Claries dan Rio sudah bersiap menunggu Aldi pulang. Keduanya tam0ak sumringah di depan pintu. Adrian membukakan pintu mobil dan Aldi turun dari mobilnya. Ia berjalan mendekati Rio dan Claries. Aldi nampak heran menatap Claries.
Aldi mengerutkan keningnya sembari menatap Claries. "Bolehkah aku ikut bersama kalian?"
"Tidak" jawab Aldi pendek. Ia tidak ingin mempertemuka Mitha dengan Claries. Cukup Rio yang akan ia ajak bertemu Mitha.
"Pa ayolah biar tante dokter ikut" Rio merengek dan memohon pada Aldi. "Rio tahu kan kita akan kemana?"
"Tahu pa kita akan bertemu mama Mitha"
"Bagus jalau begitu cukup kita berdua saja yang lain tidak perlu"
"Yah papa sekali ini saja, tante dokter kan baik siapa tahu bisa jadi teman mama biar mama nggak kesepian pa" Aldi terdiam. Ia paling luluh kalau Rio sudah membujuknya. Aldi menatap Claries.
"Baiklah kau boleh ikut"
"Yessss! asyik" Rio dan Claries melakukan selebrasi entah apa itu. Aldi tidak menyangka keduanya seakrab itu.
"Adrian sejak kapan mereka jadi akrab begitu?"
"Sejak awal dokter Claries ke rumah ini pak"
"Benarkah?"
Aldi duduk bersama Rio di kursi belakang sedang Claries di depan bersama Adrian. Mereka menuju rumah sakit tempat perawatan Mitha.
Setelah satu jam perjalanan akhirnya sampai juga di Rumah sakit Mitra Kasih tempat Mitha di rawat.
Aldi menggandeng tangan Rio menyusuri lorong rumah sakit. Di sana terdapat taman yang indah dan hijau. Beberapa pasien terlihat berada di taman di temani keluarganya. Claries dan Adrian mengikuti langkah Aldi dan Rio. Tibalah mereka di sebuah kamar perawatan yang bisa di bilang itu VIP. Aldi masuk terlebih dahulu lalu ia mengajak Rio. Sementara Claries dan Adrian menunggu di depan pintu sambil memandangi taman yang menyegarkan mata dengan hawa sejuk.
"Adrian seperti apa Mitha adik pak Aldi?"
Adrian tersenyum ia menerawang kejauhan. "Bu Mitha orang yang cantik dan baik. Ia juga lincah dulunya. Bu Mitha pandai bermain musik dan memiliki hobi memasak"
Claries tersenyum ia merasa ada getaran tidak biasa ketika Adrian menceritakan Mitha.
"Mama itu tante dokter" Rio menggandeng lengan ibunya dan menunjuk Claries. Mitha dengan malu-malu menatap Claries. Seperti yang di katakan Adrian kalau Mitha memang wanita yang cantik. Terbukti **** ia sakit tapi penampilannya tetap terawat dan wajahnya masih memancarkan kecantikannya. Wajahnya mirip dengan Aldi mereka sama-sama memiliki hidung yang mancung dan seulas bibir tipis.
"Hai bu Mitha saya dokter Claries"
Claries mengajak mita berjabat tangan. Mita terlihat senang ia tersenyum pada Claries. Aldi sedikit terkejut dengan pemandangan itu. Biasanya Mitha akan berteriak dan tidak mau bertemu orang asing.
"Ayo kita ke taman ma...." Rio membawa Mitha ke taman di temani Adrian. Sementara Aldi dan Claries menatap mereka dari kejauhan.
"Adik anda wanita yang sangat cantik pak Aldi"
Aldi menoleh pada Claries dan menatap wajah Claries yang sedang memandang Mitha dari tempatnya berdiri.
Kau juga wanita yang sangat cantik dan tegar dokter.
"Terimakasih sudah menyelamatkan ku" kata Claries lirih sembari menatap Aldi.
"Untuk apa?"
"Kau menyelamatkanku dari Kevin. Adrian sudah aku paksa bercerita semua"
"Berani sekali dia bercerita pada orang asing"
"Aku yang memaksanya. Aku mengancamnya kalau dia tidak bercerita alasan kalian menggangguku dan Kevin maka aku akan membuatmu koma seperti Liza"
"Hahahaa! dan si bodoh itu percaya padamu?"
"Tentu saja, bukan kah kau yang meyakinkan semua orang jika aku yang membuat istrimu jadi koma?"
Aldi terdiam, entah kenapa ia mulai merasa kasihan pada Claries.
"Maaf boleh aku bertanya sesuatu?"
"Hmmm"
"Kenapa kau tidak meminta Kevin bertanggung jawab atas Rio dan Mitha?" Claries menunduk. Ia tahu itu bukan urusannya bertanya sejauh itu pada Aldi. Aldi terlihat mengepalkan tangannya. Wajahnya terlihat kaku. "Maafkan aku, abaikan saja pertanyaan ku tadi...maafkan aku" Claries segera menyadari kesalahannya.
"Aku ingin Mitha dan Rio hidup bahagia dengan orang yang bertanggung jawab dan mencintai mereka dengan tulus tanpa paksaan dari siapapun, dengan begitu mereka akan bahagia karena merasa dicintai oleh orang yang benar"
Deg....!
Sekali lagi mata Claries terbuka, jantungnya mulai berdebar cepat. Ia memundurkan langkahnya sedikit mengambil jarak dari pria itu. Claries merasa tidak pantas dengan perasaannya pada Aldi. Ia berdiri di belakang Aldi dan memandangi punggung pria itu.
***
Setelah dari tempat Mitha, Aldi tidak langsung pulang. Ia turun di bar langganannya karena ada janji dengan kawannya. Adrian mengantar Claries dan Rio pulang ke rumah baru kembali ke bar untuk menunggu Aldi selesai dengan urusannya.
Malam cukup larut Aldi sudah terlihat mabuk. Ia di papah Adrian menuju mobilnya. Sesampainya di rumah Claries yang baru mengambil minum dari dapur berpapasan dengan Aldi yang sedang di papah Adrian.
"Adrian ada apa?"
"Pak aldi sedang sedikit mabuk" Adrian langsung memapah tubuh tegap Aldi menuju lantai dua dan berjalan ke kamarnya.
Adrian terlihat kedapur mencari Yaya tapi Yaya sudah istirahat, pak Han ayah Adrian juga sudah kembali ke paviliun di dekat rumah Aldi.
"Biar aku bantu" kata Claries. Ia mengambil handuk bersih dan membasuhnya dengan air hangat lalu mengusapkan pada wajah Aldi yang terlihat memerah karena mabuk. Mata pria itu terpejam.
Adrian menunggui di samping pintu kamar Aldi. Claries membuka dasi Aldi dan melonggarkan kemejanya. Tapi Aldi menarik leher Claries dengan satu gerakan saja. Bibir Claris sudah mendarat tepat di bibir Aldi. Adrian tertegun dengan pemandangan di hadapannya. Claries tercekat dan ia menatap Aldi lalu mendorong dada Aldi.
Claries melempar handuk basah yang ia pegang ke atas kasur. "Adrian kau saja yang mengurusinya!" Claries berjalan cepat menuju kamarnya. Ia mengusap bibirnya.
Jantungnya hampir terlepas dari tempatnya. Ciuman pertamanya dengan Aldi membuatnya gugup. Ciuman terlarang yang seharusnya tidak mereka lakukan baik itu sengaja atau tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments