"Aku mate kamu?" tanya Naira memastikan apa telinganya masih berfungsi dengan baik atau tidak.
"Baiklah. Aku harus pergi dan segera menyelesaikan urusanku agar aku akan bisa selalu bersamamu" ujar Kenzie lalu menghilang setelah mengecup pipi Naira kilat.
Naira tersentak kaget dengan wajah merona saat Kenzie menciumnya lalu menghilang di depan matanya. Apa itu salah satu kemampuan yang lainnya selain berlari dengan cepat? Pikir Naira.
Saat Naira masih bergelut dengan pikirannya. Tiba tiba seseorang menepuk pundaknya yang membuatnya terkejut kaget.
"Maaf Miss. Davidson Sudah membuat anda kaget." ujarnya dengan sopan saat tahu siapa Naira setelah rapat mendadak tadi pagi.
Naira tersenyum manis "Tidak apa-apa. Ada yang bisa saya bantu? Dan jangan panggil saya begitu karena saya lebih suka di panggil nama keluarga saya sebelumnya" tanyanya.
"Tadi Raihan mencari anda dan berpesan kalau nanti anda ada jam di kelasnya"
"Tapi anda adik dari pemilik sekolah ini kan? Jadi saya harus..." lanjut Laura yang langsung di potong oleh Naira.
"Anda tidak perlu seperti itu. Anggap saja saya seperti guru yang lainnya" potong Naira tersenyum.
"Tapi..."
"Tidak ada tapi tapian Miss! Saya lebih suka di panggil nama keluarga saya sebelumnya " potong Naira tanpa menjelaskan alasannya.
"Kalau begitu saya permisi dan terimakasih sudah memberitahu saya" pamit Naira segera keluar.
Dia bersikap sangat sopan sekali setelah mengetahui kalau aku adik dari pemilik sekolah ini dasar ada maunya. Coba kalau bukan kakak pemilik sekolah ini, pasti dia akan terus membully ku karena dekat dengan Mr. Alvian! Nggak begitu dekat juga sih. Tapi memang orang itu, dari dulu suka ngebully sekarang dia bersikap sok baik. Ada baik nya juga sih kalau kak Rafael pemilik sekolah ini, dia jadinya nggak akan ganggu aku lagi setelah ini. Tapi buruknya semua guru jadi memperlakukan aku seperti pemilik sekolah. Sikap mereka jadi sopan sekali padaku meskipun aku lebih muda dari mereka yang membuatku menjadi kurang nyaman. Gerutu Naira dalam hati kesal.
Naira tahu kalau guru yang bernama Laura itu pasti ada maunya jadi Naira segera menghindarinya dan Naira harus menghindar dari guru yang bernama Laura itu.
...»---♡---«...
Kenzie sekarang berada di Kastilnya lebih tepatnya ia berada di kamarnya, Kenzie sedang berganti pakaian kebesarannya.
Setelah selesai berganti pakaian sekarang Kenzie sedang di bantu pelayan untuk memasang mahkota di kepalanya serta jubah panjang menjuntai.
Kenzie menatap bayangannya di pantulan cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya. Sambil mengenakan jubah putih. Rambutnya yang berwarna hitam berubah menjadi putih dan mulai memanjang dengan sendirinya karena sekarang ia akan menghadiri pertemuan di ruang singgasananya.
Kenzie segera keluar dari kamarnya menuju ke tempat singgasananya di ikuti dua prajurit di belakangnya.
Semua orang berkumpul menunggu Lord mereka sampai, akhirnya orang yang mereka tunggu tunggu akhirnya datang juga.
Pintu besar ruangan singgasana yang terbuat dari emas murni dengan ukiran rumit yang terlihat indah, pintu yang menjulang tinggi dengan angkuhnya itu terbuka lebar membuat semua orang yang ada di dalam sana segera mengakhiri percakapan mereka lalu mereka membungkuk hormat saat Kenzie berjalan di depan mereka.
Kenzie berjalan dengan gagah tak lupa wajah tegas nan dingin itu.
Menaiki beberapa anak tangga menuju kursi kebesarannya. Menyibak jubah kebesarannya dan duduk dengan angkuh. Memperlihatkan wajah datar yang tersirat ketegasannya. Menatap para bawahannya yang berada di bawahnya dengan tajam. Membuat siapa saja diam tak berkutik.
"Aku mengumpulkan kalian di sini karena aku akan mencari dia sebelum dia melakukan hal bodoh lagi" kata Kenzie dingin memulai pembicaraan langsung ke inti maksud dari pertemuan tersebut. Kenzie memang tidak suka berbelit belit jadi ia langsung saja ke inti.
"Ampun Yang Mulia, apa sebaiknya anda tidak langsung turun tangan saja?! Biar kami yang akan..." salah satu seorang tetua kerajaan angkat bicara setelah mendengar Lord mereka turun tangan sendiri untuk menemui orang yang sudah membunuh queen mereka yang membuat Lord mereka semakin kejam dan bengis. Tapi sekarang, Lord mereka sudah kembali seperti dulu, meski masih terlihat kejam dan bengis tapi hanya pada musuh bukan pada orang yang melakukan sedikit kesalahan langsung ia tebas lehernya.
"Diam dan jangan bicara!" tatap kenzie pada orang yang telah lancang menyuruhnya agar diam saja dengan tatapan tajam.
"Kalau ada yang dari kalian merasa keberatan dengan keputusan ku! kalian boleh meninggalkan kerajaan ini! Tapi ingat, siapapun yang berani melawanku akan ku buat kalian beserta keluarga kalian menderita di tanganku sendiri" ujar kenzie menekan setiap kata katanya dan dengan entengnya dia akan mengusir siapa saja yang berani melawan kehendaknya dan jangan lupakan tentang ancaman yang akan segera menjadi kenyataan.
Mereka diam mengunci mulut mereka sebelum Kenzie akan memenggal leher mereka. Atau yang lebih mengerikan lagi keluarga mereka yang akan jadi korban kebengisan Kenzie.
"Aku tahu kalian khawatir terjadi apa-apa pada ku. Oleh sebab itu, aku mengajak Alvian untuk ikut bersamaku agar kesalahpahaman yang terjadi selama ini akan segera berakhir" lanjut Kenzie melihat bawahannya bungkam.
"Keanu Alexis Maximus! Aku sudah memberimu tugas! Jaga kerajaan dengan baik! Pastikan tidak seorang pun musuh menjejakkan kaki mereka kesini. Dan juga pastikan di istana ini tidak ada yang berkhianat. Jika ada, pastikan mereka tetap hidup!" titah Kenzie menatap adiknya dengan tajam.
"Baik lord. Perintah anda akan aku jalankan dengan baik. Aku tidak akan sungkan lagi" patuh Kean sambil sedikit menunduk. Seorang pengkhianat yang dibiarkan tetap hidup akan lebih baik memilih untuk mati saja. karena hukuman bagi sang pengkhianat akan lebih mengerikan.
"Apa ada yang mau kalian katakan padaku sebelum aku pergi?" tanya Kenzie pada para tetua istana.
"Diam nya kalian berarti tidak ada yang akan kalian sampaikan padaku" lanjut Kenzie karena mereka hanya diam membisu menatap lantai.
"Kalau begitu aku pergi. Kean aku perintahkan kamu untuk tidak meninggalkan istana ini walau hanya sejengkal saja sebelum aku kembali atau aku akan menghukum kamu tidak peduli meskipun kamu adikku sendiri" lanjut Kenzie sambil menuruni beberapa anak tangga itu dan berjalan ke arah Kean lalu menepuk pundaknya.
"Iya, kak" jawab Kean menatap Kenzie dengan seringai misterius.
"Akan sangat menyenangkan kalau ada penghianat di sini" lanjut Kean.
"Dasar psycho" gumam Kenzie sambil berjalan keluar di ikuti Vian di belakangnya. Ia tahu adiknya yang satu ini akan sangat kejam pada musuhnya, tak beda jauh dengan dirinya. Keduanya sama kejam nya.
Memasuki kamar nya lalu melepas jubah kebesarannya itu. Dengan cepat pelayan yang melayani Kenzie langsung sigap mengambil jubah tersebut sebelum menyentuh lantai. Secara perlahan rambutnya berubah kembali menjadi berwarna hitam dan memendek dengan sendirinya.
"Keluarlah" usir Kenzie pada pelayan itu.
Sang pelayan hanya mengangguk sambil membungkuk sedikit lalu keluar.
"Tunggu" cegah Kenzie membuat pelayan itu berhenti dan langsung membalik badannya tanpa mengangkat kepalanya.
"Selama aku belum kembali jangan biarkan siapa pun masuk kesini! kecuali kau yang boleh masuk untuk membersihkan kamar ini, selebihnya kau dilarang masuk. Jika aku kembali dan ada yang berbeda dikamar ini, maka kau orang pertama yang aku cari!"
Pelayan tersebut mengangguk patuh demi nyawanya sendiri. "Hamba akan laksanakan perintah anda Yang Mulia" ujarnya.
"Pergilah"
Pelayan itu pun pergi setelah mendengar perintah dari Kenzie.
Kenzie memandang lukisan seorang perempuan dengan pakaian berwarna putih yang tengah tersenyum manis, memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi dan kedua mata bulat nya membentuk bulan sabit dengan sempurna bila ia tersenyum. Bahkan manik matanya terlihat kilau kebahagiaan yang sangat kentara. Di pinggir lukisan yang sangat nyata itu terdapat bingkai emas murni dengan ukiran rumit namun terlihat elegan dan mewah.
Kenzie tersenyum manis mengingat ratunya yang ia tunggu akan kembali ke pelukannya.
"Tunggu sebentar lagi, my Queen" gumamnya lalu meninggalkan lukisan ratunya yang tersenyum itu.
"Ayo pergi" kata Kenzie ke Alvian yang menunggunya di depan kamarnya.
Mereka berdua pergi meninggalkan istana dan mencari orang yang sudah membunuh istri sekaligus ratu dari Kenzie, Lord semua kaum dunia immortal.
...»---♡---«...
...T.B.C...
...Vote! Comment!...
...Thanks:)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments