Setelah cukup lama di dalam perjalanan, Rukha sudah sampai rumah sakit. Disusul langkah di belakangnya, seorang laki-laki muda. Siapa lagi bila bukan Rhoky, mereka adalah satu tim.
"Eh Rhoky, Oma tidak tahu 'kan kita pergi kemana." ujar Rukha.
"Aman Kak, tidak tahu kok." jawab Rhoky.
"Awas kamu membocorkannya, Kakak sobek mulutmu." ancam Rukha.
"Hih galak banget, siapa juga yang jadi mulut ember." jawab Rhoky.
Mereka masuk ke dalam ruangan, dimana Bombom dirawat. Teman satu tim game, yang paling gendut.
"Kamu sih kebanyakan makan mie, makanya sampai seperti ini ususnya." ujar Rhoky.
"Hih teman sakit, bukannya dibilang semoga cepat sembuh. Malah ucapannya jelek, kayak tidak peduli." jawab Bombom.
"Bersyukur saja, kamu tidak terlalu parah sakitnya." ucap Rukha.
"Iya Kak Rukha, kamu memang baik." jawabnya.
"Ketua tim tampak rapi hari ini, ada acara apa?" tanya Jey.
"Tidak ada, hanya acara keluarga." Rukha menyembunyikan pernikahannya.
"Kalau begitu, bagaimana bila besok mengadakan pesta kecil-kecilan. Kebetulan kita bisa sekalian menyusun rencana bersama, untuk mengikuti pertandingan tingkat nasional." Zay mengusulkan idenya.
"Boleh, tidak masalah. Urusan kantor, bisa aku serahkan pada Joffy." jawab Rukha.
"Kalian tenang saja, Kakakku ini punya pelayan baru. Pastinya lebih cantik, kalian bisa suruh dia ngapain aja." Rhoky terselubung niat jahat pada Cheyka.
"Oh baiklah, kalau begitu kami mau melihatnya." ujar Zay bersemangat.
"Jangan lupa pada manajer kalian." Mikky tersenyum.
Keesokan paginya, Cheyka keluar dari kamarnya. Dia ingin melihat Welang, yang berada di halaman belakang.
"Aduh, siapa iya yang semalam ditinggalkan. Padahal 'kan malam spesial, harusnya sangat romantis. Aku yakin, Kak Rukha tidak benaran suka sama kamu." ujar Melodi.
"Benar, pasti kamu menggunakan jampi-jampi." Oma Serfa menunjuk wajahnya.
"Dia pergi, karena ada urusan yang penting. Dia tidak lupa, sama hubungan kami." jawab Cheyka membantah.
"Oh sekarang aku tahu, bahwa urusan Kak Rukha lebih penting dari kamu." Melodi menepuk tangan, di atas udara.
"Sepertinya urusan rumahtangga kami, bukan urusanmu. Berhenti mengganggu aku, karena tidak akan berpengaruh." Cheyka segera melangkahkan kakinya.
Melodi menghentakkan kakinya di lantai, lalu memeluk Omanya. Merasa kesal, karena ada yang menantangnya.
"Oma lihat dia, berani sekali mematahkan kata-kata ku. Aku benci dia, aku tidak mau mempunyai Kakak ipar seperti dia." ujar Melodi.
"Kamu tenang saja, setelah Disty kembali. Dia bukan apa-apa, untuk bertanding dengan Disty. Gadis itu sedang kuliah kedokteran di luar negeri, sedangkan Cheyka hanya anak petani." Serfa tersenyum puas.
"Kakak!" seru Bao.
"Eh adik tampan, kamu sedang apa?" tanya Cheyka.
"Aku sedang duduk-duduk, menghirup udara segar." jawab Bao.
"Kamu mau lihat, Kakak main sama Welang tidak?" tanya Cheyka.
"Welang siapa?" tanya Bao bingung.
"Welang si ular." jawab Cheyka.
Bao mengganggukan kepalanya, lalu Cheyka mendekati kurungan. Mengeluarkan si ular, lalu memeluknya. Bao tertawa kecil, ketika melihat lidah ular menjulur.
"Aku suka Kak, ingin sekali bisa memegangnya." ujar Bao.
"Kapan-kapan kita latihan, kalau waktunya sudah tiba." jawab Cheyka.
Seseorang baru saja datang dari luar kota. Ternyata dia bibinya Rukha, mengenakan barang-barang mewah. Perhiasannya memenuhi pergelangan tangan, sekarang menatap Cheyka dari jarak tidak begitu jauh.
"Itu cucu menantu Mama, kenapa kampungan sekali. Kecil, pendek, dan tidak terurus, apa itu tipe gadis idaman?" ejek Wilda.
"Tentu saja tidak, dia akan menunggu Disty sampai pulang. Gadis cantik jurusan kedokteran, dengan tinggi semampai." sindir Serfa.
Cheyka masih dapat mendengar dengan jelas, tapi memilih acuh tak acuh. Memilih mengelus kepala Welang, yang tampak nyaman didekatnya.
”Rasain lu, pasti nyesek banget. Makanya, kalau mimpi jangan ketinggian.” batin Melodi.
"Kak Chey, apa yang menarik dari ular?" tanya Bao.
"Kulit ular sangatlah licin, dan juga matanya yang tajam. Aku menyukai gerakannya yang lincah, karena semakin terlihat pemberani. Dan kamu tahu, Kakak juga bisa berbisa. Terlebih, bila lingkungan sekitar tidak bersahabat." Cheyka tersenyum, sambil melirik ke arah keluarganya Rhuka.
"Bao, Kakak sarankan untuk jauh dari dia. Lihatlah, temannya saja ular ganas." Melodi bergidik ngeri.
"Aku suka, ini sangat menantang." jawab Bao ceria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments