"Saya ingin memindahkan Liza ke rumah dok, saya rasa lingkungannya akan lebih nyaman untuk Liza" Aldi sedang berbicara dengan dokter Wahyu dan dokter Frederick tentang pemindahan Liza ke rumahnya.
"Baiklah tapi kita wajib bertanya kepada dokter yang menangani Liza yaitu dokter Frederick dan dokter Claries"
Mendengar nama Claries disebut rasanya memerah telinga Aldi. Ia muak sekali dengan gadis itu. "Untuk apa dokter melibatkan dia? dia yang menyebabkan ....sudahlah"
"Aldi kita harus sesuai prosedur tidak bisa seenaknya sendiri biar bagaimanapun Claries yang tahu kondisi Liza"
Aldi terdiam pasrah ketika dokter Wahyu memanggil Claries ke ruang kerjanya. Claries sedikit ragu dan kesal ketika melihat ada Aldi dan Adrian di ruangan itu.
"Claries kemarilah, kau sudah tahu permintaan Aldi untuk membawa Liza pulang dan merawatnya di rumah?" Claries mengangguk.
"Bagaimana menurutmu Clair?"
"Tidak masalah dok, selama alat bantu juga kita persiapkan dan ada perawat yang mengawasi serta dokter yang memantau kondisi Liza 24 jam"
"Kalau begitu dokter Claries lah yang berwewenang memantau kondisi Liza selama perawatan di rumah" kata dokter Frederic.
"Apa? tapi dok kenapa harus dia? memang tidak ada dokter lain?" Aldi tidak mau jika Claries merawat Liza. Apa lagi Claries akan tinggal seatap dengannya.
"Kalau begitu terserah pada mu Aldi"
Sial! kenapa jadi rumit, kenapa harus wanita ini yang merawat Liza. Melihat wajahnya saja aku kesal setengah mati.
"Baiklah saya setuju yang penting saya bisa dekat dengan Liza"
Aldi keluar dari ruangan dokter Wahyu di ikuti oleh Adrian dan Claries. Aldi menyambar tangan Claries dan menggenggamnya seolah ingin meremukan tulangnya. Claris menggigit bibirnya menahan sakit.
"Lepaskan!" pinta Claries.
"Dengar baik-baik jangan sampai kondisi istriku semakin memburuk di tanganmu!" Adrian menatap cengkraman tangan Aldi yang kuat dan melihat Claries kesakitan. Ia mencoba mengalihkan perhatian Aldi. "Maaf pak, Rio sedang tidak enak badan, saya dapat pesan singkat dari Yaya".
Aldi terlihat panik dan melepaskan Claries. "Urus perpindahan Liza sebaik mungkin" kata Aldi pada Adrian. Ia berjalan tergesa sambil melirik tajam pada Claries.
***
Claries menemui Fani untuk minta izin tinggal di rumah Aldi Ibrahim. Ia sembari menata pakaiannya kedalam koper besar.
"Claries kakak tidak bisa membantu banyak, jika pria gila itu menyusahkanmu segera hubungi kakak"
"Tentu saja jika dia macam-macam maka akan ku hajar dia!" kata Claries sambil tertawa. Dalam hati ia juga takut dengan Aldi. Pria itu terlihat galak dan aneh.
Claries berjalan menarik koper menuju mobil yang di kendarai Adrian. Fani dan Adrian saling bertatap tidak senang. "Jika kalian berani menyakiti adikku maka kupastikan aku tidak punya rasa takut lagi terhadap siapapun!" Adrian mengangguk dan membukakan pintu mobil untuk Claries.
"Apa sudah beres pemindahan nyonya Liza?" tanya Claries pada Adrian yang sedang fokus mengemudi. "Sudah dokter"
Mobil Ferari itu berbelok ke rumah yang sebenarnya membuat Claries trauma. Kemarin Aldi menculiknya dan memperlakukannya tidak wajar. Dan sekarang ia harus kembali ke rumah itu lagi. Claries merasa dirinya memang bodoh atau sudah gila karena bisa berada di situasi seperti sekarang.
"Silahkan dokter Claries" Adrian membuka pintu mobil dan menurunkan koper milik Claries dari bagasi mobil.
Claries berjalan memasuki rumah utama dan di sambut oleh Yaya yang ceria dan baik. Adrian membawa koper Claries ke kamar tamu.
"Papa siapa dia?" seorang anak laki-laki berusia sekitar tujuh tahun berdiri bergandengan tangan dengan Aldi menuruni anak tangga.
Jadi dia sudah memiliki anak, Batin Claries. Anak laki-laki itu berlari kecil mendekati Claries. "Tante siapa?" tanyanya dengan polos. Claries memperkenalkan dirinya sambil membungkuk mengusap rambut anak itu. "Tante dokter Claries, anak ganteng ini siapa?"
"Aku Rio, tante dokter kesini mau apa?"
"Mau merawat mama"
"Mama?" Rio terlihat terkejut sekaligus heran.
"Rio!" Aldi memanggil Rio dan menyuruh Yaya membawa Rio ke kamarnya.
"Jangan banyak bicara di sini, tugasmu adalah merawat Liza tidak perlu kau hiraukan yang lain di rumah ini" kata Aldi dingin. Pria itu pergi dari hadapan Claries dengan tergesa menuju kamar Rio.
"Mari bu dokter biar saya bantu merapikan baju" Yaya yang dari kamar Rio kembali menghanpiri Claries yang masih berdiri di tempatnya. "Terimakasih Yaya".
Malamnya setelah memeriksa keadaan Liza bersama seorang perawat, Claries kembali ke kamarnya. Ia sempat melewati sebuah kamar di sudut ruangan. Dari sana terdengar sebuah teriakan seperti orang marah besar.
Claries bersembunyi di balik lemari besar di ruang tengah. Ia melihat Aldi keluar dari kamar itu sembari mengunci pintu dari luar. Aldi berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua.
Claries penasaran sebenarnya siapa yang berada di kamar itu. Ia menebak Aldi menculik seseorang dan menyekapnya di kamar itu. Pria itu benar-benar sakit jiwa sepertinya.
Lisa mengendap dan mencoba mengintip dari lubang kunci. Ia terlihat serius dan fokus mencoba mengamati di dalam ruangan itu. Tapi percuma ia tidak bisa melihat apapun disana. Claris berdiri dan berbalik "Apa yang kau lakukan disini?!" Aldi memepet tubuh Claries ke tembok. Pria itu menunduk, hidung mancungnya hampir menyentuh kening Claries.
Deg...deg...deg!..
Jantung Claries serasa mau lepas dari tempatnya. Aroma parfum Aldi menyeruak memenuhi penciumannya. Wajahnya terhimpit dada bidang itu. "Aku sudah bilang jangan macam-macam" suara bariton Aldi bergetar di dekat telinga Claries dan membuatnya bergidik ngeri. "Maaf" Claries tidak bisa menyangkal ia tadi memang melakukan kesalahan dengan mengintip ruangan itu. Aldi memberinya celah dengan memundurkan badannya sehingga Claries bisa pergi dari hadapannya secepat mungkin.
Claries berjalan cepat menuju kamarnya dan ia kembali mendengar teriakan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
"Lisa mengendap"? bukan claries thor
2023-08-01
1
Ima Yuliantina Tony
suka ada aja orang cari masalah aneh tuh
2022-11-20
0