"Ini gaji untuk bulan ini. Masing-masing mendapatkan tambahan bonus dari Bos baru kita. Dia bilang terimakasih untuk kerja keras kita selama ini karena telah berperan penting menjaga kebersihan perusahaan." Ujar Bu Santi sebelum memanggil nama-nama mereka untuk maju ke depan mengambil gaji bulan ini.
Ada wajah-wajah senang bercampur puas ketika menerima amplop coklat yang agak tebal dari bulan sebelumnya.
Rein mengambil amplop coklat bagiannya dan langsung menyimpannya ke dalam tas tanpa membukanya seperti yang lain.
"Buru-buru banget Rein, Lo gak mau gabung makan-makan sama kita?" Mbak Anggi buru-buru mencegah Rein pergi.
Sekarang dia telah resmi menjadi agen Mak comblang untuk Rein dan Revan. Apalagi amplop coklat sudah dikantong sekarang jadi dia harus memutar kepala untuk menciptakan peluang agar Revan bisa dekat dengan Rein.
Rein tersenyum kecil,"Engga deh, Mbak. Gue langsung pulang aja soalnya Tio pasti udah kangen banget sama gue."
"Bawa aja Tio ikut sama kita biar dia sekalian jalan-jalan dikit lah." Bujuk Mbak Anggi.
"Gak usah, Mbak. Jalan-jalannya nanti aja deh kalau ada kesempatan berikutnya. Ya udah, Mbak, gue pulang dulu yah."
Mbak Anggi mengangguk dengan enggan.
"Hati-hati, yah." Pesannya yang langsung dengan lambaian tangan oleh Rein.
"Rein gak mau ikut, Mbak?" Revan entah sejak kapan sudah berdiri di samping Mbak Anggi.
Mbak Anggi segera mengamankan saku seragamnya yang sudah dipenuhi dua amplop coklat. Dia takut Revan menarik kesempatan di antara mereka.
"Lo takut banget sama gue, Mbak. Emang tampang gue kayak orang gak bisa dipercaya, ya?"
Mbak Anggi menjaga jarak.
"Rein punya kesibukan di rumah jadi gak bisa ikut. Tapi dia bilang lain kali dia pasti ikut kok." Mbak Anggi tidak mungkin memberitahu Revan kalau Rein sudah punya anak.
Selain ingin menjaga reputasi baik Rein di mata Revan, dia juga pernah diingatkan secara serius oleh Rein agar menjaga rahasia tentang anaknya itu. Rein tidak ingin ada orang yang tahu mengenai keberadaan anaknya.
Untuk alasan pastinya Mbak Anggi tidak tahu karena itu adalah privasi Rein dan dia tidak berhak ikut campur.
"Rumah Rein dimana, Mbak? Lo tahu, enggak?"
"Enggak, gue enggak tahu rumahnya dimana. Rein gak pernah izinin siapapun datang ke rumahnya." Mbak Anggi sama sekali tidak berbohong.
"Yah sayang banget. Padahal gue mau main-main ke rumah dia, Mbak."
Gue malah bersyukur lo gak datang main ke rumahnya Rein. Kalau ketemu Dimas kan lo jadi salah paham sama Rein dan gue terpaksa harus kehilangan sumber uang tambahan. Batin Mbak Anggi diam-diam mengusap dadanya.
"Ngomong-ngomong, Mbak, gue dengar tadi Rein ada nyebut nama cowok. Kalau gak salah namanya Tio, cowok itu siapanya Rein?"
Mbak Anggi hampir saja tersedak air ludahnya sendiri. Padahal dia sudah mewanti-wanti Revan menanyakan nama anak ini.
"Itu.. kalau gak salah keluarga Rein, masih kecil dan kebetulan dirawat sama Rein di rumahnya."
Dia berbohong dengan lancar.
"Ternyata keluarganya. Kapan-kapan gue ajak main deh sama Rein keliling kebun binatang biar sekalian pdkt."
Mbak Anggi cengengesan,"Nah..ide bagus tuh." Katanya tidak sinkron dengan ekspresi wajahnya yang tegang.
"Mommy pulang!" Suara ceria nan manis milik Tio menyambut kedatangan Rein dari depan pintu masuk rumah penitipan anak.
Tio langsung berlari ketika melihat Rein di depan gerbang rumah penitipan anak. Dia tertawa kencang, memenuhi pendengaran Rein dengan rasa manis dari tawa sang buah hati. Rasa letih dan peluh Rein seketika tersapu bersih oleh sambutan hangat Tio.
"Tio kok diluar? Kenapa gak tunggu Mommy di dalam saja bersama Kakak cantik?"
Rein menunduk untuk mengangkat Tio ke dalam pelukannya. Dia mencium wajah Tio berkali-kali untuk mencurahkan kerinduannya. Membuat Tio tertawa menahan geli.
"Mommy..hahah..belenti! Tio geli.." Tio memegang wajah Rein agar berhenti menciumnya.
Rein menjauhkan wajahnya.
"Tio engga suka Mommy cium? Tio gak rindu sama Mommy, ya?" Rein berpura-pura sedih.
Tio menggelengkan kepalanya tampak sangat menggemaskan. Dia memeluk leher Rein sangat erat.
"Tio lindu sama Mommy, Tio lindu.." Bisik Tio dengan wajah serius.
Rein tidak bisa menahan senyumnya. Dia ingin mencium wajah Tio lagi tapi tindakannya segera berhenti ketika melihat ada sesuatu yang salah dengan pipi chubby Tio.
"Sayang, wajah Tio kenapa jadi merah?" Tanyanya dengan perasaan antisipasi.
Dia menyentuh pipi Tio yang berwarna merah, dari sudut pandang manapun Rein tahu ini bukan karena digigit serangga melainkan merah karena dipukul benda tumpul.
"Melah..tadi Tio dilempal lagu mobil mainan sama Loni (Roni)." Adu Tio mulai kehilangan senyum.
"Bagaimana bisa.." Rein memeluk erat Tio. Mengecup puncak kepalanya berkali-kali seolah membisikkan kata-kata penenang.
Padahal sejatinya dia takut, amat sangat takut dengan kejadian buruk yang menimpa putranya. Dari jawaban Tio tadi dia tahu bahwa kejadian ini telah terjadi berkali-kali.
Betapa malang Tio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Amelia Lia
kasian banget sm Tio yg msh kecil..... 🥺🥺🥺
2021-12-20
0
Auliya Najwa Najwa
hatiku berasa di remas
2021-10-23
0
Munawaroh 123
sedih bnget
2021-10-23
0