Malam tiba, Kent sudah pergi sejak siang tadi, sedangkan Alice sudah kembali ke pekerjaannya. Merasa sepi, Sharon memutuskan untuk keluar dari rumahnya tersebut. Langkah kakinya menuju taman Zürichhorn, ia duduk di pinggiran danau seraya menatap air yang mengalir dengan tenang.
Tangannya menggenggam sesuatu dengan sangat kuat, air matanya kembali menetes. Recorder mini, benda itu masih di genggaman, dan akan selalu ia bawa kemana pun ia pergi. Hanya barang itulah yang ditinggalkan oleh ibunya, namun sayangnya ia tak bisa mendengarkan isi dari rekaman itu, Sharon hanya ingin menjaga amanah dari ibunya.
Sepasang mata memandanginya dari balik pohon besar, hatinya teriris melihat apa yang ia lihat. Dengan berani, langkah kakinya membawa ia untuk menghampiri gadis yang berada disana. Tanpa permisi, orang tersebut duduk di sisi gadis tersebut dengan menekuk kedua kakinya.
Sharon yang sadar akan kehadiran seseorang pun langsung menoleh, melihat orang itu membuat perasaannya tidak karuan, ia ingin memakinya, namun ia merindukannya. Ia ingin memukulnya, namun ia menyayanginya.
“Maafkan aku.” Imbuhnya seraya mengusap air mata yang kembali membasahi kedua pipi gadisnya, dan dengan cepat gadis itu menggenggam tangan tersebut, kemudian membalikkan telapak tanggannya.
“Ibu memintaku untuk memberikan ini padamu.” Setelah menyerahkan recorder tersebut, Sharon langsung meninggalkan tempat tersebut tanpa mengucapkan apa pun lagi. Melihat gadisnya pergi begitu saja, membuat orang tersebut memandangi recordernya, kemudian mengejar langkah gadis itu.
“Sharon aku…”
“… aku tidak ingin bicara untuk saat ini, Charles.” Mendengar penuturunnya, membuat Charles mengalah. Menurutnya, tidak berguna jika dirinya harus menjelaskan semuanya hari ini, fikiran kekasihnya tengah kacau, dan sudah di pastikan jika dia tengah kecewa.
•••
Matahari sudah kembali menyinari kota Bern. Di tengah sarapan, deringan ponsel terus terdengar disana, hingga tak lama kemudian, pemilik ponsel tersebut mengharuskan dirinya untuk segera menerima panggilan tersebut. Setelah mengakhiri panggilan tersebut, orang itu segera pergi dengan mobil mewahnya.
“Kent, dari lima perusahaan yang berada di sana, dua di antaranya meminta kita untuk melakukan kerja sama juga bersama dengan CBC Group, atau group induk dari CBC, yaitu Austin Industries.”
“Dengan ketiga lainnya, apa mereka tidak mengajukan syarat macam-macam?”
“Tidak ada, selain dua tadi, kontrak kerja sama sudah bisa di jalankan.
“Baiklah, kita jalankan yang sudah pasti saja. Mengenai pengajuan kerja sama dengan CBC Group atau Austin Group akan ku fikirkan ulang. Meski perusahaan kita tidak kalah besarnya, twins Austin merupakan orang yang memiliki insting tajam, mereka juga sangat hati-hati, dan sangat ketat, dan Charlie Austin lah yang memiliki insting paling tajam di antara mereka.”
Berbeda di Austin Group, Sharon tidak terlihat pada hari itu, dan Charles amat sangat mencemaskannya. Kemudian, ia pun meminta Key untuk menangani kantor selagi kepergiaannya. Saat meninggalkan kantor, Charles langsung menyambar sweater, dan topinya.
“Antar aku ke rumah Sharon sekarang.” Seru Charles yang baru saja memasangkan topinya.
“Key siap mengantar tuan Charles.”
Mereka yang berjalan meninggalkan kantor pun di hadang oleh beberapa pegawai disana, dan Key hanya tersenyum ke arah tuannya ketika melihat mereka berdiri di hadapannya. Tak lupa Charles membagikan senyuman pada mereka, sedangkan Key hanya terkekeh melihat semua itu.
“Tuan Charles, aku dengar jika anda baru saja sembuh?" Salah seorang pegawai wanita menyeru.
“Apa anda baik-baik saja? Seharusnya istirahat lebih banyak.” Sambarnya dari yang lainnya.
“Style tuan Charles memang selalu memancarkan pesona yang luar biasa.”
“Key. Apa kau tidak menginginkan bonusmu?” Bisik Charles. Mendengar itu langsung membuat Key bergidik ngeri.
“Maafkan aku nona-nona. Tapi, hari ini tuan Charles harus mengurusi beberapa urusan. Jadi, beri kami ruang, permisi.” Sahut Key, dan mereka pun segera menepi saat mendengar ucapannya. Sedangkan, Charles terseyum untuk sekedar mengucapkan terima kasih pada mereka.
Pesona Charles terlalu memukau, sehingga bukan hanya gadis-gadis saja yang tergiur dengan ketampanannya, namun wanita-wanita yang memiliki perbedaan beberapa tahun darinya pun sering kali mendekatinya.
Setibanya di dekat rumah Sharon, Charles meminta untuk Key untuk menghentikan lajuan mobilnya, dan menyuruhnya untuk segera kembali ke kantor. Melihat tuannya yang semakin tidak terlihat, Key pun memutar arah, dan kembali sesuai dengan perintah dari Charles.
Berulang kali Charles mengetuk pintu rumah tersebut, namun tidak ada jawaban dari dalam. Hingga kemudian seseorang memberitahunya, jika pemilik rumah sudah berangkat bekerja. Mendengar itu pun membuatnya bingung. Bekerja? Sudah jelas jika dirinya tak bisa menemukan gadis itu sejak pagi.
Kemudian, ia merogoh sakunya, dan mengambil ponselnya. Tidak ada jawaban dari gadis itu, akhirnya Charles memutuskan untuk mencarinya di semua tempat ia bekerja paruh waktu, dan berharap dapat menemuinya. Saat berada di dalam taksi, tidak lama kemudian ponselnya pun berdering.
“Siapa?” Sahut Charles dengan nada dinginnya.
“Tuan Charles, aku Leon. Bisakah kau datang? Sharon pingsan.”
“Aku segera kesana.” Balas Charles, dan langsung memberitahu supir taksi mengenai tempat yang akan mereka tuju.
Tidak membutuhkan waktu lama, Charles yang sudah tiba pun langsung berlari menuju ruang manager. Meski banyak mata yang memandangnya terpaku, dan ia sungguh tak memperdulikan hal itu lagi, saat ini prioritasnya adalah Sharon, kekasihnya.
Setelah bertemu dengannya, pria itu langsung menggendong Sharon, dan membawanya keluar. Langkahnya
terhenti ketika Leon selaku manager café menawarkan tumpangan, bukan tumpangan, melainkan ia meminjamkan mobilnya pada Charles.
Dengan kecepatan tinggi pria itu mengemudi, ia memegangi dahi gadis yang ada di sisinya, dan terasa sangat panas sekali. Lalu, Charles melepaskan sweaternya, dan menyematkannya pada tubuh gadis tersebut.
Ketika keduanya tiba di rumah sakit, mereka bertemu dengan dokter Marvin, dan Charles meminta dokter tersebut untuk memeriksa kondisi gadis yang berada dalam gendongannya. Kemudian, Dokter Marvin meminta perawat membawa bed stetcher, dan mereka langsung membawa gadis tersebut masuk ke dalam ruang rawat.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Rahayu Kamsiti
rumah sakit muluu
2020-04-26
6
Elia Wati
duh senang ny
2020-01-08
6
Henny Intan
saya suka
2019-12-24
5