Claries terlihat cantik dengan gaun bunga-bunga pendek selutut. Ia membiarkan rambut ikalnya tergerai bebas. Claries tidak ikut makan malam dengan keluarga Aldi. Ia akan pergi bertemu dengan Kevin.
Aldi menatap Claries yang melangkah pergi. "Mau kemana dia?"
"Dokter Claries akan bertemu dengan rekannya pak" jawab Adrian yang ikut makan malam rutin dengan keluarga Aldi. "Siapa rekannya?" Aldi meletakkan sendoknya. Ia cukup penasaran akan kemana Claries pergi.
"Dokter Kevin pak, tadi siang dokter Claries sudah meminta izin pada anda dan bapak menyetujuinya"
Sial benar juga, tadi siang dia meminta ijin padaku. Kenapa aku bisa memberinya ijin untuk pergi bersenang-senang sementara Liza masih sakit karenanya.
"Adrian cari tahu siapa dokter Kevin ini, aku ingin besok sudah mendapat informasi tentangnya"
"Baik pak"
Aldi meninggalkan meja makan dan pergi ke kamar Liza. Ia sempat melihat Liza sebentar lalu pergi ke kamarnya. Aldi masih membiarkan tirai di kamarnya terbuka. Ia ingin melihat jam berapa gadis itu akan pulang ke rumahnya.
Selesai makan malam bersama Kevin, Claries langsung pulang ke rumah Aldi dengan diantar Kevin. Aldi berdiri didekat jendela dan mengamati kedua orang itu dari kejauhan.
"Hebat sekali, kau bersenang-senang?" sindir Aldi begitu Claries menutup pintu rumah utama. Claries tidak mempedulikan Aldi dan ia berjalan menuju kamarnya. Aldi menarik lengan Claries dengan kasar. "Aku bicara denganmu" Aldi menatap wajah Claries dari dekat. Wajah cantik yang begitu mempesonanya.
Claries tidak bergeming ia sedang malas meladeni Aldi. Ia hanya terdiam dan membalas tatapan Aldi dengan sorot mata lembut. Aldi melepaskan cengkramannya dan berbalik pergi ke kamarnya.
Apa yang aku lakukan, kenapa gadis itu tidak terpancing olehku. Dan apa arti tatapannya tadi.
***
Hari minggu pagi di awali untuk berolah raga oleh Aldi. Ia selalu bangun lebih pagi di hari libur. Aldi bermain bola di halaman dengan Rio dan Adrian yang pagi itu sudah tiba di rumah Aldi.
Claries mengamati mereka dari jendela kamar Liza. Ia sengaja membuka jendela dan tirainya agar udara segar bisa masuk ke ruangan itu.
"Papa Rio mau nendang papa jaga gawangnya" teriak Rio dengan antusias menggiring bola ke arah aldi. Aldi pura-pura tidak bisa menangkap benda bundar itu. Ia terjatuh dengan gerakan berlebihan layaknya kiper profesional yang setengah mati melindungi gawangnya.
"Gollllll!!" teriak Rio senang dan berlari menaiki punggung Adrian. "Hebat om kita kalahkan papa!"
Claries tertawa melihat adegan itu. Ia tidak menyangka pria sedingin kutub itara itu bisa cair dengan anak kecil.
"Pa habis ini kita main sepeda ya...." rengek Rio pada Aldi yang sedang istirahat sambil meminum jusnya. "Ole jagoan tapi Rio seoedaan sama om Adrian dan mbak Yaya ya, papa mau lihat tante Liza dulu"
"Pa boleh Rio ajak tante dokter?"
Aldi terdiam, ia melirik ke atas melihat kerah jendela. Ia tahu dati tadi Claries sedang memandangi mereka. Claries yang ketahuan langsung salah tingkah.
"Tante dokter harus jagain tante Liza jadi Rio sama om Adrian saja ya, nanti papa nyusul sepedaannya"
"Iya pa"
Adrian mengeluarkan sepeda dari garasi. Sepeda kecil milik Rio berwarna kuning cerah sementara Adrian memakai sepeda milik Aldi.
Keduanya berjalan keluar gerbang rumah karena Rio ingin bersepeda di jalan depan rumah. Adrian menuruti sambil menjaga Rio.
Sementara Aldi masuk ke kamar Liza dan mendapati Claries baru saja memeriksa Liza. Aldi mengecup kening Liza dan mengusap telapak tangan Liza. "Bangun Liza kau sudah terlalu lama tertidur"
Claries mandang Aldi, ada kesepian di mata pria itu. Entah kenapa.ia terlihat berbeda dari hari-hati sebelumnya. Bahkan hari itu Aldi sama sekali tidak menyindir atau memarahi Claries.
Claries meninggalkan Aldi dan Liza. Ia memberi waktu Aldi yang pasti ingin mengobrol dengan istrinya. Sementara Claries pergi ke dapur menikmati jus buatan pak Han. Dapur di rumah itu sangat luas di sampingnya di apit taman dengan bunga-bunga yang terlihat terawat. Claries betah duduk di taman itu sembari menikmati camilan dan jus.
"Hai dokter Claries" sapa pak Han yang barunselesai menyiapkan sarapan. "Pak Han, oh ya siapa yang merawat bunga-bunga ini?"
"Saya dan Yaya setiap seminggu sekali ada tukang kebun datang membantunmerawat tanaman-tanaman ini"
"Kau suka berkebun dokter Claries?"
"Iya aku sangat suka berkebun, pak Han panggil saja aku Clair. Aku harap kita bisa dekat dan aku bisa menganggapmu seperti orangtua ku"
"Tentu saja Clair, kau bisa berbagi cerita denganku. Di rumah ini semua di anggap keluarga oleh pak Aldi dan pak Zaman"
"Pak Zaman?"
"Oh kau belum bertemu dengannya? pak Zaman ayah dari pak Aldi" Claries mengangguk.
"Pak Aldi!" suara Adrian terdengar kencang hingga membuat semua menoleh. Ia membopong tubuh Rio yang berdarah di bagian kaki dan kening. Aldi menuruni anak tangga dan terkejut mendaoati Rio berdarah-darah. Sama halnya dengan Claries, pak Han dan Yaya yang juga kaget melihatnya. "Ada apa Adrian?!"
"Pak, Rio sengaja di srempet mobil dan terjatuh ke selokan pinggir jalan"
"Bagaimana kau menjaganya?!"
Semua terlihat panik terutama Aldi. Ia mengambil alih Rio dari gendongan Adrian dan mengusap wajah Rio yang terkena darah dati keningnya.
Claries mendekati Aldi dan mencoba memeriksa kondisi Rio. "Bawa dia ke rumah sakit. Darahnya keluar banyak ini bisa berbahaya" Aldi menatap Claries lalu meminta Adrian menyiapkan mobil. Aldi dan Claris duduk di kursi belakang sambil membersihkan darah di luka-luka Rio.
Claries segera memberi pertolongan pertama untuk menghentikan darah Rio agar tidak keluar lebih banyak lagi. Mobil sampai di rumah sakit. Perawat dan Claries membawa Rio ke ruang perawatan.
Dokter Wahyu yang mendengar kejadian itu segera menghampiri ruang perawatan Rio. "Claries bagaimana keadaannya?" tanya dokter Wahyu. "Dokter yang berwenang sedang memeriksa luka Rio, sepertinya ia kehilangan banyak darah dan harus mendapat donor"
"Baiklah aku akan bicara pada Aldi"
Dokter Wahyu menghampiri Aldi dan Adrian di ruang tunggu. "Rio harus dapatkan donor darah yang sesuai, golongan darah Rio cukup sulit di dapat. Rumah sakit tidak memiliki stock" kata dokter Wahyu sembari menepuk bahu Aldi.
Aldi terdiam ia memandang Adrian yang juga melihatnya. Kedua pria itu kebingungan sekarang. Karena golongan darah Aldi tidak sesuai dengan Rio.
"Adrian pasang pengumuman di media sosial cari golongan darah yang sesuai dengan yang Rio butuhkan. Aku akan memberi imbalan banyak bagi mereka yang mau mendonorkan darah utnuk Rio"
"Baik pak"
Claries terkejut mendengar percakapan Aldi dan Adrian di koridor rumah sakit. Seharusnya golongan darah Aldi sesuai dengan Rio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments