"Tio main di sini dulu yah, nanti sore Mommy datang lagi jemput ke sini."
Tio cukup cerdas di usianya yang masih muda, dan terkadang dia bisa bersikap dewasa diwaktu yang terlalu dini. Rein terkadang menyukainya namun diwaktu yang sama juga menyayangkannya. Di dalam hatinya dia mendesah tidak berdaya melihat putranya yang sudah dia lahirkan dengan hati-hati dan penuh kasih tidak bisa terlepas dari laki-laki itu.
"Okay, Mom. Tio akan nungguin Mommy di sini. Em, Mommy jangan capek ya kalena Tio takut uncle Dimas malah lagi." Suara manis dari mulut kecil itu membuat Rein terkejut.
Bagaimana Tio tahu Dimas sedang marah kepadaku?. Batin Rein shock.
Apa selama ini Tio suka memperhatikan interaksinya dengan Dimas?
"Uncle Dimas gak marah kok sama Mommy. Dia cuma kesel aja." Kata Rein menjelaskan.
"Hem?" Tio tidak mengerti.
Tapi Rein tidak berniat menjelaskannya lebih jauh. Tio cerdas tapi bukan berarti dia mengerti urusan orang dewasa.
"Tio jangan nakal yah di sini. Main sama temen-temen sampai Mommy datang jemput, okay?"
"Okay, Mommy!"
Rein mengecup puncak kepala Tio sebelum berdiri. Dia kemudian mengangguk ringan pada wanita muda yang selama ini berdiri menonton interaksi mereka berdua. Wanita muda itu adalah salah satu pengasuh di rumah penitipan anak ini.
"Tolong awasi anak saya di sini. Dan ini.." Dia memberikan wanita muda itu kotak bekal yang dibuat untuk Tio.
"Makanan untuk Tio. Anak saya cenderung mudah lapar jadi sebelum datang ke sini saya menyempatkan diri untuk membuatkannya makanan."
Wanita itu tersenyum ramah,"Pasti, Anda bisa percayakan Tio kepada saya."
Rein cukup lega mendapatkan sambutan yang hangat dari wanita muda ini.
"Terimakasih, kalau begitu saya pamit dulu." Dia sekali lagi menunduk untuk mengusap puncak kepala Tio dan mengecup keningnya ringan.
"Tio, Mommy pergi yah. Ingat, jangan nakal."
Setelah itu dia pergi menuju perusahaan properti yang paling terkemuka di kota ini. Dia di sini bekerja sebagai office girl sedangkan Dimas sebagai karyawan. Mereka jarang pergi bersama karena Rein lebih banyak masuk siang dan pulang pada pukul 8 malam, sedangkan Dimas harus standby sejak pukul 8 pagi tepat dan terkadang lembur kerja di kantor sampai tengah malam.
Tapi menurut Rein sahabatnya itu adalah laki-laki yang sangat bertanggungjawab dan penyayang. Dia tidak pernah menuntut Rein melakukan sesuatu yang berat, jika keras kepala itu karena Dimas ingin Rein jangan bekerja dan lebih baik menjaga Tio di apartemen.
Rein tahu sahabatnya sebaik itu kepada dirinya sehingga dia tidak ingin membebaninya terus menerus. Rein hanya lulusan SMA dan tidak punya keahlian apapun kecuali urusan bersih-bersih atau dapur. Dan dia masih bersikeras melamar kerja dengan keahliannya ini.
Membuat Dimas awalnya frustasi dan tidak mau berbicara lagi dengan Rein selama beberapa hari. Tapi itu hanya beberapa hari karena Dimas adalah tipe laki-laki yang suka mengalah dan tidak tahan tidak berbicara. Mereka berbicara lagi setelah perang dingin. Dimas dengan enggan menerima fakta bahwa Rein kini telah bekerja sebagai pekerja kasar di kantornya.
Jika ditanya apa sahabatnya itu tahan? Tidak, Dimas tidak tahan melihat sahabatnya menjadi pesuruh orang di sana sini tapi dia bisa apa karena Rein sendiri tetap kukuh dengan pekerjaan itu.
"Siang Rein, lo dapat shift siang yah?"
Rein membuka lokernya dan mengeluarkan seragam merah muda office girl yang sudah hampir 1 tahun ini dia gunakan.
"Siang, Mbak Anggi. Iya nih gue ada shift siang sampai sore. Mbak sendiri ngambil shift full, yah?"
"Iya Rein, lumayanlah belanja buat anak-anak di rumah. Suami gue akhir-akhir ini lagi sepi proyek makanya kita ngandelin penghasilan dari kerjaan gue dulu." Mbak Anggi sekarang sedang makan siang karena sudah masuk waktu istirahat.
Rein dan Mbak Anggi masuk di waktu bersamaan 1 tahun yang lalu di perusahaan ini. Tidak seperti yang lain, mereka berdua langsung akrab satu sama lain dan bahkan sering curhat berdua. Bisa dibilang mereka adalah adik-kakak tidak seibu dan seayah.
"Sabar ya, Mbak. Gue juga di rumah keadaannya gak jauh beda sama, Mbak."
"Lo kan masih punya Dimas, Rein. Penghasilan suami lo itu gak main-main gedenya apalagi kemarin gue dengar-dengar karyawan dapat bonus lumayan gede dari bos baru kita." Mbak Anggi sudah biasa berbicara seperti ini.
Karena dia tahu Rein dan Dimas tinggal di satu apartemen, Mbak Anggi sering bercanda kepada Rein dengan mengatakan mereka adalah sepasang suami-istri.
"Mbak ih, jangan asal bicara deh. Nanti kalau pacarnya Dimas dengar terus salah paham, gimana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
sahabat syurga
pdahal udh 3 bab up nya msh aja kurang
2021-09-27
1
Pipit Sopiah
kuat rein jaga tio buat dia jadi manusia hebat dan tunjukan dan buktikan bahwa kamu mampu dan berani. jangan sampe si davin mengetahui keberadaan anakmu
2021-09-27
1
Yulianti
lnjut thor
2021-09-27
0