Mendengar suara tersebut lekas membuat Sharon membalikkan tubuhnya, dan betapa terkejutnya ketika melihat kepala bagian pelayanan datang secara tiba-tiba. Kepala bagian tersebut hampir saja memarahi Sharon karena terlalu banyak bicara dengan pria yang ada di sampingnya.
Sebelum kepala bagian mengatakan yang sebenarnya, dengan cepat Charles meletakkan jari telunjuknya di atas bibirnya, meminta kepala bagian itu untuk tidak membocorkan identitasnya kepada gadis yang ada di hadapannya saat ini. Bukan hanya itu, ia juga memberikan isyarat padanya untuk segera pergi.
“Sharon, siapa dia?” Charles membuka suaranya.
“Ah iya kau belum mengenalnya, dia kepala bagian pelayanan. Nona Larissa Esther.
“Maafkan aku, aku pegawai baru disini, namaku Charles.”
“S-semoga a-anda betah bekerja sama dengan kami.” Larissa sungguh tidak kuasa menahan kegugupanya, karena bagaimana pun juga, pria di hadapannya kini adalan direktur di perusahannya. “Jika sudah selesai dengan pekerjaanmu disini, bawa teman barumu untuk berkeliling mengenal perusahaan ini.”
Charles menunjukkan senyumannya kepada Larissa, seolah berkata ‘sandiwara yang baik’. Setelah mengatakan semua itu, Larissa segera pergi dari sana, dan memegangi jantungnya yang berdegup cepat karena melihat Charles, serta mampu menjabat tangannya.
Pesona Charles sangat mampu membuat para gadis luluh terpesona. Banyak yang ingin mendekatinya, namun tak banyak yang dapat menarik perhatian darinya. Meski tak tertarik, dirinya tetep berlaku sopan pada mereka semua, dan ketika ada yang membuatnya tertarik, mereka hanya mau memanfaatkan harta yang dimilikinya.
Ketika bertemu dengan Sharon, dirinya mulai tertarik, dan berfikir jika gadis tersebut tidak sama halnya dengan gadis lain di luar sana. Gadis ini sungguh terlihat mandiri, dan mampu berdiri tegak demi orang-orang yang ia sayangi.
Selagi membawa baki berisikan air, Sharon berjalan di sepanjang koridor seraya mengantar gelas-gelas tersebut di masing-masing meja. Sedangkan Charles berjalan mengikutinya, dan menyimpan gelas-gelas itu di setiap meja karyawan/i.
Seusai mereka mengantar minuman itu, Sharon langsung mengambil alat pel beserta alat kebersihan lainnya, kemudian dengan cepat Charles merebutnya, dan tersenyum kecil ke arahnya. Sharon hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Charles.
***
Edbert Group. Perusahaan yang terlihat begitu tegang sekali. Entah apa yang terjadi disana, namun para pegawai sangat terkejut mendengar marahnya sang direktur yang bahkan mereka sendiri tak pernah melihat reaksi kemarahan dari atasannya itu.
“Bagaimana bisa ini terjadi? Aku hanya meninggalkan kantor selama satu minggu, dan nilai saham menjadi turun? Apa yang sebenarnya kalian kerjakan?” Ungkapnya dengan nada bicara yang sangat tinggi, hingga membuat dua sekretaris di hadapannya begitu terkejut.
“Maaf tuan, aku menemukan ini di dalam laporan terbaru.” Sambar asisten perusahaan tersebut seraya menyerahkan dokumen.
“Kalian berdua keluar sekarang.” Pintanya kepada kedua sekretarisnya.
“Siapa yang berani melakukan semua ini? Siapa yang berani menggelapkan dana di perusahaan ini? Louis, aku serahkan semua ini kepadamu, cari tahu semuanya, dan beri laporan padaku secepatnya.” Jelasnya lagi seraya mengendurkan simpulan dasinya. “Mengenai hal yang sebelumnya bagaimana?”
“Maafkan aku tuan, aku masih belum bisa menemukannya. Aku rasa dia sudah meninggalkan kota ini, namun anda jangan khawatir, aku sudah menyuruh orang menyebar di negara ini. Jika tidak ada lagi, aku permisi keluar.”
Pria tersebut tampak gelisah, raut wajahnya terlihat jelas jika ia tengah memiliki banyak beban di kepalanya. Kemudian, pria ini mengambil ponselnya, dan membuka beberapa folder khusus di dalam galerinya, ia menatap foto seorang gadis yang sangat ia rindukan.
Rasa rindunya itu terkadang membuatnya sangat gila, dirinya hanya berharap bisa mendengar suaranya saja, meski hanya sebentar tak akan jadi masalah. Namun, bagaimana semua itu bisa terjadi, gadis yang di rindukannya tersebut sudah tak bisa di hubungi sejak kemarin.
“Aku
merindukanmu, Sharon.” Ucapnya parau.
“Tuan Edbert, nona Grace Olsen akan kembali dari California besok lusa, dan nyonya besar ingin anda menjemputnya di bandara.”
“Baiklah.”
Berbeda dengan Kent, Charles tengah berbahagia karena bisa berbagi canda tawanya bersama dengan gadis di sisinya. Berada di dekatnya sangat membuat dirinya merasa sangat tenang, dan tentram. Berada dekatnya seolah ia memiliki kasih sayang dari seorang wanita. Kelembutannya membuat dirinya luluh.
Sepulang dari Austin Group. Sharon langsung bergegas menuju salah satu café untuk menjadi pelayan. Charles yang mengantar gadis itu pun begitu terkejut ketika ada pekerjaan baru lagi yang ia kerjakan. Melihat semua itu hanya membuat Charles berfikir panjang.
Sebenarnya berapa banyak pekerjaan yang dia lakukan?
Itulah yang ada di fikirannya saat ini, karena sudah hampir terlambat, Sharon segera masuk untuk berganti pakaian. Melihat selembar kertas yang terpajang di jendela café itu, membuat Charles tersenyum, dan menyusul masuk untuk menemui manager disana.
Setelah mendapat izin masuk ke dalam ruangannya. Manager tersebut bahkan terkejut ketika melihat kedatangan Charles yang sangat tiba-tiba. Kedatangannya membuatnya bingung, kenapa pria sepertinya bisa datang ke cafe tersebut.
Charles memang bukanlah pria biasa, banyak sekali orang yang ingin bertemu dengannya. Namanya sudah di kenal oleh satu negara tersebut. Ketika mendengar kedatangannya untuk melamar pekerjaan, manager itu hanya bisa menatapnya penuh dengan kebingungan.
"Maafkan aku tuan. Anda memiliki perusahaan yang begitu besar, kenapa anda ingin melamar pekerjaan disini? Pekerjaan di sini sangat kasar untuk anda, jika tuan Bill tahu soal ini, aku takut beliau akan ..."
"... ayahku tidak sejahat itu tuan Leon. Kau tenang saja, tidak akan terjadi apa-apa selama kau menyembunyikan identitasku." Ucapnya dengan sebuah senyuman.
Menyadari ada seseorang yang telah menyentuh bahunya, Sharon segera menoleh ke belakang, dan ia terkejut melihat Charles menggunakan pakaian pelayan yang sama dengannya. "Bagaimana penampilanku?" Serunya seraya merentangkan tangannya.
Banyak mata memandangi mereka, dan banyak wanita yang terpesona melihat Charles disana. Dengan cepat Sharon menurunkan rentangan tangan pria itu, dan menyeretnya masuk ke dalam, serta meminta penjelasan padanya.
"Kau? Sejak kapan kau di terima di sini?"
"Hari ini. Dan mulai hari ini, aku akan mengikuti kemana pun kau pergi."
"Kau ingin menjadi penguntit?"
"Aku ini bukan penguntit, aku ini penggemarmu." Ucapnya dengan bangga, dan membuat Sharon menepuk dahinya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Ilham Akbar Akbar
semangat buat babang Charles
2021-10-20
1
Dirah Guak Kui
mungkin juga karna sharon dgn kasih sayangnya sebagai pengganti kasih sayang dari seorang ibu yg tdk pernah ia rasakan selama ini
2021-10-12
1
Marlina Pangala
huhuyyyy
2020-08-11
3