Tok
Tok
Tok
"Siapa sih malam-malam begini ganggu-Ya Tuhan, Rein! Lo kenapa datang malam-malam dalam keadaan kehujanan begini?" Rasa kantuknya seketika menghilang saat melihat wajah pucat Rein yang sudah basah kuyup.
"Dimas.. gue boleh nginep di sini, gak?" Biasanya Dimas akan langsung menolak tapi malam ini berbeda.
Dia melihat ada sesuatu yang salah dengan sahabatnya ini.
"Rein, lo ada masalah ya?" Tanya Dimas seraya menarik Rein masuk ke dalam apartemennya.
Dia buru-buru masuk ke dalam kamar mengambil handuk putih yang masih baru dan memberikannya kepada Rein.
"Masalah gue berat banget." Rein tidak mengelak.
Dimas menghela nafas panjang, dia menurunkan tas punggung Rein yang sudah basah dari punggungnya dan mendorong Rein masuk ke dalam kamar mandi.
"Lo mandi air anget dulu yah biar gak kedinginan lagi."
Dimas mengisi air dingin ke dalam bathub yang sudah berwarna kecoklatan karena sudah bertahun-tahun digunakan. Setelah itu dia kemudian berlari ke dapur untuk memasak air. 15 menit kemudian Dimas kembali masuk ke dalam kamar mandi sambil membawa sepanci air hangat.
Dimas sengaja memasak air itu sampai tidak mendidih karena akan langsung digunakan oleh sahabatnya.
"Lo bisa mandi sekarang.." Dimas lalu keluar dari kamar mandi setelah menuangkan air hangat itu ke dalam bathub.
30 menit kemudian Rein akhirnya keluar dari kamar mandi. Dia meminjam baju Dimas karena semua baju-bajunya yang ada di dalam tas sudah basah terkena air hujan.
"Dimas..gue mau ngomong sesuatu sama lo." Kata Rein terlihat serius.
"Ngomongnya nanti aja karena pertama-tama lo harus makan dulu."
Saat Rein di dalam kamar mandi Dimas menyempatkan diri untuk memasak mie instan dengan telur. Memasak mie instan tidak terlalu memakan banyak waktu karena setelah Ai keluar Dimas sudah menyajikannya di atas meja.
"Nah, sekarang lo makan biar badan lo lebih anget-"
"Gue hamil." Ucap Rein tiba-tiba.
"Ha-hamil..siapa yang hamil?" Dimas mulai meragukan pendengarannya.
"Gue yang hamil." Rein mengulangi lagi.
"Lo jangan bercanda Rein..hamil..lo gak bisa hamil." Dimas tertawa sumbang sambil memukul-mukul pahanya.
"Lo gak lupa kan kalo gue hermaprodhit?" Tanya Rein dengan tawa mengejek.
"Gue emang cacat, Dim, tapi bukan berarti gue gak bisa hamil." Katanya dengan nada mengejek.
Tawa Dimas perlahan menghilang. Dia memperbaiki posisi duduknya miring menatap Rein yang terlihat serius.
Oke, sepertinya Rein memang tidak bercanda.
"Lo serius, Rein?"
Rein tersenyum tipis,"Kemarin gue ke rumah sakit buat cek apa ada yang salah sama badan gue karena akhir-akhir ini gue ngerasa kalau ***** makan gue gak kayak biasanya. Gue kira itu cuma penyakit biasa tapi ternyata gue salah karena dokter bilang gue hamil dan udah masuk bulan ke dua."
"Ja-jadi lo beneran hamil?" Dimas melirik perut datar Rein, dia masih sulit menerima kenyataan ini.
"Beberapa bulan lagi perut gue pasti membesar kok." Katanya menjawab keraguan Dimas.
"Oke..lo beneran serius ternyata.." Dimas mengambil nafas panjang.
"Terus siapa Ayah anak ini.. jangan bilang ini milik Davin?" Meskipun kemungkinan terbesar Dimas sangat yakin itu adalah milik Davin, karena satu-satunya laki-laki yang intim dengan Rein hanyalah laki-laki kaya ini saja.
"Ini miliknya tapi dia gak tahu kalau gue lagi hamil anaknya."
Dimas tidak mengerti,"Lo kenapa gak kasih tahu dia tentang anak ini dan malah lari ke apartemen gue malam-malam begini?"
Rein tidak lagi memaksakan diri untuk tersenyum.
"Dia selingkuh sama wanita lain. Pulang dari rumah sakit kemarin gue lihat dia masuk ke hotel sama wanita selingkuhannya, mereka ciuman dan berpelukan mesra di depan banyak orang. Terus paginya gue diputusin sama dia. Vano bilang dia udah nemuin orang yang dia cinta jadi..jadi.. hiks..dia minta.." Rein tidak kuat lagi menahan rasa sesak dihatinya, dia mulai terisak sedih, merasakan kembali semua rasa sakit yang coba dia lupakan.
"Gue cinta sama Davin..gue cinta banget sama dia hiks.. tapi kenapa perasaan gue gak dihargai hanya karena terlahir berbeda? Apa.. terlahir berbeda itu salah..apa terlahir berbeda itu dosa..? Dimas..gue..gue juga mau kayak kalian, terlahir normal dan dihargai.."
"Cukup Rein..udah..lo gak salah terlahir berbeda..lo istimewa tau gak."
Dimas menarik Rein ke dalam pelukannya. Dia juga ikut merasa sedih melihat sahabatnya terluka dan menangis seperti ini karena Dimas sangat jarang melihat Rein sesedih ini semalam menjalin pertemanan.
"Tapi kenapa Davin ninggalin gue, Dim?"
Dimas mengeratkan pelukannya.
"Itu karena.." Dimas bingung mau mengatakan apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 352 Episodes
Comments
1234
😭😭😭😭
sabar rein
2022-08-18
0
Titik Oktifiyanti
masih episode awal² ko dah bikin mewek😭😭😭😭😭
2021-12-19
1
Mama Acha Ara
klo gini, q butuh visual nya Rein biar halu nya g nyasar...... bingung......
2021-11-08
1