"Tapi Tio udah punya uncle Dimas, kan?" Dia mencoba bernegosiasi.
"Uncle Dimas bukan Ayah Tio, Mommy. Uncle Dimas adalah uncle Tio jadi dia tidak bisa menjadi Ayah."
Lihat, dia terlalu cerdas. Rein sampai geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Tio punya Ayah kok, cuman belum bisa ketemu sekarang. Mommy janji, kalau udah waktunya Tio pasti akan bertemu dengan Ayah." Entahlah, untuk saat ini dia hanya bisa mengatakan ini.
Dia memang ingin bersembunyi dari laki-laki itu tapi bukan berarti dia tidak ingin menemuinya. Apalagi anaknya sekarang sudah bisa berpikir dan ingin bertemu dengan laki-laki itu, Rein tidak bisa berbuat apa-apa.
Yang paling penting adalah Tio butuh pengakuan dari laki-laki itu. Meskipun tidak bisa tinggal bersama tapi setidaknya Tio tahu bila dia juga punya Ayah seperti anak-anak yang lain.
"Kenapa tidak sekalang, Mommy?" Mulut kecilnya bertanya.
Rein tampak berpikir.
"Karena Ayah masih sibuk bekerja. Dia sangat sibuk bekerja untuk mengumpulkan uang agar bisa membelikan Tio banyak mainan, jadi Tio untuk sekarang belum bisa ketemu sama Ayah." Jawabnya berbohong.
"Tio mau mainan.. Mommy." Dasarnya anak kecil semua perhatiannya kini berubah memikirkan mainan.
"Nanti setelah uncle Dimas dan Mommy gajian kita pergi beli, yah?" Katanya berjanji.
"Okay, Mommy!" Setelah itu Tio tidak lagi bertanya mengenai laki-laki itu.
Dia sekarang asik bermain dengan bebek kuning yang mengapung manis di atas air. Membuat Tio gelisah beberapa kali ingin menangkapnya tapi tidak bisa karena gelombang yang dia ciptakan saat bergerak di dalam air.
Tio beberapa kali mengeluhkan ini tapi Rein sama sekali tidak berniat membantu. Dia ingin Tio belajar mendapatkan apa yang ingin dia dapatkan. Dia harus usaha sebanyak apapun dan sesulit apapun rintangan yang dia hadapi.
Tio harus mandiri agar tidak menjadi beban, seperti dirinya dulu.
Setelah mandi Rein memberikan Tio bedak bayi di sekujur tubuhnya, kemudian memakaikannya pakaian bermain untuk pergi sekolah. Kebetulan sekolah paud yang mereka datangi membolehkan Tio menggunakan pakaian biasa. Berhubung pakaian seragam Tio rusak dan robek, Rein terpaksa memberikannya pakaian biasa sebelum dia dan Dimas mendapatkan gaji untuk bulan ini.
"Anak Mommy udah ganteng aja." Rein mengunyel-ngunyel pipi gembul anaknya yang langsung disambut gelak tawa Tio.
"Kita berangkat sekarang?" Tanya Dimas yang sudah siap dengan pakaian kantornya.
"Jawab apa sayang?"
Tio mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil berteriak nyaring,"Belangkat!"
Rein menggenggam tangan Tio ikut bersamanya keluar dari apartemen. Dia, Dimas, dan Tio sengaja menggunakan tangga darurat turun dari lantai 3 apartemen daripada menggunakan lift. Selain ingin sehat, mereka juga trauma dengan kejadian lift satu tahun yang lalu ketika lift tiba-tiba macet dan hampir mengalami kecelakaan.
Lift gedung apartemen ini sudah rusak tapi pemiliknya malah abai dan acuh tak acuh. Pemilik gedung apartemen ini bilang fasilitas yang mereka dapatkan sesuai dengan uang sewa gedung ini. Murah dan terbengkalai, orang-orang yang menyewa tidak bisa berbuat apa-apa.
"Dim, miskin banget sih lo nyewa apartemen di sini." Untuk kesekian kalinya Rein memuntahkan kata-kata ini.
Tapi Dimas sudah biasa dan tidak tersinggung sama sekali.
"Seandainya gue kaya mana sudi gue tinggal di tempat bobrok kayak begini. Nyawa dan masa depan hidup gue lebih penting."
Sayangnya dia tidak punya uang banyak untuk menyewa apartemen di gedung lain yang lebih nyaman dan aman.
"Sial banget hidup lo."
Dimas mendelik, "Ngomongin diri sendiri."
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
🐝 Ncus 🌵🐝
Tio jagan cari ayah mulu kasian mama nya nanti sedih lagi
2021-09-28
1
Pipit Sopiah
doble bab ya thor,,,, lanjut ke berikutnya thor
2021-09-26
1
Adhe Dhebo
lnjut
2021-09-26
0