Besoknya, Rein bangun subuh-subuh satu jam lebih pagi dari biasanya. Dia membersihkan diri terlebih dahulu di dalam kamar mandi untuk beberapa menit. Setelah itu dia menyiapkan keperluan sekolah Tio, memasukkan beberapa mainan usang nan murah ke dalam tas Tio agar anaknya tidak kesepian saat dititipkan di tempat penitipan anak di samping sekolah.
Ai akan pergi bekerja setelah Tio pulang sekolah.
Setelah membereskan keperluan Tio, dia masuk ke dalam dapur untuk membuat sarapan. Makanan yang dia buat jauh lebih baik dari yang kemarin karena kulkas sudah dipenuhi banyak bahan makanan. Jadi dia bisa bebas berkreasi.
Dia membuat bubur suwir ayam yang sangat disukai oleh Tio dan Dimas. Mereka berdua pasti selalu meminta tambah setiap kali makan bubur ayam ini.
Tidak terasa satu jam telah berlalu di dalam dapur. Begitu keluar dari sana dia melihat Tio dan Dimas yang sedang duduk anteng di lantai menonton kartun Spongebob.
"Sarapan sudah siap, Mommy masak bubur suwir ayam kesukaan Tio dan uncle Dimas, lho."
Tio langsung menoleh dengan semangat tinggi tapi Dimas terlihat cukup tidak tertarik di sampingnya. Reaksi ini sangat berbeda dengan Dimas biasanya, Rein tahu bila Dimas masih marah karena pembicaraan mereka semalam dan karena itulah dia termotivasi untuk memasak bubur ayam suwir. Dia ingin meluluhkan kembali hati sahabatnya.
"Bubul ayam.. Mommy Tio suka banget sama bubul ayam." Tio tertawa nyaring, volume suara miliknya mengalahkan suara Spongebob di tv. Tio sama sekali tidak bisa menahan perasaan antusiasnya.
"Mommy tahu, sayang." Rein mencubit gemas hidung tinggi Tio.
Lalu, matanya melirik Dimas yang masih cemberut dan belum bicara. Dia masih kesal dengan pembicaraan semalam mereka dan itu tergambar jelas diwajahnya.
"Dim, makan buburnya sebelum dingin."
"Hem." Dimas membawa satu suap bubur hangat ke dalam mulutnya tanpa perlu meniupnya terlebih dahulu.
"Huah..phuanashh.." Mulutnya terbakar.
"Pft...Dimas..lo kok langsung main suap aja sih!" Rein berusaha menahan tawanya.
Jika dia kelepasan Dimas pasti akan semakin marah kepadanya.
"Nih, minum dulu."
Dimas langsung mengambil gelas yang Rein berikan tanpa mengatakan apa-apa tapi kedua matanya sudah memerah karena mulutnya terbakar.
"Dim, setelah dipikir-pikir gue gak mau cari kerja tambahan lagi biar Tio gak terlalu kesepian gue tinggalin." Ucap Rein tiba-tiba membuka kembali topik pembicaraan semalam.
"Lo serius?" Dimas bertanya ragu.
"Kenapa? Lo gak senang?"
"Enggak-enggak, gue senang kok. Gua senang banget lo akhirnya berubah pikiran." Ujar Dimas mengakui.
Rein mengangguk ringan,"Gue cukup tahu diri terlahir cacat makanya-"
"Lo bisa gak sih jangan bilang cacat?" Potong Dimas tidak senang.
"Okay..okay, gue ralat. Maksud gue seharusnya lo tahu sendiri kan kondisi gue...yah, cukup rumit makanya gue putusin untuk gak cari kerjaan lagi." Rein segera memperbaiki ucapannya.
"Fokus aja sama Tio dan kerja yang benar di kantor. Ini lebih baik daripada lo harus luntang luntung cari pekerjaan diluar sana." Kata Dimas sambil menyiapkan bubur yang sudah ditiup ke dalam mulutnya.
"Gue juga mikirnya gitu, Dim." Untuk itu dia akan berusaha hidup sehemat mungkin.
"Gue juga bakal bantuin lo kok dari desa. Setiap panen di sawah sebagian uangnya bakal gue kasih ke-"
"Dim, please! Gue gak mau lo menderita lagi karena gue. Daripada kasih gue mending uangnya lo simpan aja buat hidup lo ke depannya." Potong Rein tidak senang.
Dimas menghela nafas panjang,"Terserah lo, deh."
Rein jadi sedikit lega.
"Dimas..makasih-"
"Makan Rein, gak usah banyak bicara. Bubur lo lama-lama dingin kalo lo diemin terus." Potong Dimas tidak mau mendengarkan.
Rein tersenyum kecil, lagi-lagi dibuat tidak berdaya dengan sikap cemberut Dimas. Sikap ini terakhir kali Rein lihat saat mereka di jaman sekolah dulu.
Saat-saat dimana ego lebih menguasai.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
veetha pusvhita
ngena bgt d hati sampe aku stiap bait ku baca mata ku berkaca kaca
2021-10-14
0
Pipit Sopiah
apa akunya lagi sensi ya thor,,, percakapan mereka dan ungkapan hati mereka ko jadi nangis akunya😭
2021-09-27
6
Armasa Dewi
berusahalah mandiri rein
2021-09-27
1