My Boyfriend, My Ce'o Bagian 03
Sharon yang tengah sibuk bekerja di tempat lain, berbeda dengan Charles. Pria itu tampak tengah menikmati makan malamnya bersama dengan ayah serta saudara laki-lakinya.
Sudah hampir 1 tahun ia tidak makan malam bersama mereka. Bagaimana tidak? Dia harus menyelesaikan urusan bisnisnya yang terjadi di Jepang. Setelah stabil, baru lah ia bisa kembali.
"Maaf. Sepertinya aku tidak memesan puding ini?" Ungkap Charles pada pelayan yang tiba-tiba menaruh sebuah puding di hadapannya.
"Benar sekali. Aku juga tidak memesan ice cream ini." Charlie menambahkan.
"Karena kalian begitu tampan, aku memberi dessert ini secara cuma-cuma." Terlihat jelas wajah pelayan itu memerah seketika.
"Maaf, tapi aku tidak bisa menerimanya." Ketika mendengar penuturan yang dilontarkan Charles, pelayan tersebut merasa sedikit kecewa.
"Kami terima, dan mereka akan menghabiskannya tanpa tersisa sedikit pun. Terima kasih, nona." Sahut tuan Austin dengan sebuah senyuman, hingga membuat pelayan itu kembali bersemangat.
"Ayah, aku rasa Charles baru saja ditinggalkan oleh wanitanya. Lihat wajahnya itu! Seperti orang yang tengah patah hati bukan?" Bisik Charlie, namun suara itumasih dapat di tangkap jelas oleh telinga Charles. Sehingga sebuah pukulan sendok pun mendarat di atas kepalanya.
Tuan Austin sangat bahagia memiliki dua putra yang sangat akrab satu sama lain. Meski keduanya tumbuh tanpa seorang ibu, tuan Austin merasa berhasil karena telah mendidik kedua anaknya dengan baik.
Sejak keduanya kecil, keduanya sudah di ajarkan untuk tidak menjadi orang yang sombong. Bagaimana pun kondisi orang di sekeliling mereka, mereka harus mampu berlaku sopan, dan itu juga berlaku kepada orang-orang yang mengganggap mereka musuh sekali pun.
Setelah makan malam berakhir, Charles memutuskan untuk pulang terpisah dari ayah, dan saudaranya. Dirinya masih ingin menikmati hirup udara kota kelahirannya setelah di tinggalkan selama satu tahun.
Tengah asyik berjalan di pinggiran taman Zürichhorn. Sorot matanya melihat seseorang yang tak asing, seseorang yang ia temui siang tadi ketika berada di kantor.
Tanpa di sadari olehnya, ujung bibirnya tertarik menyimpulkan sebuah senyuman, dan langkah kakinya membawa dirinya menuju tempat tersebut.
"Selamat datang." Penjaga toko menyambut pelanggan yang baru saja memasuki tempatnya. "Kau? Charles?"
"Tidak ku sangka akan bertemu denganmu lagi, Sharon." Balasnya dengan ekspresi wajah yang sangat tenang. "... mungkin kita berjodoh." Sambungnya lagi, dan membuat Sharon terkekeh mendengar ucapan dari pria itu.
"Kau datang untuk membeli sesuatu?"
"Aku datang untuk memastikan, apa yang ku lihat di luar sana benar dirimu atau bukan."
"Setelah memastikannya, apa yang ingin kau lakukan?" Kini Sharon sibuk merapihkan letak uang yang berada di dalam laci-laci tersebut.
"Aku ingin pergi keluar bersamamu. Jam berapa pekerjaanmu selesai?"
"Jam 10. Tapi, sepulang dari sini aku harus menuju rumah sakit."
"Jika begitu aku akan menunggumu disini, dan mengantarmu."
"Lakukan sesuka hatimu."
Ponsel Sharon sudah berdering hingga puluhan kali, dan hal itu membuatnya sangat kesal. Pria itu masih saja menghubunginya, dan memaksa untuk bertemu.
Jika pria tersebut terus menerus melakukan semua ini, dirinya tidak akan mampu untuk melupakannya sepenuhnya, dan dirinya akan selalu teringat oleh semua hinaan-hinaan yang ia terima satu tahun silam.
***
Di malam yang dingin, seorang gadis tengah duduk di salah satu cafe, lebih tepatnya di bangku yang berada di luar cafe. Meski sudah menggunakan jaket yang tebal, udara dingin tetap saja terasa menusuk ke dalam kulit putihnya.
