Fani Hendrawan terlihat mendampingi adiknya di ruang sidang. Ia meminta bantuan pada dokter Adelia dan dokter Luna agar mau memberi kesaksian seputar kasus yang dialami oleh Claries. Fani sendiri tidak tahu apa-apa tentang kedokteran karena ia seorang pengusaha.
"Tenang Clair jika kau memang benar dan tidak bersalah, kau pasti bebas dari hukuman apapun" Fani menenangkan adiknya. Claries mengangguk. "Bukan kah ada tante Adel dan tante Luna yang menemani kita. Kau tenanglah"
Claries menatap Aldi dari kejauhan. Pria itu menatap tajam penuh kebencian padanya. Ia sudah kehabisan akal bagaimana harus menerangkan pada pria angkuh itu tentang kondisi istrinya.
Sidang di menangkan pihak Claries. Ia memang tidak bersalah dan sudah mengupayakan yang terbaik untuk pasiennya. Tapi Aldi tidak terima ia banding dna ingin Claries tetap di hukum atas kesalahannya dalam menangani pasien.
Banding yang diajukan Aldi di tolak pengadilan. Ia benar-benar geram sekarang. Aldi duduk diam di ruang kerjanya sembari berpikir apa yang akan ia lakukan pada gadis itu.
"Adrian" panggilnya pada sang sekretaris yang setia berdiri di dekat meja kerjanya.
"Iya pak, apa yang bisa saya lakukan?"
"Suruh orangmu culik dia!"
Adrian terkejut dan terdiam. Ia tidak menduga bosnya akan senekat ini. "Baik pak"
"Bawa dia ke rumahku dan tempatkan di ruang khusus. Jika ia tidak bisa di tahan biar aku yang menahan dan membuat hidupnya tidak akan tenang!"
Adrian bergegas menjalankan tugasnya. Ia mengajak dua orang anak buahnya untuk menjalankan misi penculikan. Claries keluar dari rumah sakit untuk ikut mengantar seorang pasien. Ia menaiki ambulan dan duduk di dalammya dengan tenang. Sementara Adrian yang mengenakan topi dan masker menjadi sopir ambulan itu.
Adrian membawa mobil ambulan itu ke sebuah rumah mewah dengan halaman yang luas dan terdapat air mancur melingkar di halaman itu.
"Dimana ini? bukahkan harusnya kita kerumah sakit?" Claries bingung dan bertanya pada sopir ambulan. Pasien di dalam ambulan itu bangun dan membekap wajah Claries dengan bius. Adrian segera turun dari ambulan dan mengangkat tubuh Claries.
Claries di skap di sebuah ruangan bawah tanah dengan terali besi mirip tahanan. Ia masih belum sadarkan diri.
"Tugas sudah saya laksanakan pak" Adrian melapor pada Aldi melalui telepon. Aldi menyambar kunci mobilnya dan bergegas pulang. Ia tidak sabar memberi dokter itu balasan setimpal.
"Buka pintunya" kata Aldi dengan dingin. Ia berada di ruang penyekapan Claries. Aldi mendekati Claris yang masih belum sadar. Ia mengamati wajah cantik yang tergeletak di lantai itu. "Kau akan menebus semua perbuatanmu dokter" bisik Aldi di telingan Claries. Ia menarik kasar rambut Claries Hingga Claries mulai membuka matanya.
Kepalanya terasa pening. "Dimana aku?" tanyanya. Kerongkongannya terasa kering.
"Kau berada di tempat yang seharusnya dokter!" Aldi menempelkan wajahnya dengan geram seolah ingin menggigit wajah Claries.
"Kau...." Claries kembali pingsan. Aldi tertawa dan meninggalkan Claries di dalam ruang penyekapannya. "Urusi dia" kata Aldi pada Adrian yang berdiri di depan ruangan itu. "Baik pak"
Aldi menuju kamarnya, ia melepas jasnya dan merebahkan diri di sofa besar yang berada di kamarnya. Ia memandang dari kejauhan foto Liza istrinya. Aldi memejamkan matanya membayangkan kondisi Liza sekarang. Istrinya mengalami penusukan karena melindunginya. harusnya dirinyalah yang tertusuk oleh para penjahat itu.
"Air hangat sudah siap pak" Suara Yaya asisten rumah tangganya membuayarkan pikiran Aldi. "Hmmm..." gumamnya dan itu menandakan Yaya harus segera angkat kaki dari hadapan Aldi.
"Yaya tunggu"
"Ya pak"
"Kamu beri makan malam untuk dokter itu!"
"Baik pak"
Yaya bergegas menuju dapur dan menyiapkan makanan untuk tawanan Aldi di ruang bawah tanah. Ia tadi siang melihat Adrian membawa wanita cantik itu dan menyekapnya di ruang bawah tanah.
Adrian sudah pulang tinggal ada dua orang yang jaga di depan pintu bawah tanah itu.
"Bu dokter makan dulu ya..." Yaya menyerahkan nampan berisi makanan ke hadapan Claries. Nampan itu berisi sup iga. "Ini bisa menambah tenaga bu dokter untuj menghadapi pak Aldi" kata Yaya yang segera menutup mulutnya. Claries tersenyum dan meraih mangkuk sup itu. "Terimakasih" Claries mulai menyendok makananya. "Yaya permisi dulu ya bu dokter"
Malam sudah larut tapi Aldi belum bisa memejamkan matanya. Ia turun ke bawah tanah ia tertarik melihat Claries sambil memikirkan hukuman apa yang akan ia berikan untuk gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments