Setibanya di rumah sakit, ia langsung berlari menuju ruangan dimana tempat ibunya di rawat. Ketika hendak membuka pintunya, seseorang menahan tangannya untuk tidak masuk lebih dulu.
"Saat ini, dokter Brian tengah memeriksa kondisi pasien. Sebaiknya nona tunggu di luar dulu."
"Tapi apa yang terjadi pada ibuku?"
"Dokter Brian akan menjelaskannya pada nona nanti. Aku permisi." Salah seorang perawat langsung masuk ke dalam dengan membawa catatan yang di minta oleh dokter jaga.
Sesuai perintah perawat tadi, Sharon duduk di luar menunggu dokter Brian keluar. Dirinya berharap jika tidak terjadi sesuatu pada ibunya saat ini. Hingga kemudian, dokter Brian pun keluar, dan dengan cepat Sharon berdiri menghadangnya.
"Tadi ibumu sempat sadar sejenak, ia mencarimu, dan pria yang selalu bersamamu. Tidak lama kemudian, ibumu mengalami kejang, dan detak jantungnya menurun begitu saja. Kali ini, kondisinya tengah mengalami kritis."
Hal tersebut membuat Sharon tak berdaya, air matanya kembali menetes, dan dokter Brian meminta Sharon untuk tidak berputus asa. Karena ia akan melakukan semua usaha demi menyelamatkan ibunya.
Fikirannya yang kacau, hatinya pun terguncang. Ia membutuhkan seseorang untuk mendukungnya, dan nama yang terlintas di benaknya hanyalah Charles. Namun, kali ini dia tidak ada berada di sisinya.
"Charles. Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan kali ini? Apa kau begitu sibuk? Sehingga tak bisa membalas pesanku sekali pun. Dokter Brian juga bilang, jika ibu sempat sadar, dan dia mencarimu. Namun kali ini, ibuku kritis." Ungkap Sharon pada isi pesannya.
Entah sejak kapan, Alice tiba disana, dan Sharon yang menyadarinya itu pun langsung berhambur ke dalam pelukan sahabatnya. Air matanya pecah, rasa takutnya sudah memenuhi isi pikirannya.
Ketika merasa sedikit tenang, Sharon mulai menceritakan kondisi ibunya, dan juga mengenai Charles yang tiba-tiba tidak memberinya kabar. Hal yang menimpanya, membuat Sharon berfikiran, jika dirinya memang tak pernah bisa bahagia bersama dengan orang yang di kasihinya.
Kemudian, keduanya masuk ke dalam ruangan nyonya Hwang. Sharon menggenggam erat tangan ibunya, memintanya untuk membuka matanya sekali lagi. Sedangkan Alice, berdiri di sisi Sharon seraya mengusap bahu sahabatnya.
"Bibi, segeralah sadar. Aku merindukan masakan hangatmu. Bukankah bibi juga menganggapku sebagai putrimu? Kali ini, sebagai putrimu, aku ingin ibu bangun, dan memeluk kami."
Jari nyonya Hwang melakukan pergerakkan. Sharon yang tengah menggenggamnya pun merasakan dengan jelas hal tersebut. Kemudian, secara perlahan, nyonya Hwang membuka matanya. Melihat itu, Alice langsung berlari keluar memanggil dokter yang bertanggung jawab menangani nyonya Hwang.
"Ibu? Kau sudah sadar? Aku sangat takut saat mendengar ibu mengalami kejang. Alice mengatakan padaku jika ibu akan baik-baik saja, dan benar saja apa yang dikatakan olehnya."
"Alice? Gadis nakal itu disini?"
"Benar. Dia sedang memanggil dokter Brian."
"Lalu, dimana Charles?" Gumam nyonya Hwang dengan suara lemahnya, dan Sharon bingung saat menerima pertanyaan itu.
"Aku tidak tahu, sudah 3 hari ia tidak memberi kabar padaku. Aku juga tidak menemuinya saat bekerja. Aku rasa dia sudah pergi meninggalkanku, lagi pula siapa yang ingin hidup dengan gadis sepertiku?" Balasnya terkekeh, namun sangat terlihat jelas jika dirinya tengah menahan air matanya agar tidak terjatuh.
"Dengarkan aku nak, apapun yang terjadi pada kalian. Apapun yang sedang Charles lakukan. Ketika dia datang untuk menjelaskannya padamu, kau bisa mempercayai semua ucapannya. Aku tahu jika dia mencintaimu dengan sangat tulus, dan aku titip ini untuknya."
"Recoder mini?" Sahut Sharon dengan penuh kebingungan. Kemudian, Alice pun tiba bersama dengan dokter Brian.
"Berikan recorder itu untuknya. Alice? Kau sudah besar kali ini, jadi kau harus pandai menjaga dirimu, nak. Aku juga berharap, jika kau bisa selamanya berteman dengan Sharon."
"Ibu. Kenapa ibu bicara seperti itu?" Ucap Sharon, dan Alice bersamaan.
Keduanya sama-sama menggenggam tangan nyonya Hwang pada saat itu. Mendengar kekompakkan mereka membuat nyonya Hwang tersenyum kecil. Namun, nafasnya sudah terasa berat untuknya.
"Ternyata kalian tetap kompak disaat seperti ini." Balas nyonya Hwang pada keduanya. "Sharon, setelah ini tidak perlu bekerja terlalu keras. Jangan mengambil banyak pekerjaan paruh waktu lagi. Kau masih muda, gunakan waktumu dengan baik, istirahatlah dengan cukup, dan makanlah dengan teratur. Ibu tidak ingin dimarahi ayahmu nanti, karena melihat putrinya harus kurus seperti ini."
"Apa yang sebenarnya ibu katakan? Kenapa juga ayah harus memarahi ibu?" Balas Sharon kesal.
"Apapun yang terjadi didepan sana, dan bagaimana pun juga, hiduplah dengan baik, nak. Dan titipkan salamku untuk ..." Nafas nyonya Hwang semakin berat. " ... Charles."
Setelah mengucapkan semua itu gelombang denyut jantung pada patient monitor berubah menjadi lurus, dan ucapan itu menjadi kata-kata terakhir dari nyonya Hwang. Dokter Brian yang tidak percaya pun segera mengecek kondisinya saat itu juga.
Dokter Brian menggelengkan kepalanya, dan tangisan Sharon pecah kala itu. Ia menggenggam erat tangan ibunya, dan memintanya untuk membuka matanya lagi. Alice yang mengetahui hal tersebut pun ikut merasa terpukul. Bagaimana pun, sejak mengenal keluarga Hwang, ia sangat dekat dengan nyonya Hwang.
"Dokter, kapan ibu menyiapkan recorder ini?" Ucap Sharon dengan suara paraunya.
"Saat sempat sadar tadi, ibumu meminta sebuah alat perekam, mengingat aku memilikinya, aku memberikan itu padanya. Sebaiknya berikan recorder itu pada pria tersebut, sesuai dengan permintaan ibumu."
Di waktu yang bersamaan. Di Jerman. Seseorang mengetuk pintu kamar Kent dengan gusar, dan Kent yang sedang bersiap pun langsung membukakan pintu itu.
"Aku menerima kabar dari orang suruhanmu, ia menghubungiku, dan mengatakan jika ibunya Sharon meninggal di Triemli Hospital."
"Kenapa tidak ada yang mengatakan padaku mengenai informasi bibi yang tengah di rawat?" Nada bicara Kent langsung meninggi. "Pesan tiket pulang sekarang juga." Imbuhnya lagi.
"Tapi pekerjaanmu disini masih belum selesai."
"Kau urus disini, dan aku pergi menemui Sharon."
•••
Sharon bersamaan dengan Alice tengah menyelesaikan prosedur mengenai pemulangan nyonya Hwang. Sharon memilih jalur pemakaman biasa, dan menghindari untuk mengkremasi ibunya.
"Ibuku sudah pergi, Charles. Ibu meninggalkanku." Tulis Sharon lagi pada pesannya, dan ia masih tidak menerima balasan apa pun dari pria itu.
Dua jam kemudian, seseorang tiba. Seseorang yang tidak di sangka-sangka muncul di hadapan Alice, dan juga Sharon. Tidak ingin berlarut-larut, Sharon meninggalkan orang tersebut, namun orang itu langsung mengejarnya, dan mendekapnya.
"Lepaskan aku, Kent." Sharon mendorong tubuh pria itu, dan berjalan meninggalkannya.
"Dari mana kau tahu Sharon disini? Apa kau tahu apa yang sudah terjadi padanya hari ini?"
"Sejak hari itu, aku terus mengutus orang untuk mencarinya. Lalu sore tadi, orangku mengatakan padaku jika bibi meninggal. Saat itu juga aku putuskan untuk datang."
"Kali ini, mungkin hanya kau yang bisa menghiburnya." Seru Alice, dan Kent langsung berjalan ke arah Sharon pergi.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Jayanna Jayadi Cyg Anna
berikan Sharon tahu dong thor, klo charles itu lagi sakit juga
2020-11-01
4
mhymhy_2602
😫😫😫😫
2020-06-15
2
Andi Marlina
😥
2020-06-12
2