Belum sampai di dapur. Sharon menghentikkan langkahnya tanpa bicara satu patah kata pun, dan hal tersebut kembali mengundang rasa gugup pada diri Charles.
"A-ada apa?" Charles bertanya dengan gelagapan.
"Tadi kau sungguh bertemu dengan tuan muda Austin?" Sharon menoleh, dan memandang lekat pria yang berada di sampingnya.
"T-tentu s-saja, bukankah asisten tuan muda Austin sendiri yang mengatakannya?"
"Penampilan tuan muda Austin seperti apa? Apakah dia benar orang yang baik? Apa dia benar orang yang tidak menyukai penindasan? Benarkah dia orang yang ramah? Benarkah dia sangat murah hati? Apa benar dia begitu? Dan satu lagi, apa dia tampan?"
"Gadis bodoh. Kenapa pertanyaanmu begitu banyak?" Charles menghela nafasnya, kemudian menoyor dahi gadis yang berada di sisinya.
"Cepat katakan padaku! Kau tahu? Aku bekerja disini sudah hampir satu tahun. Tapi, tidak pernah bertemu dengannya. Jadi, aku yakin jika yang orang-orang katakan mengenai tuan muda Austin hanyalah rumor, dan kau?" Nada Sharon tiba-tiba meninggi dengan menujuk ke arah Charles. "Kau yang belum ada 6 bulan bekerja disini sudah bisa bertemu dengannya."
Wajah Sharon memelas setelah mengatakan semua itu, dan Charles tertawa kecil menanggapinya.
"Kau pasti akan bertemu dengannya nanti. Atau untuk sementara, kau bisa menganggap aku sebagai tuan muda Austin."
"Hah? Mana bisa begitu?"
"Jika di perhatikan tadi, tuan muda Austin mirip denganku loh." Seru Charles dengan meletakkan jarinya tepat dibawah dagu, kemudian ia mendapati satu pukulan kecil di lengannya.
"Kau terlalu berangan-angan. Sudah ayo pergi."
"Aku pastikan jika kau akan bertemu dengan tuan muda Austin. Tapi tidak sebagai atasan, dan bawahan. Melainkan sebagai calon istrinya." Ucap Charles dalam batinnya.
Saat jam istirahat, Charles segera menuju tempat dimana ia akan bertemu dengan saudaranya. Untunglah Charlie sudah tiba disana, dan beruntungnya lagi karena dia sudah memesankan minuman untuknya.
Melihat Charles yang baru saja tiba, Charlie langsung mengeluarkan dokumen mengenai kontrak kerja sama yang sudah dibahas sebelumnya.
"Jadi, apakah ada masalah dalam dokumennya." Seru Charles yang seraya menyeruput kopinya.
"Tentu saja. Escape Group hanya ingin menjatuhkan perusahaan Austin. Ketika baru membacanya sekali, mungkin tidak akan ada masalah. Tapi, ketika kau membacanya berkali-kali, kau pasti akan menemukan keganjalan."
"Keganjalan?"
"Pada poin 6 dan 7 menurutku perhitungan mereka sungguh membuat orang terkecoh. Jika di hitung sebenarnya, keuntungan yang akan di raup CBC Group hanya akan dapat sebesar 20%, dan Escape Group mendapat 80%. Berbeda dengan dokumenmu, disana dia memberikan 35% untuk Austin Industries, dan 65% untuk Escape Group. Sudah jelas jika mereka ingin membuat kita rugi."
"Jadi begitu. Mereka ingin menghancurkan dua perusahaan Austin sekaligus ya? Sepertinya mereka ingin bermain-main denganku. Aku akan tetap menanda tangani kontraknya."
"Apa yang kau lakukan? Kau tidak berniat untuk menjatuhkan Austin Industries bukan?" Nada Charlie meninggi ketika mendengar keputusan yang di ambil oleh saudaranya tersebut.
"Hey Charlie. Apa kau tidak mengenalku? Jika mereka ingin bermain, kenapa tidak aku temani? Kau pasti faham maksudku."
"Aah ya aku mengerti. Tapi, aku tidak akan tanda tangan."
"Tidak masalah. Baiklah, aku harus kembali, dan katakan pada ayah jika aku tidak akan pulang tepat waktu lagi."
"Pergilah."
Setelah mengatakan semua itu. Charles bergegas pergi, dan Key berjalan di belakangnya. Sedangkan Charlie, meminta asistennya untuk memberitahu Escape Group, jika dia menolak permintaan untuk bekerja sama.
"Maaf tuan. Apa kali ini, anda akan kembali melakukan hal seperti sebelumnya?" Seru Key yang tengah mengemudi.
"Benar, dan aku rasa, kau tahu apa tugasmu?"
"Baik tuan."
"Oh ya, bagaimana rasanya memarahi seorang bawahan? Tidak hanya memarahi, bahkan berani mengancam akan 'memangkas' gajinya. Menyenangkan tidak?" Charles menatap tajam ke asistennya dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dadanya.
"He He He. Itu semua kan aku lakukan hanya untuk menghilangkan rasa curiga dari nona Hwang." Key sedikit terkekeh seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Melihat tingkah asistennya hanya mampu membuat Charles menggelengkan kepalanya. Setibanya ia di Austin Industries, Charles harus segera mengganti pakaiannya, dan pergi mencari Sharon.
Bagaimana pun juga, ia harus menyampaikan maafnya pada gadis itu. Kali ini, keduanya tidak bisa makan siang bersama, dan Charles sendiri pun tidak memberitahunya jika dia akan pergi keluar.
Tidak dapat menemukan gadisnya, ia langsung pergi ke suatu tempat yang sangat ia yakini keberadaan gadis itu. Setibanya disana, ia bernafas lega karena mampu menemukannya.
"Sepertinya akhir-akhir ini kekasihku memiliki banyak waktu senggang. Apa kau tidak takut jika tuan muda Austin akan memotong gajimu?" Sahut Charles yang seraya mengacak-ngacak letak rambut gadisnya.
"Dokter Brian menghubungiku, dan ia mengatakan padaku jika besok siang ibu bisa melakukan operasi." Tatapan itu tiba-tiba berubah menjadi kosong setelah mengatakannya. "Aku takut, aku takut keputusan yang aku ambil, pada akhirnya akan membahayakan ibu."
Kini air matanya menetes, dan isakkan kecilnya pun terdengar. Lagi-lagi Charles harus melihatnya menangis. Kemudian, pria itu memegang kedua bahu gadis itu, dan memaksanya untuk menatap mata Charles.
"Aku tanya padamu. Apa kau percaya dengan keputusan yang kau ambil? Apa kau percaya, jika ibumu akan pulih? Apa kau percaya, jika operasi akan berhasil? Apa kau percaya akan semua itu?"
"Aku percaya, dan aku yakin. Tapi, aku takut." Pandangannya tertunduk, dan Charles langsung mendekapnya.
"Semua akan baik-baik saja. Besok tidak perlu datang bekerja. Kita temani ibu dirumah sakit."
"Memangnya bisa begitu? Jika aku mengambil izin, gajiku pasti akan di potong, dan bagaimana aku bisa menambahkan biaya operasi ibu?"
"Aku pastikan jika kau akan mengambil gajimu utuh, aku yang akan memastikannya, dan bicara pada tuan Key untuk memberitahu tuan muda Austin mengenai hal ini. Aku yakin dia pasti mengerti."
"Terima kasih Charles."
•••
Keesokannya, Sharon sudah berada di dalam ruang rawat ibunya. Tak kuasa menahan air matanya, ia pun terpaksa menangis di hadapan ibunya. Kemudian, dengan cepat sang ibu mengusap air mata putrinya.
"Hey! Sejak kapan putriku menjadi cengeng seperti ini? Yang aku tahu, putriku ini pantang sekali mengeluarkan air mata, dan dia sangat berani, hingga terkadang sangat membuatku ibunya sendiri takut."
"Ibu kau harus segera pulih."
"Jika aku pergi, bukankah kau masih memiliki Charles? Dia pria yang baik, melihat dari sorotan matanya, dan bahasa tubuhnya, aku yakin jika dia mencintaimu dengan tulus. Aku percaya jika dia bisa menjagamu dengan baik, lebih baik dariku."
"Apa yang ibu katakan? Ibu tidak akan pergi kemana-mana. Ibu hanya menjalankan operasi, setelah itu ibu akan segera pulih.
Nyonya Hwang tersenyum kecil menanggapi ocehan putrinya yang berderai air mata. Kemudian, perawat pun datang untuk membawa nyonya Hwang menuju ruang operasi.
Ketika nyonya Hwang sudah masuk ke dalam ruang operasi, Sharon menunggu di luar dengan gusar, dan sampai saat itu Charles masih belum juga tiba di rumah sakit.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Husnai Hatin
vusualnya thor, charle and charles
2020-09-18
3
Marlina Pangala
gbu
2020-08-11
3
Stefani Heriawan
semangat
2020-02-17
5