Pada malam harinya, Cheyka tidak bisa tidur. Dia lumayan merasa sedih, memikirkan hari besok harus menemui tuan muda. Cheyka melirik kurungan, yang menyimpan binatang melata di dalamnya.
"Welang, hanya kamu temanku setiap saat. Aku bahkan tidak tahu, harus menumpahkan beban pada siapa. Harus mengungkapkan pendapat dengan siapa." monolog Cheyka.
Cheyka berpikir untuk mempersulit tuan Rukha, supaya membatalkan niat untuk menikahinya. Tapi dia juga tidak tahu, akankah rencana itu berhasil atau tidak.
Keesokan harinya, Chey memilih untuk mendatangi kantor Shi'ing Grup. Menyeret koper berodanya, karena mengerti posisi harus menyingkir. Chey singgah di toilet umum sebentar, sengaja membuat tompel palsu.
"Bila dia tidak suka dengan sendirinya lalu membatalkan, pasti aku tidak akan disalahkan." Menghadap cermin, sambil terus berharap rencananya berhasil.
Cheyka keluar dari toilet, tidak butuh waktu lama sudah sampai. Dia segera menanyakan resepsionis kantor, meminta tolong agar Rukha menemuinya.
"Silahkan tunggu di sini, biar aku panggilkan tuan Rukha." ujar gadis muda itu.
"Iya Kak, terimakasih." jawab Cheyka ramah.
Cukup lama Cheyka mondar-mandir, sampai pada akhirnya terlihatlah Joffy yang datang. Dia segera menghampiri Cheyka, sambil sedikit menahan tawa. Bagaimana tidak, dia mengenakan sepatu beda sebelah.
"Tuan muda sudah menunggu, di dalam ruangannya." ujar Joffy.
"Kenapa tuan muda tidak mau menemuiku di luar?" tanya Cheyka.
"Ada hal rahasia, yang ingin tuan muda bicarakan." Berbicara seadanya, tanpa menambah kalimat lain.
Cheyka berjalan, Joffy melangkahkan kaki mendahuluinya. Memencet pintu lift hingga terbuka, lalu mereka keluar setelah sampai.
Tok! Tok!
Joffy mengetuk pintu ruangan, lalu terdengar seseorang menyuruh masuk. Cheyka dapat melihat wajah dingin Rukha yang sedikit menunduk, masih sibuk menandatangani berkas penting perusahaan.
"Silahkan duduk nona." tawar Joffy ramah.
Cheyka duduk dengan santainya, tak butuh waktu lama Rukha berdiri. Membuka sebuah lemari brankas, lalu melemparkan buku agenda ke atas meja. Joffy tampak memegang sebuah map, berwarna merah putih.
"Baca baik-baik buku tersebut agar tidak keliru, kelak kau harus mematuhinya. Semua ucapan ku adalah perintah, yang harus dilaksanakan." ujar Rukha, dengan nada tidak bersahabat.
"Hmmm tuan, aku tidak bisa menikah secepatnya. Aku butuh wali nikah, karena kedua orangtuaku hanyalah orangtua angkat." Mengambil kesempatan, untuk beralasan.
"Soal itu, aku sudah menemukannya." ujar Rukha.
"Dimana orangtuaku tuan?" Cheyka merasa penasaran.
"Orangtuamu sudah meninggal, aku hanya menemukan kakek mu." Menjawab datar, tanpa ekspresi.
Sudah lama Cheyka menanti pertemuan itu, namun tidak pernah terwujud. Dia bukanlah anak dari orang terpandang, yang hanya menjadi bahan cacian setiap kali lewat. Pendek, kecil, berkulit sawo matang itulah dia. Bahkan saat sudah mengetahui asal usulnya, orangtuanya telah tiada.
Tidak ada alasan lagi, pernikahan itu akan tetap dipaksa lanjut. Ingin rasanya dia berteriak, tapi lidahnya keluh. Ingin rasanya dia menangis, tapi tidak mampu menitihkan air mata. Cheyka membuka lembaran kertas agenda, sangat membuatnya terkejut luar biasa.
"Apa aku harus menghafalnya?" tanya Cheyka.
"Itu juga bagus." jawab Rukha seenaknya.
Rukha melanjutkan ucapannya, untuk memberi titah. "Tandatangani kertas paling ujung. Itu adalah peraturan yang paling utama, setelah menikah."
Cheyka menuruti saja yang dia mau, keluar ruangan usai mendatangani persyaratannya. Cheyka diantar oleh Joffy, hingga keluar perusahaan.
"Nona, mari aku antar ke basecamp." ujar Joffy.
"Baiklah." jawab Cheyka.
Joffy mengantar Cheyka hingga sampai ke basecamp. Cheyka mengira basecamp itu, hanya untuk tempat peristirahatan Rukha.
”Kenapa banyak sekali komputer di sini. Bahkan, terlihat sering digunakan.” batin Cheyka.
"Nona beristirahatlah di kamar paling atas. Ruangan yang mendekati tangga, adalah kamar nona untuk sementara. Saat sudah menikah, nona akan tinggal di rumah tuan Rukha." jelas Joffy.
Cheyka hanya mengganggukan kepalanya saja, sementara Joffy melanjutkan perjalanan pergi ke kantor. Joffy masuk ke ruangan, dan melihat Rukha yang tersenyum.
"Joffy kau sudah sampai saja, sungguh lucu gadis tadi. Banyak sekali tompel di wajahnya, apa dia tidak berobat. Oh iya, ditambah lagi mengenakan sepatu beda warna. Apa dia sudah gila, tidak melihat siapa yang ditemuinya." Berawal dari tersenyum, malah menjadi tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments