Malam harinya Dimas pulang jam 9 malam dengan belanjaan yang Rein pesan. Sebelum pulang tadi dia menyempatkan diri ke supermarket dekat perusahaan yang sedang diskon besar-besaran.
"Tio udah tidur?" Dimas duduk di depan tv bareng Rein.
"Hem, dia udah tidur."
"Lo ada masalah ya? Wajah lo kok ditekuk gitu." Pasti ada sesuatu yang terjadi di sekolah.
Dimas udah biasa lihat ekspresi suram Rein tahun ini gara-gara sekolah Tio.
"Pihak sekolah mau keluarin Tio bulan depan kalau gue masih belum bayar biaya sekolah dia dua bulan kemarin." Cerita Rein cemberut.
Udah ketebak, ini pasti masalah uang lagi.
Dimas membuka tas kerjanya yang ada di samping. Mengeluarkan amplop kuning yang cukup tebal. Dia merobek amplop kuning itu, mengeluarkan beberapa lembar uang kertas berwarna biru dari dalam dan memberikannya ke Rein.
"Nih, lo bayar besok biar mereka gak gangguin lo lagi."
"Lo udah gajian? Kok cepat banget sih. Atasan gue aja gak ngomong apa-apa soal gajian kami."
"Udah ambil aja dulu. Besok pasti lo juga gajian kok." Katanya santai.
Karyawan memang berbeda dengan pekerja kasar seperti Rein. Karyawan cenderung dihormati dan dihargai di perusahaan sedangkan mereka para pekerja kasar cenderung diremehkan. Ya bagaimana lagi beberapa orang tidak bisa lepas dari tingkat sosial.
Rein menerimanya, setelah menghitung dia terkejut karena jumlahnya terlalu banyak.
"Ini terlalu banyak, Dim. Biaya sekolah Tio gak sebanyak ini." Rein ingin mengembalikannya tapi langsung ditolak Dimas.
"Itu buat biaya sekolah Tio 3 bulan ke depan biar mereka gak nagih-nagih lo lagi."
"Tapi gaji lo gak seberapa dan besok gue juga bakal gajian." Rein gak mau munafik.
Dimas sudah berbaik hati mau menampung dan menafkahinya di sini sehingga Rein tidak mau menuntut terlalu banyak kepada sahabatnya ini. Dia masih sendiri dan butuh tabungan untuk masa depannya, dia juga masih punya orang tua dikampung yang harus dinafkahi.
"Rein, ini adalah bonus dari bos baru gue. Dia bilang ini adalah bentuk kompensasi untuk kerja keras kami semua beberapa bulan ini."
"Eh, kok bos lo baik banget. Baru menjabat tapi udah ngasih bonus aja. Gue harap ini juga berlaku untuk kami di bagian office girl." Rein tidak bisa tidak heran dan juga sedikit berharap.
"Jangankan lo yang kerja di sana jadi tukang bersih-bersih, gue aja yang jadi bawahannya heran."
"Wah..lo harus hati-hati mulai sekarang kalau gitu. Mungkin aja bonus ini adalah hadiah darinya sebelum kalian merasakan apa itu kerja keras versi dia." Rein menakuti-nakuti.
"Gue gak bakal takut Rein, gue kan orangnya pekerja keras." Dimas sudah biasa lembur setiap malam di kantor jadi sekeras apapun bos barunya dia pasti sanggup menghadapi.
"Tapi gue merasa familiar sama bos baru gue."
"Familiar, maksud lo gimana?"
Dimas mencoba mengingat sekali lagi sosok tinggi nan dingin yang membuat gempar seisi kantor. Meskipun hanya melihat dari samping Dimas merasa jika bos barunya ini mirip seseorang yang dia kenal.
"Gue ngerasa bos baru gue gak asing. Dia kayak mirip seseorang yang gue kenal tapi masih belum jelas siapa itu."
Rein langsung memutar bola matanya jengah.
"Gue kira apaan..hah, Dimas.. Dimas. Siapa tahu lo pernah ketemu sama dia di suatu tempat atau siapa tahu dia adalah senior lo di kampus dulu. Jadi wajar lo ngerasa dia enggak asing."
Dimas masih tidak yakin tapi memilih tidak memperpanjang pembicaraan.
"Em..gue mau ngomong sesuatu sama lo, Rein." Dimas tampak serius.
"Oh masalah yang tadi pagi, ngomong aja, Dim, gue pasti dengerin kok."
Dimas menatap Rein rumit,"Lo mau gak ikut gue balik ke kampung sama Tio?" Rein tidak paham dengan pembicaraan Dimas.
Kenapa dia dan Tio harus ikut ke kampung disaat dia tidak punya siapa-siapa di sana.
"Maksud lo apa, Dim? Ikut ke kampung maksud lo mau pindahan?" Rein asal menebak.
Tapi dia tidak berharap tebakan asal-asalannya ternyata benar.
"Iya Rein, gue mau pindahan ke kampung. Tapi gak sendiri karena gue ingin lo sama Tio juga ikut gue pulang ke kampung. Gue pikir kampung jauh lebih aman dan nyaman daripada kota. Seenggaknya orang-orang di sana enggak terlalu banyak bicara dan mengurusi kehidupan pribadi orang lain." Ujar Dimas mengakui.
Dia memang ingin pulang ke kampung membawa Rein dan Tio bersamanya. Karena Dimas tidak tenang membiarkan sahabatnya hidup sendirian di kota ini tanpa ada yang melindungi. Jadi, lebih baik Rein dan Tio tinggal di kampung untuk kehidupan yang lebih nyaman dan tenang.
"Dimas..ini terlalu mendadak buat gue. Jujur, buat mimpi hidup di tempat lain selain kota ini gue gak pernah bayangin sama sekali karena menurut gue satu-satunya tempat yang paling aman adalah kota ini. Gue gak bisa, Dim, dan gue harap lo cuma bercanda aja."
Rein sudah terlanjur menyukai kota ini dan dia tidak bisa memulai hidup kembali di tempat yang asing. Jangan lagi pikirnya karena orang asing yang dia temui selalu memberikan kesan negatif ketika melihat dirinya.
Dan Rein tidak mau mengulangi kelelahan itu untuk yang ketiga kalinya.
"Sayangnya gue gak bercanda, Rein. Kedua orang tua gue kemarin nelpon minta gue segera balik ke kampung. Mereka udah tua dan sering sakit-sakitan sehingga sawah atau ladang di kampung tidak terurus dengan baik. Gue gak bisa nolak permintaan orang tua gue, Rein, dan gue juga gak bisa ninggalin lo sama Tio sendirian di sini. Gue gak sanggup liat kalian berjuang hidup di sini sendirian jadi gue sangat berharap lo mau ikut gue pulang kampung. Tinggal di sana dan memulai hidup baru." Pinta Dimas tulus.
Dia mencintai kedua orang tuanya karena itulah dia tidak menolak untuk segera pulang. Namun, dia juga tidak tega meninggalkan sahabatnya yang rapuh berjuang sendirian di kota yang keras. Karena itulah Dimas berencana membawa Rein dan Tio ikut bersamanya pulang ke kampung.
Rein memang mengerti situasi dan keresahan Dimas, tapi sayangnya dia masih menolak ide ini.
"Gue tetap gak bisa ikut lo pulang kampung, Dim."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Pertiwi Tiwi
Dimas teman baik sekali
2021-12-25
0
Nana Oshina
ga mau sih rein,dimasukkin kesekolah kaya juga anakmu dikucilkan. bayar uang sklah aja ga mampu.apartemen juga numpang. heran
2021-10-21
2
Paulina Muda
57
2021-10-15
0