"Oh..itu.." Dimas terpaksa menelan makanan yang baru saja masuk ke mulutnya dan belum sempat dikunyah.
Dia melirik Rein canggung tidak tahu harus berkata apa.
"Ayah itu uncle Dimas, Tio." Dimas menjawab tanpa pikir panjang.
"Uncle Dimas salah..gulu cantik bilang Ayah adalah olang yang tidul dengan Mommy." Dengan polosnya dia mengoreksi.
"Tapi uncle Dimas juga tidur di sini bareng Mommy dan membesarkan Tio jadi kenapa uncle tidak bisa menjadi Ayah kamu?" Dimas bertanya serius.
Tio terdiam, mata besarnya kini beralih menatap Rein yang hanya diam mengamati interaksi mereka berdua.
"Mommy.. Mommy suka yah sama uncle Dimas?" Tio tampak tidak terima.
Kedua mata Dimas berkedut gemas melihat tingkah laku Tio. Dia padahal masih anak-anak tapi entah kenapa ekspresi dan tingkah lakunya terkadang sudah seperti orang yang sudah dewasa.
"Mommy mana sudi." Jawab Rein tanpa pikir panjang.
Dimas mendelik, memasukkan dua sendok nasi goreng ke dalam mulutnya kesal.
"Oh.." Tio kembali fokus memakan nasi gorengnya.
"Lo phikil ghue uga-"
"Telen makanan lo dulu anjir baru ngomong. Lo jiji'in banget sih." Potong Rein jijik.
Dia memiringkan posisi duduknya menjadi menghadap Tio sepenuhnya.
Dimas melotot kesal sambil mengunyah makanannya. Setelah menelan habis makanannya, Dimas ingin membalas kata-kata tajam Rein tapi suaranya tiba-tiba tertahan ketika melihat sorot mata sendu yang lebih banyak menatap Tio daripada memperhatikan makanannya.
"Lo masih belum bisa ngelupain cowok brengs*k itu, ya?"
Rein langsung melirik Dimas tajam,"Mulut lo anjir, ada anak gue di sini!"
Rein gak mau anaknya besar mengikuti jejak Dimas. Meskipun baik tapi kata-kata kasarnya kadang lupa di kontrol.
"Iya..ya..maaf." Dimas tidak berniat lagi melanjutkan topik pembicaraan ini.
Rein tampak dalam suasana hati yang buruk dan dia tidak mau semakin memperburuk suasana hati Rein. Pasalnya ketika dalam suasana hati yang buruk dia tidak ada bedanya dengan wanita yang sedang datang bulan, galak dan mudah marah.
"Tumben hari ini lo masuk siang, biasanya kan lo harus ngantor pagi-pagi banget. Kadang sarapan sampai gak bisa saking buru-buru ke kantor." Rein kembali mengangkat topik pertama.
Rein jarang melihat Dimas merasakan kelonggaran semenjak bekerja di perusahaannya sekarang. Malah Dimas biasanya sangat sibuk dan suka pulang larut malam karena sibuk mengolah dokumen. Ini bukan tanpa alasan karena Rein juga seringkali memperhatikan karyawan di perusahaan itu sangat sibuk dan jarang bersantai. Mereka lebih banyak bekerja menghadap komputer dan dokumen daripada leha-leha atau bersantai.
"Hem, hari ini perusahaan kita kedatangan bos baru dari pusat. Katanya sih ya, dengar-dengar bos baru kita ini orang yang perfeksionis dan terkenal gila pekerja. Gue gak tau kenapa dia tiba-tiba masuk ke perusahaan cabang yang gak seberapa ini daripada diem di perusahaan pusat di ibukota. Padahal nih ya, banyak banget rumor di kantor yang bilang bos baru gue ini jadi penerus selanjutnya di pusat. Jadi ya logika aja dong, daripada ke sini lebih baik duduk santai aja di kota. Toh, penguasa selanjutnya kan dia." Dimas tidak bisa menyembunyikan kecemburuannya. Maklum, dia dan Rein berasal dari kalangan bawah jadi wajar mereka mudah cemburu.
Bos yang masih tidak diketahui identitasnya ini sudah membuat kantor mereka gempar karena kepindahannya yang tiba-tiba. Mereka tidak berharap ada anak emas tersangkut di antara mereka yang notabene anak perunggu dan lebih banyak mengandalkan kerja keras.
Bos yang masih tidak diketahui identitasnya ini sudah membuat kantor mereka gempar karena kepindahannya yang tiba-tiba. Mereka tidak berharap ada anak emas tersangkut di antara mereka yang notabene anak perunggu dan lebih banyak mengandalkan kerja keras.
Rein mendelik,"Dia gak serakah kayak lo, yah!"
"Gue serakah juga karena terlahir miskin." Dimas tidak membantah.
"Lo harusnya bersyukur, Dim, bisa dipimpin sama orang hebat. Kalo bukan dia mungkin pagi ini lo gak bisa sarapan bareng kami dan malah cengengesan sendiri kayak orang gila di depan komputer kantor lo."
Dimas memutar bola matanya malas,"Denger ceramah lo tiap hari gue ngerasa lo lebih cocok jadi emak gue daripada sahabat."
"Ogah banget punya anak macem lo yang gak bisa bersyukur, tahunya gosip doang padahal ngaku cowok tulen." Tolak Rein mentah-mentah tanpa ampun.
"Idih, lo kira gue juga sudi punya emak-emak rempong kayak lo? Bisa gila gue tiap hari kena omelan lo." Dimas juga lebih ogah punya emak kayak Rein.
Dia melirik Rein, merasa tenang karena dia akhirnya bisa tersenyum lagi. Dimas tidak tega setiap kali melihat wajah murung Rein ketika terjebak memikirkan laki-laki brengs*k itu. Sudah 5 tahun berlalu namun sahabatnya ini masih belum bisa melupakan laki-laki berhati sampah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Rezthu_
penasaran karya mu Thor,,,
2021-10-23
0
Revina Imut
terus cek 1m nya kmn,kok hidupnya susah,dan knp JD og di kantor cabangnya Davin🤔🤔🤔
2021-10-23
2
Reski Casper
hermaprodit adalah kondisi langka, hanya bagian kedokteran yg mempelajarinya, jadi... buat mereka yg ga lanjut pendidikan untuk jadi dokter kandungan pasti kurang paham.
2021-10-22
0