#Hai reader kesayangan othor.. Insha Allah cerita ini akan update 3 hari sekali ya. Smoga aja othor bisa terus menulis dengan lancar.
Jangan lupa bagi bunga 🌹atau kopi ☕ nya biar semakin semangat buat nulis.. #
Selamat Membaca 📖
...***...
Yesa sedang bersantai nonton tv sambil menunggu anak - anak dan suaminya pulang.
*kring.. kring..* Ada telepon masuk ke ponsel Yesa dari nomor tak dikenal.
"Halo.." Yesa menjawab panggilan di ponselnya.
"Halo.. Dengan orangtua Widya Anindya ?" kata suara di seberang.
"Iya betul. Saya ibunya." sahut Yesa dengan perasaan yang mulai tak karuan.
"Kami dari Kampus ingin mengabarkan bahwa Widya Anindya mengalami kecelakaan dan saat ini sudah dibawa ke rumah sakit Kasih." sontak kabar itu membuat Yesa terkejut.
"Kondisi anak saya gimana ?" tanya Yesa.
"Kami masih belum tahu. Sekarang sedang ditangani." jawab orang tersebut.
"Baiklah. Saya akan segera kesana." kata Yesa sebelum menutup panggilan teleponnya.
Yesa bergegas berganti baju dan mengambil tas serta kunci mobilnya. Saat Yesa hendak mengunci pintu rumah, Arman suaminya datang.
"Mau kemana Ma ?" tanya Arman.
"Wiwid kecelakaan Pa. Mama mau ke rumah sakit." jawab Yesa.
"Kecelakaan ? Papa antar Ma." Arman terlihat cemas.
"Papa gak capek ?" tanya Yesa lagi.
"Capek tapi anak kita lebih penting. Caca sudah pulang ?" Arman balik bertanya.
"Belum. Tapi udah mama kirim pesan biat langsung nyusul ke rumah sakit." jawab Yesa.
"Ayo deh. Naik mobil Papa aja." Arman kembali masuk ke mobil dan mengeluarkan mobilnya.
Begitu sampai di rumah sakit Arman dan Yesa langsung menuju ke ruang IGD.
Segera dihampirinya dosen pembimbing Wiwid yang juga dikenalnya.
"Bu Indira, gimana kondisi anak saya ?" tanya Yesa.
"Bu Yesa.. Wiwid masih ditangani. Lukanya cukup parah. Kakinya sempat terjepit kursi bis." Indira menjelaskan.
"Semoga Wiwid baik - baik aja ya Pa ?" kata Yesa pada suaminya.
"Kita berdoa ya Ma." Arman memeluk istrinya yang terlihat sedih.
"Ma.. Pa.. Kakak gimana ?" Caca datang menghampiri Mama dan Papanya.
"Kak Wiwid masih ditangani Nak. Kita tunggu ya." kata Yesa sambil memeluk anak bungsunya. Caca duduk disamping Yesa dan memeluk sambil mengusap punggung mamanya.
"Kamu sama siapa Nak ?" tanya Arman smabil memandang pada Agung yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Ini Mas Agung Pa, Ma. Temennya kak Fahmi." Caca memperkenalkan Agung pada kedua orangtuanya.
"Om.. Tante.. Saya Agung." Agung mencium tangan Arman dan Yesa.
"Duduk Nak Agung. Makasih ya udah nganterin Caca kesini." kata Yesa.
"Iya Tante." jawab Agung sopan.
Tak lama dokter keluar dari ruang IGD.
Arman, Yesa, Caca dan Indira langsung menghampiri dokter tersebut.
"Gimana anak saya dok ?" tanya Arman.
"Alhamdulilah sudah tertangani. Tapi kondisi Widya masih belum sadar. Kakinya juga mengalami patah tulang jadi untuk sementara harus di gibs hingga pulih lagi." jawab Sang dokter.
"Tapi bisa pulih lagi kan kaki anak saya ?" kali ini Yesa yang bertanya.
"Insha Allah. Kita berdoa buat kesembuhan Widya." dokter menjawab dengan tenang.
Tak lama dokter meninggalkan mereka. Lalu terlihat perawat mendorong kasur brangkar menuju ke kamar inap.
Arman bersama istri dan anaknya mengikuti ke kamar.
"Ini kenapa anak saya belum sadar ?" tanya Arman pada perawat.
"Ini efek dari obat bius nya pak. Sejam atau 2 jam lagi juga akan siuman." jawab perawat itu.
"Iya sus. Terima kasih." kata Arman.
"Ca, kamu pulang dulu aja. Hari ini biar Mama yang nunggu kakak disini." kata Yesa.
"Nanti Ma. Aku nunggu kakak siuman dulu." kata Caca.
"Jangan dong Nak. Kamu masih pakai seragam tuh. Pulang dulu gih." bujuk Yesa.
"Tapi nanti Caca balik kesini lagi ya Ma." rengek Caca.
"Kamu besok kan libur. Bisa kesini lagi." bujuk Yesa.
"Iya deh. Papa gak pulang ?" tanya Caca.
"Gak. Papa nemenin Mama dan Kakakmu disini." jawab Arman.
Caca dan Agung pun pamit pulang. Meninggalkan Mama, Papa dan Bu Indira di ruangan itu.
"Pak, Bu, Administrasinya sudah kami urus. Saya pamit pulang dulu." kata Bu Indira.
"Iya Bu. Terima kasih banyak." kata Yesa. Arman hanya tersenyum pada Dosennya Wiwid itu.
"Kamu pulang aja Pa." kata Yesa.
"Iya nanti aku pulang kalo Wiwid sudah siuman." kata Arman.
"Iya." kata Yesa singkat.
Arman lalu duduk di sofa di sebelah istrinya.
Tak lama pintu ruangan diketuk. Masuklah 2 orang anak muda.
"Permisi Om, Tante. Boleh saya jenguk Wiwid ?" tanya Niken dengan sopan sambil mencium tangan Yesa dan Arman.
"Ooh.. Niken, Akbar. Boleh. Tapi Wiwidnya masih belum sadar." kata Yesa.
"Kami mau nunggu Om, Tante." kata Akbar.
"Iya Boleh. Kalian duduk dulu aja." Yesa menarik Niken untuk duduk disebelahnya. Sedangkan Akbar berdiri di dekat pintu.
"Kamu juga terluka Ken ?" tanya Yesa.
"Cuma terbentur sedikit Tante. Wiwid yang parah." jawab Niken.
"Gimana cerita kejadiannya Nak ?" tanya Yesa lagi.
Niken pun menceritakan kejadian saat kecelakaan itu. Bahkan penyelamatan Wiwid oleh Indra, teman mereka.
Yesa dan Arman bahkan Akbar mendengarkan dengan seksama.
"Jadi kondisi Indra sekarang gimana ?" tanya Yesa.
"Indra masih Koma Tante. Terluka di kepalaya saat berusaha mengeluarkan Wiwid dari dalam bis." Niken menjelaskan.
"Dia dirawat disini juga ?" tanya Yesa lagi.
"Iya. Di ruang ICU." jawab Niken. Akbar hanya terdiam mendengarkan percakapan antara Yesa dan Niken. Sebenarnya Akbar ingin mendekat pada kekasihnya tapi ada Arman yang terus mengawasinya.
"Nanti deh kalo Wiwid sudah siuman, tante mau nengokin." kata Yesa.
Tak lama Wiwid membuka matanya.
"Ma.." panggil Wiwid lirih.
"Alhamdulilah kamu sudah sadar Nak." Yesa dan Arman langsung mendekati Wiwid.
"Papa.." Panggil Wiwid.
"Iya Nak. Papa dan Mama ada disini." Arman mengusap lembut kepala Wiwid.
"Kamu baik kan Nak ? Apa yang sakit ?" tanya Yesa.
"Badan Wiwid masih sakit semua. Kaki aku juga sakit." jawab Wiwid sambil menangis.
"Iya. Kaki kamu patah, jadi harus di gibs biar pulih. Sabar ya sayang." Yesa menghapus airmata Wiwid dan memeluknya.
"Kamu cepat sembuh ya Wid." kata Niken yang berdiri di samping Yesa.
"Niken.. Kamu baik - baik aja kan ?" tanya Wiwid.
"Aku baik Wid." jawab Niken.
Lalu mata Wiwid menangkap sosok yang berdiri di belakang Niken yang hanya bisa menatapnya tanpa berani mendekat.
"Akbar..." panggil Wiwid lirih. Akbar hanya tersenyum pada kekasihnya itu.
"Ken, Bar, Tante sama Om mau ke kantin dulu ya. Titip Wiwid sebentar." kata Yesa sambil menarik tangan suaminya.
"Ngapain sih Ma ?" Arman sempat menolak diajak pergi.
"Udah ikut Mama sebentar." bisik Yesa.
Yesa sengaja membeeikan ruang untuk Akbar agar bisa ngobrol dengan Wiwid.
"Ngapain sih ajak aku ke kantin segala." protes Arman.
"Kamu tuh nyeremin Pa. Akbar sampai takut mau mendekat ke Wiwid." kata Yesa sambil tertawa ringan.
"Biarin aja. Siapa suruh macarin anak aku." gerutu Arman.
"Ya ampun Pa. Kayak gak pernah muda aja." ledek Yesa.
Arman hanya terdiam lalu tersenyum mengingat sikap Akbar yang takut padanya.
...***...
Bagi vote atau Bunga 🌹 atau secangkir kopi☕ 😁😁
Jangan lupa juga baca karya Author lainnya "Kisah Cinta Sang Perawan Tua" yang menceritakan kisah cinta Sissy dan Rio.
Baca juga "Mengejar Cinta Shavira" yang menceritakan kisah cinta Ical, anak dari Sissy dan Rio. "Geng Pelangi" juga seru loh, menceritakan kisah persahabatan 4 orang gadis. Kalian juga bisa buka di bio saya ya..
Like 👍 Komen dan Vote ✌✌
ajak juga teman lain buat ikut membaca ya..
Makasih 🙏🙏🙏
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments