Ruang perawatan Medina Hospital___
"Bagaimana dokter? pasien harus segera di operasi" tanya seorang perawat senior pada dokter Claries.
"Siapkan semua prosedurnya kita akan jadwalkan untuk operasi segera"
"Tapi dokter masalahnya...."
"Ada apa?"
"Keluarga pasien belum membayar biaya perawatan rumah sakit jadi kita tidak bisa meminta rumah sakit menyediakan fasilitas untuk operasi"
"Berapa biaya yang menunggak?" perawat itu menyerahkan berkas pasien kepada Claries. Claries terlihat berpikir, ia terdiam dan memikirkan solusi untuk administrasi pasien.
Claries meraih ponselnya dan menelpon Adrian.
"Adrian bisakah saya bicara dengan pak Aldi?"
"Ada apa?" suara dingin Aldi terdengar di telepon. Claries sebenarnya malu untuk memintanya tapi ia akan melakukannya demi pasiennya.
"Maaf mengganggu"
"Jangan basa-basi, ada apa?"
"Pak Aldi bisakah anda membayar gaji saya bulan ini lebih awal?"
"Untuk apa?"
"Saya tidak bisa menjelaskan tapi bisakah bapak bantu saya sekarang juga?"
"Kau merawat Liza belum ada perkembangan tapi sudah meminta gaji di awal. Hei dokter dimana harga dirimu?"
Claries menggigit bibirnya menahan emosi dan sakit hati. Ia tidak peduli makian itu, nyawa pasiennya lebih penting dari makian Aldi Ibrahim.
"Saya mohon pak"
"Baiklah"
Claries mematikan ponselnya dan meminta persiapan untuk operasi pasiennya. Ia membersihkan diri dan berganti pakaian.
Operasi pembedahan dilakukan, Claries terlihat menjalankan tugasnya di ruang operasi.
***
Ruang predir Zaman Group___
"Cari tahu untuk apa dia minta gajinya di awal, saya mau hari ini juga kamu dapat informasi tentangnya"
"Baik pak" Adrian melangkah pergi meninggalkan ruang kerja Aldi.
Dasar dia itu, bagaimana dia bisa melakukan hal memalukan begitu. Bukankah kakaknya juga pengusaha, jika ia butuh uang kenapa tidak meminta pada kakaknya.
Aldi pergi ke ruang meeting. Ia memimpin meeting siang itu bersama para petinggi perusahaan termasuk ayahnya ada di ruangan itu.
Sejak lama Ibrahim Zaman menyerahkan semua wewenang perusahaan pada Aldi. Ia hanya datang sesekali jika diperlukan.
Selesai meeting Ibrahim Zaman menghampiri ruang presiden direktur. Disana Aldi sedang duduk di depan laptopnya. Ia berdiri dari duduknya dan menyambut ayahnya.
"Bagaimana keadaan Liza?"
"Masih sama pa"
"Apa dokter Claries merawatnya dengan baik?"
"Saya rasa begitu pa"
"Apa kau masih tertarik padanya?"
"Papa bicara apa?" Aldi kembali duduk di kursi kerjanya dan menghadap laptopnya kembali. Ia mencoba berkelit dari ayahnya yang terkadang mencoba menjadi nujum dengan menebak perasaan anaknya.
"Hahaha Aldi kau anak papa mana bisa kau berbohong pada papa. Kau memang menikahi Liza tapi papa tahu siapa yang sebenarnya kau cinta. Bahkan kau tetarik dengan gadis itu sejak kalian masih kecil"
"Itu cuma cinta monyet pa namanya juga anak-anak"
"Oh jadi cuma cinta monyet ya. Apa memaksa cinta monyetmu tinggal di rumahmu juga termasuk bagian dari tak tik untuk menaklukkan hatinya?"
"Mana mungkin saya sudah menikah pa"
"Oke...baiklah papa akan pegang kata-kata kamu jika kamu memang tidak menyimpan rasa pada gadis itu"
Setelah ayahnya meninggalkan ruang kerjanya, Aldi terlihat bimbang dan berdiri dari duduknya. Sudah jelas perasaan yang ia miliki sewaktu anak-anak itu hanya cinta monyet belaka. Kini ia sudah memiliki Liza.
"Permisi pak" Adrian memasuki ruangan kerja Aldi. Ia membawa informasi yang di minta Aldi tadi.
"Hmmm...bagaimana?"
"Dokter Claries meminta gajinya di awal karena untuk membayar biaya operasi pasiennya pak. Pasien dokter Claries menunggak biaya perawatan sehingga tidak bisa dilakukan operasi jika semua biaya rumah sakit belum dilunasi"
Aldi menerawang menatap ke depan, di hadapannya nampak gedung-gedung pencakar langit lainnya selain gedung Zaman Group.
"Adrian transfer gajinya seperti biasa. Mengenai uang yang ia minta tadi lupakan saja"
"Baik pak"
Apa kau wanita berjiwa emas dokter? kenapa kau begitu baik. Bagaimana aku akan membencimu?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments