Yurina mendengar perkataan Moranno menjadi terbelalak, sementara Moranno bersikap seperti tak terjadi apa - apa.
"Bagaimana, apakah kau menyukai kebun mawar ini?" Tanya Motanno mengalihkan topik pembicaraan.
"Iya.... suka sekali... " Kata Yurina sambil tersenyum dengan pandangannya menyapu seluas kebun mawar yang terpampang nyata di depan matanya.
Moranno memandang wajah Yurina yang tersenyum ke arah kebun bunga dan merasakan kehangatan dalam hatinya.
"Aku juga tak menyangka bila kau sangat memahami filosofi bunga mawar beserta arti dari setiap warnanya." Kata Yurina sambil menatap kearah suaminya dengan senyum riangnya.
"Boleh kah aku memetik beberapa tangkai mawar ini?" Tanya Yurina masih tetap memandang kearah Moranno suaminya.
"Boleh, tapi kita harus menggunakan alat pemotong supaya tangan kita tidak terluka mengenai durinya."
"Ayoo, kita menghampiri para pekerja." Moranno kembali menggandeng tangan Yurina.
Para pekerja yang sedang melakukan perawatan dan pemangkasan bunga mawar langsung berdiri semua saat melihat kehadiran Moranno dan Yurina.
"Selamat pagi tuan dan nyonya." Kata mereka sambil memberi hormat dengan membungkukkan tubuh mereka.
"Ada yang bisa kami bantu tuan." Kata seorang wanita paruh baya yang adalah kepala kebun mawar.
"Isteriku ingin memetik tangkai mawar, tolong berikan dua alat pemotong dan keranjang bunganya."
"Baik tuan..."
Kepala kebun lalu mengambil alat pemotong lalu memberikannya kepada Moranno beserta keranjang bunganya.
"Ini tuan?"
"Terima kasih." Kata Moranno sambil menyambut keranjang dan alat pemotong bunga.
"Apakah perlu kami membantu tuan...? Kata kepala kebun lagi menawarkan bantuan.
"Tidak perlu, kami akan melakukannya sendiri."
"Baik tuan." kepala kebun memberi hormat dengan menundukan kepalanya kemudian berlalu untuk kembali berkerja.
"Ayoo...." Moranno menggandeng tangan isterinya..
"Mawar mana yang kau inginkan?" Tanya Pria itu pada isterinya.
"Semuanya...." Kata Yurina bersemangat.
"Baiklah... Kita akan memetik semua yang kau suka..." Kata Moranno sambil sedikit tersenyum melihat isterinya yang begitu bersemangat.
"Yang ini..."Kata Yurina menunjuk serumpun mawar di hadapannya.
Moranno lalu menurunkan keranjang yang dipegangnya dan mengambil satu alat pemotong bunga.
"Begini caranya memotong tangkai mawar." Kata Moranno mengajari isterinya.
"Potonglah disini, karena mata tunas yang ada didekat daun ini akan bisa bertunas lagi mengeluarkan tunas yang baru.
"Dan hati - hati dengan durinya, bisa melukaimu, bershikan durinya dengan alat pemotong ini."
"Sekarang kau bisa mencobanya.' Kata Moranno sambil menyerahkan alat pemotong ke tangan Yurina isterinya.
Yurina segera menyambutnya dan mulai melakukannya sendiri.
"Ini sangat menyenangkan, dapat langsung memetiknya sendiri." Kata Yurina dengan gembira sambil memotong ranting mawar dihadapannya.
Ia mulai berjalan dari satu rumpun ke rumpun yang lain, memilih sesuka hatinya.
Moranno mengikutinya saja dengan berjalan pelan di belakang Yurina. Ia memperhatikan setiap gerakan yang isterinya lakukan.
Setiap mawar yang berbeda warnanya yang terlihat oleh matanya, Yurina selalu memetik satu diantaranya.
"Sudah cukup...." kata Yurina sambil membawa sekeranjang mawar ditangannya.
"Berikan padaku, biarkan aku membawanya." Kata Moranno sambil membawa keranjang.
"Setelah ini kita kemana lagi?" Tanya Yurina yang berjalan disisi suaminya.
"Kita kembali ke villa, hari sudah mulai siang, matahari mulai menyengat." Kata Moranno sambil menengadahkan wajahnya mengarah ke langit.
"Kau juga harus beristirahat, dan tidak boleh terlambat makan siang." Kata Moranno lagi.
Yurina yang mendengar perkataan Moranno suaminya hanya mengangguk pelan.
Setiap pekerja dikebun mawar yang mereka lewati, selalu berdiri untuk memberi hormat pada Moranno dan Yurina.
Kepala kebun yang berdiri tak jauh dari mereka segera menghampiri pula sambil mèmberi hormat.
"Ini alat pemotong nya." kata Morano sambil mengembalikan dua alat pemotong yang mereka gunakan untuk memetik bunga mawar.
""Ada yang bisa kami bantu lagi tuan?" Tanya sang kepala kebun sambil menerima alat pemotong mawar dari tangan Moranno.
"Tidak... sudah cukup, kami akan segera kembali." Kata Moranno pada kepala kebun.
"Baiklah tuan." Katanya lagi sambil membungkuk hormat.
Moranno dan Yurina pun segera berlalu.
"Kebun mawar sebanyak ini untuk apa?" Yurina memulai pembicaraan dalam perjalanan pulang mereka.
" Bahan pembuat parfum..." Kata Moranno.
"Di selatan kebun mawar ini ada pabrik penyulingannya. Kapan - kapan kau akan ku ajak untuk mengunjunginya."
"Dan pemasarannya dilakukan oleh Agatsa Rose Grup." Tambah Moranno lagi
" Bukan itu saja, Agatsa Rose Grup juga memasarkan mawar - mawar segar untuk berbagai keperluan pasar."
"Berarti perlu banyak sekali pegawai yang mengerjakan semuanya itu." Tanya Yurina sambil memandang Moranno yang berjalan disisinya.
"Benar.... " Jawab Moranno singkat.
"Dan itu adalah salah satu kontribusi kita sebagai warga negara yang baik kepada negeri yang kita cintai ini, untuk membantu menyediakan lapangan pekerjaan." Kata Moranno menjelaskan.
Yurina yang mendengar penuturan suaminya merasa bahwa pria yang telah menikahinya itu ada pria yang luar bisa. Ia tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi orang banyak, bahkan negaranya juga.
"Kita sudah sampai, segera lah bersihkan dirimu, dan kita akan makan siang bersama." Kata Moranno saat mereka telah tiba di villa kembali.
"Mawar itu..." Yurina menunjuk keranjang mawar yang masih di pegang Moranno.
"Biarkan aku yang mengurusnya." Kata Moranno sambil meletakkan nya di atas meja yang ada di ruang tamu.
"Baiklah.... " Yurina pun segera berlalu menaiki anak - anak tangga menuju kamar mereka yang berada di lantai atas.
Yurina yang merasa gerah segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Seperti yang sudah - sudah Yurina kembali terkesiap dengan kelopak - kelopak mawar yang bertaburan di seluruh area kamar mandi.'
Walaupun hal itu selalu disiapkan untuknya setiap kali ia mandi, Yurina masih selalu merasa hatinya menghangat diperlakukan sedemikian istimewa, oleh pria yang telah membuat ia mengandung.
Walau ia menyadari, semua yang pria itu lakukan untuknya adalah demi anak yang ada di dalam kandungannya.
***
Yurina menuruni anak tangga dengan perlahan, ia menghampiri Moranno yang sedang duduk di sofa sambil memperhatikan layar ponselnya.
Pria itu sudah terlihat segar dan mengenakan pakaian santainya.
"Kau sudah selesai?" Tanya Moranno saat melihat Yurina mendekatinya.
Yurina hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suaranya.
"Ayoo kita ke meja makan." Kata Moranno sambil meletakkan ponselnya diatas meja tamu.
Keduanya lalu berjalan beiringan menuju meja makan yang telah tersedia hidangan makan siang.
Moranno menarik kursi, lalu mempersilahkan Yurina duduk.
Lalu Ia menarik kursi untuknya sendiri yang berhadapan dengan Yurina.
Mata Yurina tertuju pada beberapa vas bunga segar di atas meja makan, lalu ia menarik satu tangkai bunga dari vas itu lalu menghirup aromanya dengan penuh perasaan.
"Apa kau yang menaruhnya di vas - vas ini?" Tanya Yurina sambil memandang wajah Moranno.
"Iya... Apakah kau menyukainya....?" Kata Moranno sambil memasukan menu makanan ke dalam piring.
"Iya....Sangat.... Sangat menyukainya...." Kata Yurina dengan wajah cerianya
"Baiklah... Kau boleh membawa satu vas ke kamar tidur kita, yang lainnya kau boleh taruh dimanapun kau suka." Katanya lagi.
"Sekarang makanlah dahulu...." Moranno menyodorkan piring yang baru ia isi kepada isterinya itu.
"Bolehkah aku yang mengisi piringmu?" Tanya Yurina sambil memandang wajah Moranno dengan sedikit ragu.
"Baiklah...." Moranno hanya berkata singkat dengan wajah datarnya.
Moranno memperhatikan setiap gerakan isterinya, membuat Yurina sedikit gugup.
"Ini makan siangmu...."Yurina memberikan piring yang sudah ia isi kepada suaminya.
"Terima kasih...." Kata Moranno sambil menyambut piringnya.
"Setelah ini bolehkah aku saja yang melakukan ini lagi untukmu suamiku". Kata Yurina yang masih terlihat gugup.
Moranno menatap Yurina sejenak lalu menganggukan kepalanya.
Terina kasih..." Kata Yurina sedikit memperlihatkan senyumannya.
Moranno terpana, namun segera bersikap biasa kembali.
"Ayoo kita mulai makan sebelum hidangannya dingin." Kata Moranno yang berusaha mengatasi situasi hatinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Setia R
kamu hebat Thor 👍👍👍👍
2023-09-03
1
Refnida Fitri
aku mahu nanya thor keren mana mawar dengan melati kan ada lagunya itu mawar melati semua nya indah indahhhhhh
2022-11-28
1
Ulfa Zahra
Wah aku paling senang dengan mawar putih. Tapi sayang ngga ada yang mau kasihkan 😁. Moranno sweet benget sih kamu. aku juga mau nawar. Ayo Yurina kamu bisa menjadi istri yang baik apalagi suami super baik
2022-03-19
2