My Boyfriend, My Ce'o Bagian 04
Pandangan Charles tak henti-hentinya memandangi gadis yang tengah berdiri menangani para pembeli. Melihat beberapa pria yang mengantri, dan sedikit menggodanya membuatnya begitu kesal. Meski begitu, gadis itu tetap tersenyum ramah pada mereka, dan tetap melayaninya dengan baik. Setiap kali melihat senyuman gadis itu, membuat perasaannya begitu tenang.
Hanya tersisa 15 menit lagi toko akan di tutup, dan Sharon pun bersiap untuk menutup tokonya. Melihat sudah tak ada tanda-tanda akan kedatangan pelanggan, dengan segera ia menutup tokonya, dan tentunya dengan bantuan Charles. Ketika sudah siap untuk pulang, mereka pun keluar berjalan bersama, dan seperti rencana awal, Charles akan mengantarnya menuju rumah sakit.
"Saat pagi hingga sore kau bekerja menjadi office girl, dan ketika malam kau harus menjadi kasir di minimarket itu. Apa kau tidak merasa butuh istirahat? Apa kau tidak lelah melakukan semua itu dalam waktu yang sama?" Charles menyeru seraya menunggu lampu lalu lintas berwarna merah.
"Tentu saja melelahkan. Namun, keadaan kali ini tidak mendukungku untuk beristirahat." Balas Sharon dengan nada yang tenang, dan juga lembut.
"Apa yang terjadi? Dan siapa yang dirumah sakit?"
"Ibuku. Jika aku tidak bekerja keras, bagaimana aku bisa melunasi biaya perawatannya? Hanya beliau yang ku miliki satu-satunya di dunia ini, dan aku akan melakukan apa pun agar ibuku sembuh."
"Gadis ini sungguh memiliki hati yang lembut, dan penuh kasih sayang. Jarang sekali melihat gadis seperti dirinya di jaman sekarang ini? Dia beruntung karena ibunya masih berada di dunia ini meski tengah sakit, dan dia masih bisa merasakan kasih sayangnya. Berbeda sekali denganku, dan juga Charlie."
"Baiklah sudah tiba. Sebaiknya kau segera pulang, dan kita akan bertemu lagi besok." Ucap Sharon dengan senyuman manisnya, dan hal itu membuat Charles sungguh terpesona.
Setelah memastikan gadis itu masuk ke dalam, Charles pun segera pergi dari tempat tersebut, dan memutuskan untuk kembali ke rumah. Setibanya di rumah, tuan Austin menatapi putranya dengan sangat intens, hingga membuat Charles bingung, namun tatapan ayahnya semakin tajam, dan dalam.
Melihat reaksi putranya yang terlihat bingung, membuat Bill Austin selaku ayahnya Charles tersenyum curiga. Tingkah ayahnya sungguh aneh, dan entah apa yang terjadi hingga membuatnya tersenyum seperti itu, tidak ingin mengambil pusing, Charles pun pamit untuk masuk ke dalam kamarnya, dan berjalan melewati sang ayah,
"Astaga, sepertinya anakku terlihat sedang berbunga-bunga." Gerutu tuan Austin seraya melirik punggung putranya yang semakin menjauh dari hadapannya.
***
Saat pagi-pagi buta, Charles menyiapkan dirinya dengan sangat rapih. Meski dirinya merupakan pimpinan perusahaan, demi menghindar dari keramaian para karyawannya, ia selalu memutuskan untuk berangkat lebih pagi dengan harapan tak terlalu banyak orang yang datang. Bill Austin yang tengah menikmati secangkir kopi pun meminta putranya untuk sarapan lebih dulu sebelum pergi, dan Charles hanya mengambil selembar roti gandum beserta menenggak sedikit susu, kemudian ia pun pergi.
Ketika tengah berjalan di lobby kantornya, siapa sangka ia akan berpapasan dengan Sharon? Sharon pun tertawa ketika melihat tampilan pria yang berada di hadapannya kali ini. Mendengar tawa dari gadis di hadapannya, tentu saja membuat pandangan Charles meluas ke segala sisi, ia takut ada yang menyadari kehadirannya.
