Esok hari pemakaman akan dilakukan, Seira yang masih belum menerima kepergian ibunya pun memilih untuk berdiri di depan ruangan dimana ibunya sempat di rawat. Kemudian, ia duduk di salah satu bangku, dan menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Isakkannya terdengar begitu jelas, dan melihat kondisi Sharon seperti itu, membuat perasaan Kent bagaikan tertusuk bermacam-macam duri. Langkah kakinya berjalan pelahan mendekatinya, dan duduk di sisinya. Tangannya merangkul tubuh gadis itu dengan penuh keraguan, dan membawanya ke dalam dekapannya. Akhirnya, tangisan Sharon semakin pecah dalam dekapan pria itu, dan Alice merasa lega ketika melihatnya.
Hingga hari pun berlalu, dan pemakaman sedang berlangsung. Meski masih tak mendapat balasan, Sharon kembali mengiriminya pesan, dan selang beberapa menit ia juga menghubunginya, namun kali ini, ponselnya tidak dapat dihubungi. Sharon pasrah akan semua itu, dan kembali melanjutkan pemakaman ibunya.
Sedangkan Charles, pria itu baru saja membuka matanya. Ia begitu terkejut, dan pandangannya meluas ke daerah sekelilingnya. Charlie yang kebetulan berada di sana pun merasa bersyukur sekali, ketika Charles hendak bangun, dengan cepat Charlie menahan tubuh saudaranya, dan memintanya untuk tetap beristirahat.
“Dimana ponselku?” Charles menyahut, dan Charlie mengambilnya di dalam laci, kemudian memberikannya. Melihat ponselnya yang mati, ia meminta tolong saudaranya untuk mengisi daya ponselnya.
Bill Austin yang baru saja masuk ke dalam kamar putranya pun merasa senang. Charles tersenyum simpul menanggapi kebahagiaan ayahnya, kemudian tanpa berfikir panjang lagi, Bill Austin langsung menghubungi dokter Marvin untuk segera datang.
35 menit kemudian, dokter Marvin telah tiba di kediaman Austin, ia juga membawa hasil sample darah milik Charles yang sempat di ambil sebelumnya. Sebelum memberitahu rincian hasil tes, dokter Marvin
memilih untuk mengecek kondisi pasiennya lebih dulu.
“Dalam hasil tes kali ini, Charles hanya mengalami radang pencernaan.” Tanpa permisi Charlie langsung membuka dokumen itu, dan membaca isinya.
“Charlie, dimana letak sopan santunmu itu?” Tuan Austin menatap putra keduanya dengan tatapan tajamnya, dan dengan cepat Charlie menyimpan kembali dokumen yang berada di genggamannya. “Aku mohon maafkan kelakukan Charlie dokter Marvin.” Sambung Tuan Austin.
“Tidak apa-apa. Justru aku lah yang seharusnya meminta maaf karena salah mendiagnosanya. Kondisinya sudah baik-baik saja, tapi lakukan pemeriksaan rutin 6 bulan sekali. Karena aku hanya takut jika ini merupakan gejala awalnya.”
“Baiklah, aku mengerti.”
Setelah itu, dokter Marvin pun segera meninggalkan rumah besar tersebut dengan di antar oleh Bill Austin selaku ayah dari putra kembarnya. Kemudian, Charles mencoba meraih ponselnya, alangkah terkejutnya
ketika ia melihat tanggalan pada ponselnya.
“Jadi, aku tidak sadarkan diri selama 3 hari?” Ucapnya seraya menatap layar ponselnya, dan Charlie secara bergantian. Menanggapi hal itu, Charlie hanya menggangguk pelan seraya menyunggingkan senyumnya.
Ponselnya berdering beruntun, menandakan sebuah pesan yang masuk. Terdapat 156 kali panggilan tidak terjawab, dan 34 pesan masuk. Semua itu berasal dari Sharon. Ia membuka pesan teratasnya, dan matanya terbelalak ketika membacanya. Kemudian, ia pun segera beranjak dari ranjangnya.
Dengan cepat ia memasuki toiletnya untuk berganti pakaian. Ia menggunakan sweater, dan menyambar kunci mobilnya. Charlie yang melihat sikap suadaranya itu pun langsung merebut kunci mobil yang berada dalam genggamannya, dan meminta Charles untuk kembali ke kamarnya.
Keduanya beradu mulut, hingga tuan Austin pun menghampiri mereka, dan meminta keduanya untuk tenang. Fikiran Charles pun semakin kacau, tanpa fikir panjang, ia pun segera berlari keluar, dan tuan Austin pun mengejarnya. Setidaknya beritahu apa alasannya, dan kemana ia akan pergi.
“Aku ingin menemuinya ayah.”
“Kau sedang sakit, kenapa tidak kau suruh saja dia datang?” Charlie menyambar.
“Kau tidak tahu apa-apa mengenai hubunganku. Sebaiknya kau diam.” Balas Charles dengan nada ketusnya. “Ibunya meninggal ayah, aku harus pergi.” Setelah mengatakan itu, Charles menghentikan taksi, dan meminta supir itu mengantarnya menuju salah satu tempat pemakaman.
“Charles, ibuku akan di makamkan di pemakaman xxx. Jika kau ingin mengakhiri hubungan ini, setidaknya datanglah untuk terakhir kalinya. Bukan untukku, tapi untuk ibuku.” Begitulah isi pesan yang dikirimkan oleh Sharon terakhir kali.
Setibanya Charles di sana. Terlihat jelas jika pemakaman telah selesai dilakukan, ia juga mampu melihat gadisnya yang tengah menangis di sana. Ingin sekali rasanya ia memeluknya saat itu juga, dengan cepat ia melangkahkan kakinya, namun ia melihat seseorang merangkul, bahkan memeluknya, dan dia seorang pria.
Langkahnya terhenti ketika melihat kejadian itu, mata Charles masih mencari tahu soal pria yang sudah memeluk kekasihnya. Ketika mereka membalikkan tubuhnya, ia dapat mengenal baik siapa pria yang berada di sisi Sharon saat itu, dan hal itu membuat Charles terdiam.
“Kent Edbert? Kenapa mereka bisa saling mengenal? Apa Kent juga melakukan penyamaran sepertiku untuk mendekatinya?” Gerutu Charles.
Pemakaman telah selesai di laksanakan, dan Kent langsung mengantar Sharon beserta Alice ke rumahnya masing-masing. Namun, Alice meminta Kent untuk pergi ke rumah Sharon saja, karena dirinya akan menemani sahabatnya sebelum ia berangkat bekerja.
Ketika tiba di rumah Sharon, Alice berjalan seraya menuntun langkah kaki Sharon. Setelah berada di dalam, Alice membuatkan minum untuk mereka semua. Setelah siap, Alice menyerahkannya lebih dulu pada sahabatnya, dan memintanya untuk segera meminumnya. Kemudian, ia bergantian memberikan segelas minuman untuk Kent.
“Sharon. Aku..”
“… Sebaiknya kau kembali saja, Kent. Terima kasih karena sudah berada di sampingku di saat aku membutuhkan seseorang. Untuk saat ini ada Alice yang bersamaku, sebelum ibumu mengirim orang untuk datang kesini, maka pergilah sekarang.” Pungkas Sharon yang tak memandang pria di hadapannya.
“Aku tidak peduli dengan hal itu, aku datang untuk membawamu kembali.”
“Maksudmu membawaku kembali merasakan penghinaan itu? Pergilah Kent, aku juga tidak ingin merusak hubungan antara ibu, dan anak.”
“Aku..”
“Kent, untuk saat ini kembalilah dulu. Perasaan Sharon masih terguncang, sebaiknya kau kembali lagi ketika dia sudah merasa tenang.”
“Jawabanku hari ini, dan ke depannya akan tetap sama. Ada baiknya kita jika tidak bertemu lagi.” Sahut Sharon yang langsung meninggalkan mereka ke dalam kamar."
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Adisucipto Yusuf
lanjut
2021-05-24
1
Suria Khanza
mewek😭😭😭😭😭
2020-02-29
4
Elia Wati
bingung
2020-01-08
7