Di depan hotel dia melihat Davin berjalan dengan seorang wanita cantik. Bila dilihat dari penampilannya Rein yakin wanita itu adalah seorang model atau sejenisnya.
Tampaknya mereka berdua akan masuk ke dalam hotel.
Gemetaran, Rein mengambil ponselnya untuk menelpon nomor sang kekasih. Panggilan pertama sang kekasih masih belum mengangkatnya, Rein pikir mungkin dia tidak membawa ponsel atau mungkin dia tidak mendengar suara ponselnya.
Tapi Rein tetap bersikeras menelpon lagi.
Panggilan kedua sang kekasih masih belum juga mengangkat tapi dari jendela mobil Rein melihat wanita itu memeluk lengan Davin sambil membisikkan sesuatu ke telinganya.
Tindakannya intim seperti pasangan kekasih pada umumnya. Membuat Rein tanpa sadar menggigit bibirnya menahan rasa sesak yang kian memenuhi hatinya.
Setelah mendapatkan bisikan dari wanita itu barulah Davin merogoh sesuatu dari saku jasnya.
"Ada apa?" Suara malas Davin terdengar dari ponsel Rein.
Rein tersenyum kecil menahan sesak, ternyata kekasihnya tidak lupa membawa ponsel ataupun tidak mendengar suara panggilannya. Mungkin.. mungkin dia melakukannya dengan sengaja.
"Kamu lagi dimana, sayang?" Tanya Rein berusaha menahan getaran suaranya.
Davin di ujung sana tampak menarik wanita itu ke dalam pelukannya, memegang pinggang ramping wanita itu dengan gerakan sensual dan intim.
"Aku lagi di kantor, kenapa?" Bahkan suaranya kini lebih acuh dari sebelumnya dan dia bahkan berbohong.
Itu tidak benar,
Faktanya Davin sudah bersikap acuh kepadanya sejak beberapa waktu ini. Hanya saja Rein baru menyadarinya diwaktu yang tidak tepat.
"Apa..apa kamu bisa pulang malam ini?" Tidak terasa sudah ada cairan hangat mengenang di wajahnya yang kini mulai menjadi pucat.
"Aku tidak bisa pulang malam ini, aku sangat sibuk." Dia menjawab sangat sibuk tapi kenyataannya? Rein melihat dia kini sedang memeluk mesra wanita cantik nan seksi itu tepat di depan sebuah hotel ternama.
"Kamu sangat sibuk.. apa aku boleh datang ke kantor mu?" Rein sungguh berharap Davin segera membalas 'ya' dan melepaskan wanita dari pelukannya.
Namun sayangnya, dia terlalu percaya diri.
"Untuk apa kamu datang ke kantorku? Sudahlah, jangan kekanak-kanakan! Kamu datang ke kantor bukannya membantu tapi kamu malah membuat masalah untukku. Diam saja di rumah dan tunggu aku pulang." Suaranya tampak terganggu dan tidak senang.
Rein terdiam selama beberapa detik. Kedua matanya yang sudah basah menatap kosong pasangan serasi yang masih berdiri di depan hotel. Mereka tidak ragu melalukan gerakan intim meskipun ada banyak orang yang memperhatikan.
Ah, Rein lupa.
Mereka adalah pasangan normal jadi sangat normal bertindak normal di depan orang-orang yang normal.
"Aku akan tinggal di rumah dan menunggumu pulang. Sayang, tolong jangan terlalu lelah bekerja dan segeralah pulang." Bisiknya dengan kedua mata basah yang masih menatap kosong gerakan intim mereka di sana.
"Hem."
Davin mematikan sambungan mereka. Di luar sana dia tampak mengecup bibir wanita itu singkat, menariknya masuk ke dalam hotel tanpa menyadari bila ada sepasang mata basah yang terus memperhatikan interaksinya bersama wanita itu. Pemilik mata basah itu tidak pernah lagi bersuara sejak sambungan mereka terputus. Dia hanya menatap diam punggung kekasihnya yang pernah menjadi tameng terkuat di dalam hidupnya selama beberapa tahun terakhir.
Sekarang, punggung itu enggan berdiri melindunginya karena sudah ada wanita yang lebih cantik dan sempurna di dalam pelukannya kini.
"Kamu tahu, Nak, laki-laki di dunia ini bukan hanya dia." Ujar supir taksi itu sambil memberikan Rein beberapa lembar tissue.
"Terima kasih." Rein menerimanya dengan sopan dan segera menghapus jejak air mata dari wajahnya.
Dia ternyata sangat cengeng.
"Lupakan laki-laki itu, Nak. Dia tidak pantas mendapatkan orang sebaik dirimu dan kamu hanya pantas mendapatkan laki-laki yang lebih luar biasa darinya." Supir taksi itu masih menasihati Rein dengan sungguh-sungguh.
Sebagai seorang laki-laki yang sudah mempunyai anak dia tidak tega melihat ekspresi menyakitkan Rein. Dia seolah melihat bila putrinya yang ada di posisi Rein sekarang. Menangis diam-diam melihat orang yang dicintai berselingkuh dengan wanita lain.
Tuhan, betapa sakitnya itu.
"Pak, tolong lanjutkan perjalanan kita. Aku merasa tidak enak badan dan ingin segera beristirahat." Pinta Rein setelah menghapus jejak air matanya.
Dia tidak mau menangis tapi kedua matanya tidak mau mengikuti keinginannya. Mereka terus saja mengeluarkan cairan hangat sebanyak apapun Rein berkedip dan menghapusnya.
Supir taksi itu tidak mengatakan apa-apa lagi. Meskipun bersimpati tapi dia tidak bisa ikut campur dalam masalah pribadi orang lain. Jadi dia melanjutkan perjalanan lagi tapi laju taksi dia bawa sepelan mungkin agar Rein di belakang dapat beristirahat.
Aku memang pernah menduga hari ini akan terjadi. Kamu akan bertemu seorang wanita cantik yang terlahir normal seperti dirimu. Ketika itu terjadi cintamu kepadaku mulai menguap seperti air, mengering tanpa jejak seakan-akan cinta itu tidak pernah ada sebelumnya.
Davin... apakah aku masih memiliki harapan kepadamu?. Bisakah aku menganggap pengkhianatan mu ini sebagai pelampiasan rasa bosan sejenak saja karena kamu akan tetap kembali kepadaku, bisakah aku?. Batin Rein masih berharap.
Mungkin saja setelah bertahun-tahun bersama Davin mulai merasa bosan dan ingin merasakan hal yang baru. Setelah dia cukup bosan dengan hal baru itu mungkin saja Davin akan kembali lagi kepadanya.
Mungkin saja.
...🍃🍃🍃...
Rein tidak tidur semalaman. Dia begadang semalaman suntuk memikirkan masa-masa sulit dan indah yang pernah dia lewati bersama Davin 3 tahun ini. Selama waktu itu mereka berdua membuat banyak kenangan manis yang diabadikan dalam bentuk foto atau bingkai indah.
3 tahun menjalin hubungan Rein juga mulai menyadari jika Davin tidak pernah membicarakan soal pernikahan dengan dirinya. Selain itu, Davin juga malu melakukan gerakan intim di tempat umum. Rein pikir Davin malu karena memang sifatnya yang kaku tapi ternyata dia salah besar.
Davin malu bukan karena kaku namun dia malu karena Rein bukanlah manusia yang normal. Di mata masyarakat mereka akan tampak aneh dan memalukan.
"Ternyata sudah pagi." Dia melihat sebuah cahaya hangat masuk ke dalam kamarnya.
"Davin akan pulang dan dia pasti kelaparan. Aku harus memasak makanan kesukaannya."
Rein menaruh kembali foto-foto yang sudah dia lap semalaman dan menyusunnya di atas laci seperti semula. Wajahnya tampak pucat dan kelelahan karena begadang semalaman namun dia masih menyeret tubuh kurusnya ke dalam dapur.
Mengambil beberapa bahan makanan yang dia beli semalam untuk dimasak menjadi hidangan yang lezat.
Satu jam kemudian Rein sudah menyelesaikan setengah hidangan. Dia menyusunnya di atas meja makan sambil menunggu hidangan yang lain matang.
"Aku pulang." Suara berat Davin memasuki pendengarannya.
Rein ingin datang menghampiri tapi kedua kakinya seolah dipaku di tempat. Dia tidak bisa bergerak dan nafasnya mulai tidak stabil.
"Oh..apa kamu lapar?" Tanya Rein tanpa mengangkat kepalanya.
Kedua tangannya sibuk bergerak menyiapkan makanan untuk Davin.
"Ada acara apa pagi-pagi begini kamu masak sebanyak ini? Apa ada tamu yang akan datang ke rumah?" Davin tidak melihat ada sesuatu yang salah dengan Rein.
Dia langsung duduk di kursi tapi tidak menyentuh makanan yang Rein berikan seperti biasanya.
"Tidak ada acara apapun, aku hanya sedang bosan saja." Jawab Rein berbohong.
"Baguslah, kalau begitu duduklah. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
Rein membeku. Perlahan wajah lelahnya terangkat menatap sosok angkuh Davin yang sudah tidak asing lagi untuknya.
"Tentang apa itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
yen
Maaf ya apakah rein seorang wanita dan pria?
2023-07-06
0
Mira Andani
mampir thor
2023-06-12
0
Yani Cuhayanih
Thor aku bingung hermaprodit itu apa sih coba kasih visual Rein apakah sama bentuk tubuhnya feminin seperti wanita normal dan bisa menyusui anak nya nanti ...
2023-04-11
0