Aldi duduk diam sambil minum sendirian. Wajah tampannya terlihat ada memar karena Fani memukulnya tadi siang.
Aldi menempelkan gelas minumannya yang terasa dingin ke luka memarnya. Ia memejamkan mata membayangkan wajah Claries. Gadis itu sudah seperti candu untuknya. Ia sendiri tidak menyangka bisa senekat tadi dengan melamar Claries pada kakaknya. Pantas jika Fani memukulnya, masih untung Fani tidak membunuhnya karena kekurang ajarannya. Aldi sadar diri, ia adalah pria beristri dan sekarang ia melamar seorang gadis, cantik, dari kalangan atas, berprofesi seorang dokter bedah, masa depan cerah dan ia akan menjadikan gadis itu istri keduanya.
Aldi tertawa dengan keberaniannya yang diluar nalar. Adrian yang sedari tadi duduk tidak jauh dari Aldi merasa prihatin kepada bosnya. Ia tidak pernah melihat Aldi seperti sekarang.
Adrian tahu pernikahan Aldi dengan Liza bukan karena cinta. Dan Adrian juga tahu siapa cinta monyet Aldi yang membuatnya jadi seperti ini.
"Maaf pak sudah larut malam" Adrian mengingatkan Aldi.
"Baiklah, ayo kita pulang"
Adrian memapah Aldi menuju mobil.
"Adrian jangan bilang apa-apa pada Claries. Aku tidak ingin dia tahu masalah pemukulan ini. Aku yakin Fani akan tutup mulut dan tidak bercerita pada adiknya"
"Baik pak"
Adrian menatap bosnya dari kaca spion memastikan bosnya itu masih dalam keadaan waras dan baik-baik saja.
Aldi terlihat memandangi jalanan yang mulai sepi. Pikirannya melayang kembali ke masa kecil, masa dimana ia bertemu Claries dulu dan diam-diam menyukainya.
Mobil sampai di halaman rumah mewah Aldi. Claries membukakan pintu dan mendapati Aldi terlihat tidak seperti biasanya.
"Ada apa?" tanya Claries.
"Adrian bawa aku ke kamar"
"Baik pak, permisi dokter"
Adrian memapah Aldi menaiki anak tangga menuju kamarnya. Tak berapa lama Adrian turun dan akan pulang. Claries menghadangnya di ruang tamu.
"Apa pak Aldi mabuk lagi? kenapa wajahnya memar?"
"Maaf dokter saya tidak bisa menjelaskan, sebaiknya besok anda tanya sendiri pada pak Aldi"
"Oh okay..."
Adrian ini sangat setia terhadap Aldi. Ia tidak akan sembarangan buka mulut mengenai tuannya.
Claris berjalan menaiki anak tangga, ia berdiri di depan pintu kamar Aldi. Claries mengetuk pintu itu tapi tidak ada jawaban.
"Aku hanya memastikan apa kau baik-baik saja?"
"Pergilah" suara Aldi terdengar dari balik pintu yang tertutup rapat itu.
"Tapi wajahmu terluka, segera bersihkan lukamu dan beristirahat lah. Besok ada pemeriksaan Liza. Dokter Frederick akan kemari"
"Hmmmm.."
Aldi melepas kemejanya dan berjalan menuju kamar mandi. Ia mengguyur tubuhnya dengan air hangat dari shower.
***
Fani pulang ke rumahnya dan terlihat lelah. Tasya memberinya informasi mengenai gadis bernama Liona itu.
Fani tahu gadis itu tidak berbohong. Semua yang ia katakan pada Fani memang benar.
Fani mengirim pesan singkat pada sekretarisnya.
To : Tasya
Baiklah Tasya, suruh dia datang besok pagi ke rumah saya. Saya terima dia jadi supir saya dan uji coba selama satu bulan. -Send-
Fani meletakkan ponselnya di atas meja dan duduk di lantai kamarnya bersandar kusen jendela yang masih terbuka.
Fani mengingat ucapan Aldi tadi siang. Fani geram sekali kalau ia tidak sedang berada di perusahaan orang pasti Aldi sudah ia hajar sampai babak belur. Terlebih lagi perusahaan mereka sedang ada tender besar. Dan Zaman Group memiliki wewenang penuh karena mendanai tender tersebut.
Kalau ia tidak terikat kontrak pasti kerja sama dengan perusahaan Aldi sudah ia batalkan.
Sial! dia sepertinya sudah merencanakan ini. Aku terjebak sekarang!
Fani membersihkan diri dan pergi tidur. Pertemuannya dengan Aldi menguras tenaga dan pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments