran.
Ia mulai memotong - motong dengan cekatan semua bahan - bahan yang ada.
Detik selanjutnya ia mulai sibuk dengan kegitan masak - memasaknya.
Aroma masakannya mulai menyebar ke segala penjuru.
Masakan yang telah matang ia tuangkan ke piring saji.
Lalu ia mulai mengangkat piring - piring saji itu untuk ditata di atas meja.
Yurina terkejut saat melihat seseorang yang telah duduk di kursi meja makan tanpa ia sadari kehadirannya.
"Sudah bangun...?" Tanya Yurina sambil meletakan piring - piring saji berisi sarapan pagi mereka di atas meja.
"Iya." Jawab pria itu singkat.
"Aroma masakanmu memanggilku untuk segera turun." Kata Motanno tanpa ekspresi.
"Kalau begitu, aku cukup memasak saja di pagi hari dan aromanya bertugas membangunkan 'sang tuan'." Kata Yurina yang memberanikan diri menggoda suaminya.
Moranno yang mendengar perkataan Yurina segera bangkit dari kursinya dan menangkap pergelangan tangan isterinya dan memeluknya dari belakang.
Yurima terkesiap dengan apa yang dilakukan Moranno suaminya secara tiba - tiba.
"Apa maksudmu dengan 'sang tuan'?" Kata Moranno berbisik di belakang telinga isterinya.
Yurina merasakan deru napas pria itu menyapu lehernya, sekujur tubuh Yurina seketika merinding.
"Bukankah aku pernah mengatakan padamu jangan memanggilku tuan?" Lanjut pria itu lagi.
"Ma... maafkan aku..." Kata Yurina gugup.
"Tolong lepaskan aku... Aku hanya...." Yurina tak berani melanjutkan kalimatnya.
"Hanya menggodaku... ? Hhmmm...??" Kata Moranno cepat.
"Sekarang kau akan kuhukum karena memanggilku 'sang tuan'..." Kata Moranno sambil membalikkan tubuh Yurina ke hadapannya, lalu merapatkan tubuh wanita itu ke dinding disisi meja makan dan menguncinya.
"Ma... Maafkan aku..." Kata Yurina lagi.
"Berikan aku satu kecupan sebagai hukumanmu."
"A... Aku...?." Tanya Yurina gugup.
"Iya... Siapa lagi... Di sini hanya kita berdua." Kata Moranno sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Yurina.
Yurina hanya diam tak bergeming sambil menatap pria di depan nya. Ia merasa bahwa pria ini hanya ingin mendapatkan keuntungan dari dirinya.
"Ayoo... cepat lakukan..." Kata Moranno mendesaknya.
"Baiklah.... Tapi pejamkan matamu." Kata Yurina menyetujui.
Moranno lalu memejamkan matanya. Yurina menatap pria didepannya, namun masih belum melakukan apa - apa.
"Ayoo... cepatlah...." Kata Moranno lagi dengan matanya yang masih terpejam.
"Bagamana bisa aku melakukannya... wajahmu lebih tinggi dari wajahku..." Kata Yurina santai.
"Kenapa tidak bilang dari tadi, aku sudah lama bersiap." Kata Moranno sedikit kesal.
"Ayoo, lakukan sekarang..." Kata Moranno membungkukan sedikit tubuhnya hingga wajahnya sejajar dengan wajah Yurina isterinya.
"Pejamkan matamu dulu..." Kata Yurina sedikit memerintah.
Moranno menuruti kata - kata isterinya untuk kembali memejamkan matanya.
Yurina menatap wajah Moranno yang sudah terpejam di depannya, perlahan ia mendekatkan wajahnya, sehingga mereka berdua sama - sama dapat merasakan hembusan napas masing - masing.
Wajah pria didepannya itu yang telah menjadi suaminya beberapa hari ini memang sangatlah tampan. Demikianlah Yurina mengakui kenyataan itu dalam hatinya.
"Cup." Dengan cepat Yurina mendaratkan kecupannya di dahi Moranno, hanya dengan waktu sepersekian detik saja, sangat singkat dan nyaris tak terasa oleh sang pria.
Moranno segera membuka matanya.
"Kenapa didahi... kenapa tidak disini? Kata Moranno protes sambil menunjuk bibirnya.
"Apa kau mau aku menggigit bibirmu lagi sampai lepas dari tempatnya." Yurina pun tak mau kalah.
Moranno terdiam, ingatannya melayang pada peristiwa yang pernah terjadi di antara dirinya dan Yurina hingga terjadi pernikahan mereka.
"Maafkan aku..." Kata Moranno dengan nada yang menyesal.
Pria itu lalu melepaskan Yurina dihadapannya yang masih berdiri menempel di dinding.
Moranno lalu kembali duduk dikursinya menghadapi meja makan.
Yurina pun mengikuti Moranno dan duduk dikursinya,. Keduanya duduk berhadapan seperti biasa.