Merasa terancam, Charles menarik lengan Sharon ke arah dapur kantor, dan disana tawa gadis itu semakin menjadi. Setelah sadar mendapat tatapan yang sangat tajam, gadis itu pun langsung membungkam bibirnya, meski terlihat jelas jika ia tengah menahan tawanya.
"Apa yang ingin kau lakukan dengan pakaian seperti itu? Apa dengan berpakaian seperti ini, orang-orang akan menganggapmu sebagai orang besar?" Ungkapnya yang masih menahan tawa. "Sudah cepat ganti pakaianmu! Di loker masih tersisa pakaian untukmu."
"Ternyata gadis ini memang tidak mengenalku. Gadis polos yang menarik."
"Kenapa diam? Cepat ganti pakaianmu, dan bekerja lah."
"Tunggu. Apa penampilanku ini sangat aneh hingga membuatmu tertawa? Apa salahnya jika aku bermimpi menjadi orang besar? Bukankah itu sangat menyenangkan? Dengan menjadi orang besar, pasti banyak hal yang bisa kita lakukan, koneksi kita bisa meluas, dan bisa mendapatkan apa pun yang kita mau. Banyak orang yang ingin menjadi seperti itu, kau juga pasti menginginkannya bukan?"
"Aku tidak termasuk dalam salah satu dari mereka. Kau benar, menjadi orang seperti itu memang menyenangkan, tapi kekayaan itu sungguh menyeramkan bagiku. Kekayaan dapat membuat banyak orang menjadi buta akan segala hal, dan mereka bisa melakukan apa yang mereka inginkan dengan mudah, bahkan demi keuntungannya sendiri, mereka rela mengorbankan orang-orang yang mereka kasihi. Bukankah itu menyeramkan?"
"Apa kau membenci orang-orang seperti mereka? Aku rasa tidak semua orang yang berkuasa seperti yang kau fikirkan."
"Mungkin saja. Tapi, orang-orang seperti itu lah yang berada di sekelilingku, dan aku tidak membenci mereka, itu hak mereka. Aku hanya tidak ingin berurusan dengan orang-orang seperti itu saja." Sharon tampak menghela nafasnya dengan kasar, kemudian ia kembali memberikan senyuman terbaiknya. "Sepertinya kita sudah banyak bicara, masih ada waktu untukmu mengganti pakaianmu."
"Dia sungguh tak mengenali identitasku. Jika dia mengetahuinya, apa kami bisa bicara senyaman ini? Aku rasa tidak. Jangankan untuk bicara, untuk bertemu saja pasti akan sulit. Baiklah, demi mengenalmu lebih jauh lagi, aku akan melanjutkan penyamaran ini."
Selagi menunggu Charles yang berganti pakaian, Sharon menyiapkan beberapa minuman untuk para karyawan. Merasa lelah, gadis itu pun membuat segelas kopi untuknya, ketika hendak menenggaknya, Charles datang mengambil gelas tersebut dari genggamannya, dan membuatnya terkejut.
Sharon menatap pria di hadapannya dengan sorotan yang seolah meminta penjelasan dari sikapnya itu. Charles terkekeh menanggapinya, setelah menyimpan gelas itu, ia kembali mendapat tatapan yang lebih mengerikan dari sebelumnya.
"Menenggak kopi di pagi hari, apa kau sudah makan sebelumnya?" Jelas Charles seraya bertolak pinggang, dan Sharon hanya menggelengkan kepalanya. "Dan kau berani untuk menikmatinya? Kau tidak boleh mengonsumsi kopi dalam keadaan perut kosong, apa kau ingin mengalami masalah pencernaan." Kekesalannya itu hanya di tanggapi dengan sebuah tawa kecil dari bibir Sharon. "Apa yang kau tertawakan?"
"Kau tahu? Ucapanmu mirip dengan mendiang ayahku dulu."
"Jadi maksudmu aku sudah tua?" Mendengar itu kembali membuat Sharon tertawa puas.
"Astaga .. " Kejut seseorang yang baru saja memasuki dapur.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Dirah Guak Kui
semoga Sharon tdk kembali mendapatkan hinaan yg menyakitkan, semoga kali ini tdk dikecewakan oleh lelaki kalangan atas yg berbeda status
2021-10-12
1
Nur Aini Tarigan
pak bos
2020-08-04
3
fatonah
sukaaa
2020-03-15
4