Aldi kecil di ajak ayahnya berkunjung ke rumah teman dekat ayahnya. Rumah itu terlihat besar dan halamannya luas. Di halaman tertulis papan nama kediaman Dokter Hendrawan.
Di halaman terlihat dua anak kecil sedang bermain. Anak lelaki itu seusia dengan Aldi sedang anak perempuan itu usianya sekitar lima tahun di bawah Aldi.
Aldi digandeng ayahnya memasuki halaman rumah. Ia menatap pada gadis cilik itu. Gadis itu tersenyum manis sekali pada Aldi.
Aldi menyapa gadis kecil itu dan mengajaknya berjabat tangan. Tapi anak laki-laki itu menghalanginya. "Sudah jangan mau berjabat tangan dengannya, ayo kita main lagi"
Aldi tak menghiraukan sikap anak lelaki itu. Setiap ayahnya mengajaknya berkunjung ke kediaman keluarga dokter Hendrawan, ia akan membawa bingkisan kecil untuk gadis itu. Terkadang gelang, boneka, cokelat, permen dan beberapa mainan.
Sampai suatu ketika ayahnya lama sekali tidak mengajaknya mengunjungi keluarga dokter Hendrawan. Sampai Aldi beranjak dewasa dan ia mulai lupa. Tapi ia tidak pernah melupakan gadis kecil di keluarga dokter itu sampai sekarang saat ia sudah kuliah.
Aldi sempat mendengar musibah yang menimpa keluarga Hendrawan. Ia mulai mencari tahu keberadaan anak lelaki dan anak perempuan keluarga Hendrawan. Tapi ia tidak berhasil menemukan informasi tentang mereka.
Aldi sempat mendengar dari ayahnya kalau kedua anak itu ikut adik dari dokter Gavin Hendrawan dan Aldi tidak tahu dimana alamat rumah mereka. Kalaupun Aldi tahu alamat tempat tinggal mereka ia juga tidak berani mengutarakan perasaannya pada anak gadis Gavin Hedrawan.
***
Claries terlihat lelah setelah pulang dari rumah sakit. Ia bergegas menuju kamarnya untuk mandi air hangat dan berganti pakaian. Selesai mandi Claries pergi ke kamar Liza. Ia memeriksa kondisi Liza yang sedang di tunggui seorang perawat.
"Ayolah Liza, bangunlah dari tidur panjangmu. Biarkan aku segera bebas dari balas dendam suamimu yang tidak masuk akal itu"
Claries menggenggam tangan Liza. Ia seolah sedang memberikan kekuatan agar Liza segera bangun dari tidur panjangnya.
Claries berjalan ke dapur menemui pak Han dan Yaya. Pak Han membuatkannya mie rebus yang enak sekali. Mie itu dibuat sendiri oleh pak Han dari tepung yang berkualitas.
"Pak Han apa di rumah ini setiap mau makan sesuatu harus buatan sendiri?"
"Tidak juga terkadang pak Aldi juga makan makanan instan tapi hanya sesekali saja"
Claries menyendok kuah mie yang sangat lezat. Yaya tersenyum melihat Claries makan dengan lahap.
"Oh ya sudah berapa lama pak Aldi menikah dengan Liza?" tanya Claries.
"Sudah dua tahun kayaknya bu dokter" sahut Yaya. Claries hanya mengangguk.
"Yaya, pak Aldi minta secangkir kopi tanpa gula"
Adrian memasuki dapur ia nampak terkejut melihat ayahnya akrab dengan dokter Claries.
"Hai Adrian kau sudah makan malam?" tanya Claries sambil menandaskan kuah mie yang tersisa di mangkuknya.
"Terimakasih saya sudah makan dokter"
Pak Han berdiri dari duduknya dan meracik kopi untuk Aldi. Seperti biasa pak Han yang membuat Yaya yang mengantarkannya.
Claries berjalan melewati ruang tengah rumah yang luas itu. Di salah satu sofa sedang duduk Aldi yang terlihat bersandar dan mengendorkan dasinya. Ia melirik Claries yang sama sekali tak memandang ke arahnya.
"Dia pikir siapa dia, kenapa berani sekali tidak menyapaku" gumam Aldi kesal.
"Maaf pak mungkin sikap dokter Claries ada hubungannya dengan kejadian kemarin malam saat anda mabuk"
"Saat aku mabuk? memang apa yang aku lakukan?"
"Waktu itu dokter Claries yang membantu membersihkan wajah anda dengan handuk bersih. Lalu ......" Adrian terlihat ragu untuk bercerita kejadian kemarin malam.
"Lalu apa? kalau cerita jangan setengah-setengah!"
"Baik pak, lalu bapak mencium dokter Claries" kata Adrian datar.
"Benarkah?" Aldi mencoba mengingat kejadian itu. Tapi ia belum berhasil mengingatnya.
Aldi kembali ke kamarnya. Ia merebahkan diri dinatas tempat tidur. Aldi memejamkan matanyandan ia kemuadian terbangun. Aldi ingat kejadian kemarin malam saat ia mabuk. Dan benar yang dikatakan Adrian ia memang mencium bibir Claries.
Wajah Aldi memerah dan ia menepuk keningnya beberapa kali. "Bodoh!" ia menyesali dirinya sendiri yang melakukan tindakan memalukan itu.
Apa sebaiknya aku minta maaf padanya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments