Tak membiarkan Charles di goda oleh wanita di luar sana. Sharon memintanya untuk membantu dirinya membersihkan piring serta gelas-gelas yang berada di westafel.
Bibirnya terus saja menggerutu ketika hendak mencuci gelas-gelas tersebut. Kemudian, Charles terkekeh melihat reaksinya itu. Mendengar tawa kecil dari sisinya, lantas membuat Sharon memandangnya dengan tajam, dan saat itu juga Charles membungkam bibirnya.
"Pfft. Ternyata seperti ini reaksi seseorang yang tengah merasakan cemburu." Sindirnya yang tengah mengelap gelas yang usai di bersihkan.
Sharon yang sudah selesai dengan pekerjaannya pun langsung mengeringkan tangannya. Tanpa bicara, ia segera keluar untuk mengantar, dan menerima pesanan baru.
"Tingkahnya menggemaskan." Gerutu Charles yang kemudian mengikuti gadisnya keluar dari dapur.
Setelah menyerahkan buku menu, Charles mengeluarkan paper note beserta pulpennya, dan siap untuk mencatat pesanan barunya.
"Kau? Siapa yang menyuruhmu keluar?" Sahut Sharon dengan ketus.
"Sharon Hwang, ikut aku ke ruanganku."
"Baik manager."
Mata Charles memandangi mereka yang semakin menjauh. Kemudian, ia meminta tolong pelayan lain untuk meladeni pelanggan yang ada di hadapannya. Setelah itu, Charles menuju ruang manager.
"Sharon. Apa kau memiliki hak untuk memperlakukan karyawanku seperti tadi? Kau bersikap ketus padanya di hadapan pelanggan."
"Maafkan aku manager, aku tidak akan mengulanginya lagi." Gumam Sharon menundukkan kepalanya.
"Baiklah. Aku beri kau kesempatan satu kali lagi. Kau boleh kembali pada pekerjaanmu."
Setelah memastikan Sharon keluar dari sana. Charles pun masuk kesana untuk menemui manager Leon. Melihat Charles yang masuk secara tiba-tiba, tentu saja membuatnya begitu terkejut.
"Aku minta tolong untuk memperlakukan Sharon Hwang dengan baik. Dia adalah wanitaku, aku tidak suka melihatnya sedih. Tolong ingat ucapanku tuan Leon."
"A-aku mengerti tuan Charles."
Jam sudah menunjukkan sembilan malam. Sharon bersiap untuk segera pulang, dan Charles pun sudah menunggunya di luar cafe.
Ketika melihat Charles sudah menunggunya, mereka pun segera berjalan menuju rumah sakit. Sharon masih terdiam dalam perjalanannya, dan Charles tidak menyukai kecanggungan macam ini.
"Maaf." Gumam Sharon yang tiba-tiba, dan ucapannya membuat Charles langsung menoleh ke arahnya. "Belum sehari menjadi kekasihmu, aku sudah melarangmu untuk melakukan ini, dan itu."
Saat mengatakan hal tersebut, Sharon menggenggam ujung bawah bajunya, dan Charles tersenyum akan hal tersebut. Ia juga melepaskan cengkraman tangan gadis itu, kemudian menggenggamnya selama dalam perjalanan.
"Untuk apa meminta maaf? Aku sangat suka hal seperti tadi. Itu menandakan jika rasa sukamu lebih besar dariku." Mendengar itu membuat Sharon tersipu. "Kita akan makan dulu sebelum pergi menemui ibumu."
Mereka telah tiba di tempat makan yang sederhana. Keduanya saling memesan makanan, selagi menunggu makanan tiba, pandangan Charles terus menuju ke arah gadis yang ada di hadapannya.
•••
Seusainya mereka makan malam. Mereka segera bergegas menuju rumah sakit. Selama dalam perjalanan, keduanya berbincang banyak hal, dan sesekali keduanya saling melemparkan tawa.
"Sejak tadi, aku ingin menanyakan satu hal padamu." Sharon berdeham untuk menanggapinya. "Kau menerimaku, apa tidak ada syarat yang ingin kau ajukan padaku?"
"Syarat?" Kini Sharon memandang Charles bingung.
"Ya syarat. Contohnya aku harus memiliki ini, dan itu."
"Mencintai atau menyukai seseorang tidak perlu mengajukan syarat. Jika kau mengajukan syarat, itu bukanlah perasaan cinta, melainkan hanya sebuah tawar-menawar dibawah perjanjian."
"Meski aku tidak memiliki banyak uang, apartment atau mobil mewah. Kau masih tetap berada bersamaku?"
"Ha Ha Ha. Aku tidak membutuhkan semua itu. Bukankah kau tahu? Aku tidak begitu menyukai orang-orang seperti mereka." Sharon tertawa, dan Charles tersenyum masam mendengar semua itu.
"Jika suatu hari nanti aku memiliki semua itu. Jika suatu hari nanti aku menjadi orang besar, perusahaan, dan properti lainnya. Apa kau akan meninggalkanku?"
"Itu tergantung padamu. Jika kau tidak mengabaikanku, maka aku tidak akan meninggalkanmu. Tapi, jika kau lebih sibuk dengan pekerjaanmu, maka aku akan berfikir 2 kali."
Genggaman Sharon terlepas setelah mengutarakan semua itu. Saat itu juga ia mengingat masa lalunya. Dia hanya takut masa lalunya terulang kembali.
Dirinya memang akan senang jika Charles mencapai kesuksesannya. Namun di sisi lain, ia takut untuk menerima hinaan lagi. Karena banyak orang yang dibutakan oleh kekuasaan.
"Gadis bodoh. Jika aku di suruh memilih pekerjaan atau dirimu. Tentu saja dengan tegas aku akan memilihmu. Aku tidak akan mengabaikan dirimu. Tidak bertemu satu detik saja sudah membuatku sangat merindukanmu."
Charles menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Tidak lama kemudian ponselnya berdering, dan membuatnya harus segera menerima panggilan tersebut.
"Baguslah. Selanjutnya lakukan sesuai yang sudah pernah ku perintahkan." Ucapnya dengan nada yang pelan.
"Siapa? Kenapa kau berbisik saat menerima telfon?"
Kebingungan Charles terselamatkan ketika ponsel Sharon berdering. Air matanya menetes setelah mengakhiri panggilan tersebut, dan hal itu membuat Charles begitu mengkhawatirkannya.
"Dokter Brian mengatakan padaku, ada pendonor yang cocok untuk ibu. Kita harus cepat."
Mendengar penuturannya membuatnya sedikit lega. Setidaknya dia menangis bukan karena hal buruk. Kemudian, Charles menghentikan satu taksi untuk mengantar mereka menuju rumah sakit.
"Kau jangan khawatir. Aku yang akan membayarnya." Charles menyeru, dan segera meminta Sharon untuk masuk.
Selama dalam perjalanan, Sharon mengepalkan kedua tangannya. Jantung berdegub cepat, keringat dingin membasahi dahinya, dan Charles langsung menggenggam erat tangannya.
Setibanya mereka di rumah sakit. Sharon berlari menuju ruang dokter Brian, dan memintanya memberikan prosedur yang harus di lakukan.
"Sharon dengarkan aku baik-baik. Meski ada kesamaan dna, meski operasi berjalan lancar. Aku tetap tidak mengatakan akan berhasil."
"Apa maksudnya?"
"Operasi di katakan berhasil jika tubuh ibumu mampu menerimanya. Jika, respon tubuh ibumu menolak, maka akan lebih bahaya lagi. Kejadian seperti ini, kemungkinan berhasil hanya sekitar 10%."
"Lakukan saja. Selagi ada kemungkinan, bukankah masih ada harapan?" Sharon menundukkan kepalanya.
"Satu lagi, pihak pendonor meminta imbalan sebesar 3.439,33 franc untuk operasi ini."
"Aku akan memberikannya. Lakukan segera operasinya." Sharon menjawab dengan lantang, kemudian ia segera meninggalkan ruang tersebut.
"Dokter Brian, benar bukan? Lakukan sesuai yang di inginkannya. Tidak perlu pusingkan masalah biaya. Aku yang akan urus semuanya."
"T-tuan C-Charles? Anda Charles Austin? Astaga maafkan aku karena tidak menyadarinya."
"Ku mohon lakukan semua dengan segera, dan jangan beritahu padanya aku yang menanggung biayanya. Juga jangan bongkar identitasku padanya."
"B-baik tuan. Apa pendonor ini anda juga yang membawanya?"
"Demi melihatnya bahagia, aku rela memberikan duniaku padanya."
Charles segera bergegas keluar, dan mencari Sharon. Kemana perginya gadis itu, sungguh cepat sekali menghilangnya. Kemudian, ia memutuskan untuk menuju ruang rawat, berharap jika gadis itu berada disana.
"Ibu. Pihak rumah sakit sudah mendapatkan pendonor untukmu. Bagaimana pun juga, ibu harus sembuh, dan harus membuatkan makan untukku ketika aku pulang."
"Bagaimana masalah biayanya? Nak, jangan terlalu bekerja terlalu keras. Aku tidak ingin kau jatuh sakit."
"Aku memiliki tabungan. Aku akan menggunakannya, dan sebagian lagi aku akan cari. Ibu jangan khawatirkan itu. Demi ibu, menjual organ tubuhku pun aku rela."
"Jika kau sampai melakukan itu, aku tidak akan memaafkanmu." Mendengar itu membuat Sharon tersenyum kecil. "Apa kau tidak bersama Charles?"
"Astaga aku melupakannya. Setelah bertemu dengan dokter Brian, aku langsung berlari kesini. Ada satu hal yang ingin ku sampaikan pada ibu. Aku menyukai Charles, dan begitu pun sebaliknya." Sharon mengucapkannya dengan tersipu.
Melihat senyuman yang terukir di bibir putrinya membuatnya begitu bahagia, dan Charles yang mendengar semua itu dari luar pun ikut tersenyum kecil.
"Aku akam mencarinya dulu." Ucap Sharon yang berlari keluar, dan Charles langsung membalikkan tubuhnya agar keberadaannya tidak diketahui.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Winda Septiningsih
visualnya thor biar tambah seru
2020-04-14
9
Stefani Heriawan
lanjut
2020-02-17
4
Fang An
aaahh... manisss nyaaa
2020-02-15
8