Revan langsung terpancing. Dia menegakkan punggungnya terlihat antusias.
"Mau dong, Mbak. Kalau Mbak bantuin gue, gaji bulan ini buat lo deh, Mbak." Dia tidak lupa menyelipkan kata-kata rayuan.
Mbak Anggi lagi butuh banget sama uang jadi dia langsung tertarik begitu mendengar rayuan Revan.
"Eh, serius? Lo jangan bercanda, Van."
Revan mengangkat dua jarinya untuk bersumpah,"Gue serius, Mbak. Gaji gue bulan ini langsung lo ambil deh setelah kita dibagiin nanti."
"Wah, awas ya lo kalau bohong."
"Gue gak bohong, Mbak, asal lo mau bantuin gue dekat sama Rein." Revan mencoba menyakinkan nya lagi.
"Oke kita deal! Gue bakal bantuin lo biar dekat sama Rein. Oh ya, lo harus tahu satu hal kalau mau dekat sama dia." Dia mengelap mulutnya yang berminyak sebelum kembali berbicara,"Rein itu adalah tipe orang yang gak suka sama orang yang terlalu agresif kayak lo. Bukannya suka dia malah ilfil sama lo." Katanya berterus terang.
"Terus gue harus kayak cowok di novel-novel yang sok dingin kalau ketemu sama dia?"
Mbak Anggi memutar bola matanya,"Ya enggak gitu juga, Bambang! Lo hanya perlu bersikap biasa aja kalau ketemu dia. Sapa sekedarnya dan ngomong sekedarnya. Buat dia senyaman mungkin sama lo, percaya deh Rein akan mulai mengembangkan rasa sama lo seiring waktu berjalan. Sisanya gue bisa bantu lo kalau ada kesempatan dan gue harap lo jangan kayak tadi lagi, paham?"
...🍃🍃🍃...
Rein membawa kain lap ke lantai 3 untuk membersihkan kaca jendela. Tangan kanannya begitu luwes mengelap kaca dari kanan ke kiri dan dari kiri ke kanan. Pekerjaan ringan ini sudah biasa dia lakukan di apartemen. Hanya saja dia harus membersihkan hampir semua lantai dan tenaga yang dia habiskan tidak main-main banyaknya.
Imbasnya dia akan pegal-pegal ketika pulang ke rumah dan lagi-lagi harus mengandalkan minyak kayu putih untuk meringankan pegal-pegalnya.
"Rein, bisa minta tolong?" Ada seseorang yang memanggil.
Nama Rein sudah tidak asing lagi di sini. Dia terkenal rajin bekerja dan suka menawarkan diri membantu para karyawan, selain itu Rein juga berparas cantik meskipun agak kurus. Daya tariknya memang tidak kalah dengan yang lain sehingga akan ada beberapa karyawan yang menaruh hati pada Rein.
Tapi menaruh hati berbeda dengan mencintai. Meskipun Rein menarik tapi pekerjaannya kasar dan dia juga kurus, hampir-hampir tidak ada daging di tubuhnya. Bahkan mereka sering memperhatikan dada Rein terlalu datar untuk seorang perempuan sehingga mereka seringkali memperlakukan Rein selayaknya wanita rendah di luar sana.
Ada beberapa orang yang akan memanfaatkan kesempatan untuk melakukan pelecehan kepada Rein tapi untungnya Rein punya banyak teman di sini dan disukai karena ramah oleh beberapa karyawan wanita maupun pria. Jadi, bila terjadi sesuatu kepada Rein, mereka akan dengan sukarela membela Rein. Di tambah lagi posisi Dimas di perusahaan ini tidak rendah juga tidak tinggi, dengan reputasinya dia mampu melindungi Rein dari kacamata belang karyawan yang berniat buruk kepada Rein.
"Iya, Mbak." Dia menaruh kain lap ditangan dan mengusap tangannya yang basah ke baju seragamnya sebelum mendekati wanita itu.
"Mbak, mau saya bantu apa?"
Wanita itu mengeluarkan sebuah kertas putih dari saku jasnya.
"Tolong beli kopi di kafe depan, dong. Varian rasanya sudah saya tulis di situ."
Rein menerimanya dengan sopan.
"Baik, Mbak. Apa hanya ini saja atau masih ada lagi yang ingin, Mbak, pesan?"
Wanita itu berpikir singkat sebelum menggelengkan kepalanya.
"Gak ada, Rein. Aku hanya pesan ini saja."
"Baik, Mbak. Kalau begitu saya permisi dulu."
Rein langsung turun dari perusahaan, menyeberangi jalan ramai dan masuk ke dalam kafe yang sudah ramai dipenuhi oleh para karyawan dari perusahaan tempatnya bekerja.
Suasana di sini sangat santai dan menyenangkan berbeda sekali dengan suasana di dalam kantor yang membosankan.. Ada banyak sekali suara gelak tawa dari orang-orang yang makan bersama di meja masing-masing. Rasa lelah mereka duduk di depan komputer seketika hilang di sini.
"Enaknya seperti mereka." Gumam Rein iri.
Bila waktu terulang kembali dia akan-
"Aku tidak bisa memikirkan yang tidak-tidak! Lagipula jika waktu terulang itu artinya aku harus kehilangan Tio! Tidak, aku tidak mau itu terjadi." Dia memukul keningnya kesal.
Dia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sehingga tidak menyadari jika suasana kafe yang menyenangkan tiba-tiba berubah menjadi sepi.
"Eh," Rein berdiri bingung melihat orang-orang menjadi senyap.
Kemudian dia memperhatikan jika pandangan orang-orang tertuju pada pintu masuk kafe. Rupanya di sana ada rombongan petinggi perusahaan yang anehnya jarang sekali menunjukkan batang hidungnya di kafe ini.
"Tidak heran, ternyata para Tuan emas baru saja makan di sini. Entahlah, aku bertanya-tanya ada angin apa yang membuat mereka datang ke sini."
Rein ikut memperhatikan sekelompok orang-orang berjas dengan dompet tebal di masing-masing saku. Mereka tertawa ramah seolah tidak menyadari kebekuan yang mereka sebabkan di dalam kafe. Punggung-punggung serakah dan pekerja keras itu berjalan santai dengan wajah yang cukup menyebalkan untuk Rein.
"Ya Tuhan, Pak Davin juga ikut makan di sini!"
Deg
Seketika Rein langsung menahan nafas ketika mendengar nama ini lagi.
Davin? Hati kecilnya tersentil.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
Mama Acha Ara
q tunggu POV nya Davin....
2021-11-08
0
sahabat syurga
aduuuhh pdhal ini yg aku tunggu pertemuan rein sm davin..dan reaksi davin klo tau rein punya ank sm dia...duh mlh brsambung..lanjut thor
2021-09-28
1
Armasa Dewi
ubur' nongol..
2021-09-28
1