25 menit kemudian, seseorang yang ditunggunya telah tiba, dan orang tersebut langsung berlari menghampirinya dengan wajah bersalahnya.
"Maafkan aku karena sudah membuatmu menunggu. Beberapa akses jalanan di tutup karena salju. Jadi, aku harus putar cari jalan."
"Yang terpenting kau sudah datang sekarang. Di hari yang dingin seperti ini, sebenarnya kau ingin mengajakku pergi kemana?" Gadis itu terlihat menggigil, kemudian pria di hadapannya langsung melilitkan sebuah syal pada leher sang gadis.
"Kau pasti sudah menunggu sangat lama bukan?" Kini pria itu membawa gadis tersebut ke dalam pelukannya. "Aku ingin mengajakmu menemui ibuku. Mengenalkan calon istriku padanya." Pria itu menambahkan, dan membuat gadis di dalam pelukannya merasa tersipu.
Keduanya pun berangkat, tak lupa pria tersebut menyalakan penghangat di dalam mobilnya dengan harapan dapat membuat tubuh gadisnya merasa hangat.
Setibanya di kediamannya. Gadis itu tampak gugup, dan menahan dirinya untuk tidak keluar dari dalam mobil. Melihat reaksinya itu membuat pria ini tersenyum, dan mencoba menenangkannya.
"Tidak perlu takut. Aku bersamamu." Pria itu tersenyum dengan lembut, hingga membuat rasa takut yang kokoh itu hancur seketika.
Saat berada di dalam. Gadis ini di minta untuk duduk selagi sang pria memanggil ibunya. Ketika mereka keluar, gadis tersebut langsung berdiri seraya memberi salam.
"Bibi, apa kabar? Aku Sharon Hwang."
"Berapa jumlah yang kau inginkan? Katakan saja, dan aku akan memberikannya saat ini juga dengan tunai."
"Mom." Pria itu sedikit menyentak dengan suara tegasnya.
"Maaf, maksud bibi bagaimana?"
"Tidak perlu berpura-pura polos. Kau mungkin bisa menipu putraku dengan wajah lugumu itu, tapi tidak denganku. Kau mendekati putraku hanya untuk uang bukan? Jadi, katakan saja berapa yang kau inginkan?"
Kalimat itu sungguh membuat Sharon terkejut, bukan hanya Sharon, bahkan pria di hadapannya pun sama terkejutnya. Kemudian, pria itu berjalan menghampirinya.
"Dengar baik-baik nona Hwang. Keluarga Edbert adalah keluarga yang sangat terpandang, memiliki kekuasan yang besar, dan tidak semudah itu bisa menerima gadis rendahan seperti dirimu. Keluarga kita bagaikan langit, dan bumi. Lagi pula, anakku Kent Edbert akan bertunangan dengan gadis dari keluarga yang sama terpandangnya."
"Mom, bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali? Aku tidak ingin di jodohkan dengannya, aku tidak mencintainya."
"Mengerti apa kau soal cinta? Sampai kapan pun aku tidak akan menyetujui hubungan kalian. Apa kata orang nanti jika kita menerima gadis miskin masuk dalam keluarga Edbert, sungguh memalukan."
Tanpa di sadari, sebuah cairan bening keluar membasahi wajahnya. Tubuhnya bergetar mendengar semua perkataan itu. Kepalanya merasa sakit ketika perang mulut antara ibu, dan anak.
"Keputusanku sudah bulat. Jika kau tidak ingin membuat keluarga kita malu, maka kau harus bertunangan dengan Grace Olsen. Dan nona yang disana, bukankah kau sudah mendengarnya dengan jelas? Lalu untuk apa lagi kau masih berdiri disana?"
"Maafkan aku, permisi." Sahut Sharon tanpa berkata apa-apa lagi.
"Bibi Zhang, cepat bersihkan bekas tapak kaki gadis itu, dan kalian bawa Kent ke kamarnya."
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Lineke Walangitan
sombonggggg
2023-02-18
0
Dirah Guak Kui
mau kaya/miskin toh yo mknnya juga nasi, jlnnya juga dgn kaki, rida itu berputar jgn sampai karma dgn sikapnya
2021-10-12
1
Tatik Nurmayanti
woooww
2020-12-07
3