Yurina memasukan menu sarapan pagi ke piring, lalu meletakannya didepan suaminya.
Kemudian ia memasukan menu sarapan pagi yang sama ke dalam piringnya sendiri.
Mereka makan dengan tenang dalam keheningan, hanya suara sendok, garpu dan piring saja yang terdengar saling beradu, hingga acara sarapan pagi mereka selesai.
"Aku akan membantumu..." Kata Moranno sambil berdiri mengangkat peralatan makan yang kotor.
Yurina mengangguk setuju, lalu turut mengangkat peralatan makan yang belum sempat terangkat oleh Moranno.
Detik berikutnya, terlihat keduanya saling berkerjasama namun tanpa berbicara satu sama lain hingga akhirnya selesai.
"Ayoo, ikutlah denganku..." Kata Moranno setelah mereka selesai dengan kegiatan dapurnya.
"Aku harus mengganti pakaian dulu..." Kata Yurina sambil mengendus - endus pakaianya.
" Tak perlu, begitu saja sudah cukup." Kata Moranno sambil menggandeng tangan Yurina keluar dari villa.
Mereka menuju garasi. Moranno lalu membukakan pintu mobil untuk Yurina masuk.
Moranno lalu membuka pintu di sebelah kemudi dan segera masuk lalu duduk dibelakang kemudi.
Aroma maskulin minyak rambut pria itu tercium oleh Yurina, saat ia memiringkan tubuhnya memasang sabuk pengaman pada tubuh Yurina.
Jantung wanita itu berdetak tak beraturan, namun ia berusaha untuk menguasai dirinya.
Perlahan mobil itu merayap meninggalkan area villa, Moranno mengemudikan mobilnya dengan tenang tanpa berbicara melintasi jalan yang sepi di pinggiran kota.
Ponsel Moranno berdering memperlihatkan panggilan asisten Rudi.
Moranno lalu menepikan mobilnya perlahan di pinggir jalan.
Ia segera meraih ponselnya untuk menjawab panggilan asisten Rudi.
"Ya, ada apa..." Kata Morano saat mengangkat panggilan asistennya.
Terdengar suara assisten Rudi dari sambungan telepon.
"Aku sudah tau..." Kata Moranno menjawab perkataan asistennya, ekor matanya melirik ke arah Yurina yang duduk disampingnya dengan pandangan lurus kedepan.
Moranno menutup sambungan teleponnya dan meletakan kembali ponselnya.
IMoranno kembali menghidupkan mesin mobilnya, lalu mobil itu merayap lagi dengan pelan menyusuri sepanjang jalan di pinggiran kota.
Setelah tiga puluh menit berlalu, mobil Moranno memasuki kawasan persawahan yang sangat luas membentang bak lukisan alam yang menghijau.
Mobil Moranno berhenti sejenak saat melewati pos security. Ia menurunkan sedikit kaca jendela mobil.
Security yang sudah mengenali plat mobil Moranno segera berdiri memberi hormat dengan membungkukkan sedikit tubuhnya.
"Silahkan tuan..." Kata sang security dengan hormat.
"Moranno tak berbicara, hanya menganggukan sedikit kepalanya lalu menutup kaca mobilnya kembali.
Mobil Moranno kembali merayap perlahan menuju area parkir.
Mobil itu akhirnya berhenti secara sempurna di area parkir khusus.
Moranno kembali membuka sabuk pengaman di tubuh isterinya. Yurina kembali mencium aroma maskulin minyak rambut suaminya, jantungnya kembali berdetak tak beraturan, hingga ia berusaha keras menenangkan dirinya.
Moranno segera membuka pintu disebelahnya lalu segera keluar dari belakang kemudi. Ia buru - buru membuka pintu mobil di sebelah Yurina dan mempersilahkan isterinya turun.
Keduanya lalu memasuki area perkantoran. Didepan perkantoran tersebut bertuliskan 'AGATSA RICE GRUP'
Semua pegawai yang sedang sibuk bekerja segera berdiri dengan membungkuk hormat.
"Selamat datang tuan dan nyonya." Kata manager Hardi menyapa .
"Terima kasih... " Kata Moranno pada manager Hardi.
"Kami datang untuk melihat - lihat, bisakah manager Hardi menemani kami sejenak." Kata Moranno lagi.
"Dengan senang hati tuan dan nyonya." Jawab sang manager sambil membungkukan tubuhnya kembali.
"Tuan dan nyonya ingin mulai dari mana dahulu." Tanya nya lagi.
"Langsung area persawahan." Kata Moranno cepat.
"Baik tuan." Kata sang manager.
***
"
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Noviyanti
morano suami idaman banget kalao begitu mah.. udah tampan tajir n bae
2022-11-29
1
Inru
Dag dig dug der
2022-10-12
1
Inru
Enak nih pasti
2022-10-12
1