TIGER WU
"Rubby!" teriak seorang pemuda.
"Dimana kau Rubby?" teriak pemuda yang lainnya.
"Rubby! Apa kau dengar kami?"
Empat orang pemuda sahut menyahut memanggil nama Rubby. Seorang gadis yang dinyatakan hilang sejak sore tadi. Delapan pemuda pemudi sedang berkemah di kaki gunung Sam. Ini hari ketiga mereka di sana.
Awalnya mereka baik - baik saja, hingga mandi sore ini menjadi awal petaka. Sebenarnya sungai tempat para gadis mandi tidak terlalu jauh dari tenda mereka. Lisa, Bella dan Cindy sudah kembali lebih awal. Mereka mengajak Rubby segera naik ke daratan namun Rubby berdalih untuk membersihkan sendalnya. Rubby meminta mereka untuk ke tenda lebih dulu karena jaraknya memang dekat dari sungai tempatnya mandi. Dia tidak merasa takut di tinggal sendiri.
Malang bagi Rubby sendalnya malah hanyut terbawa air saat dia akan memakainya. Rubby berhasil mengejar dan menangkapnya dengan sebuah ranting. Namun sialnya lagi gayung berisi sabunnya malah jatuh ke dalam air. Rubby menggapainya dengan ranting yang dia bawa. Ranting itu berhasil menghambat laju gayung itu. Setelah berhasil membawanya ke tepi, Rubby menggapainya dengan tangan. "Yes. Berhasil." Rubby tersenyum senang.
Rubby berjalan meninggalkan sungai namun dia tak melihat tendanya lagi. Dia tidak tahu berapa jauh dia telah menyusuri sungai untuk mengejar sendal dan gayungnya tadi. Hari sudah mulai gelap dan dia semakin bingung tak tahu arah. Tidak ada persiapan penerangan sama sekali.
Rubby terus berjalan menyibak semak - semak yang entah jenis tanaman apa. Kulitnya sedikit merasa gatal dan tergores dimana - mana. Dia meringis perih. Sesekali dia meniup kulitnya yang terasa perih.
Hampir satu jam Rubby berjalan. Namun tenda tempatnya berkemah belum juga kelihatan hilalnya. Beruntung sekarang dia berjalan di tempat yang tidak banyak pohon besarnya sehingga sinar bulan purnama menjangkau tempatnya berjalan.
Bulu kuduk Rubby meremang ketika dia berjalan melewati dua buah pohon besar. Dia merasa seperti sedang melintasi sebuah gerbang dimensi. Dia sangat terkejut karena tiba - tiba dia berada di tempat yang terang. Tanpa sadar gayung dan peralatan mandinya terjatuh. Dia meninggalkannya begitu saja.
"Mami.. ini dimana?" Rubby terlihat ketakutan.
"Mami.. aku takut.. aku menyesal tidak mendengar apa kata mami. Aku bersalah mami." Rubby mulai terisak.
Rubby berusaha untuk kembali ke tempat dia masuk tadi tapi dia tidak bisa menemukannya. Bahkan gayung dan handuknya pun sudah tak terlihat. Dia merasa berada dalam labirin dan terjebak di jalan yang buntu.
••••
"Moza, kita hampir mendekati bukit larangan tapi Rubby juga belum kita temukan," ucap Ron salah satu teman Rubby.
"Benar, Moza. Apa pencarian kita lanjut besok saja?" Darius ikut memberi usul.
"Benar!" imbuh Sony.
Moza adalah kekasih Rubby. Dia sangat khawatir memikirkan gadis yang disayanginya sendirian di tengah hutan. Dia menyesalkan dirinya dan teman - temannya yang terlambat menyadari hilangnya Rubby.
"Baiklah." Menyadari hari sudah malam, akhirnya Moza pun menyetujui usul teman - temannya.
Mereka kembali ke tenda dengan wajah lesu. Suasana menjadi hening. Masing - masing larut dalam pikirannya sendiri.
"Moza, bersabarlah. Mari kita berdoa supaya Rubby baik - baik saja dan kembali dalam keadaan selamat," ucap Sony mencoba menenangkan Moza.
Bukannya merasa tenang, Moza malah semakin sedih mendengar ujung kalimat Sony.
Dengan kaki panjang mereka, kini mereka telah sampai di tenda. Para gadis menunggu kedatangan mereka di depan tenda. Mereka bertiga berpelukan dan menangis histeris saat melihat mereka hanya datang berempat.
Mereka bertujuh tidak ada yang masuk ke dalam tenda. Tidak ada yang makan. Dan tidak ada yang bersuara. Hanya isak tangis Bella yang sesekali masih terdengar.
Mereka duduk mengelilingi api unggun yang dibuat sore tadi. Mereka berharap Rubby akan segera kembali saat melihat api unggun itu menyala sepanjang malam.
Moza menatap langit berbintang dan bulan yang indah bercahaya. Terngiang tawa riang Rubby sehari sebelumnya. Mereka melewati malam dengan bermain gitar dan bernyanyi bersama. Setegar - tegarnya lelaki dia akan merasa lemah jika dihadapkan dengan cinta. Begitupun Moza, buliran bening mulai menetes dari sudut matanya.
Malam semakin larut dan hari sudah menjelang pagi. Namun orang yang mereka tunggu belum juga kembali. Tidak ada satu pun yang masuk ke dalam tenda. Mereka tertidur di luar dengan posisi yang tak beraturan.
••••
Rubby duduk berjongkok sambil menangis. Punggungnya bersandar pada sebuah pohon yang berdaun keemasan. Entah pohon apa itu. Dia juga baru melihatnya sekali.
Hidung Rubby tiba - tiba mengendus aroma wangi. Telinganya mendengar suara berdesis yang semakin mendekat. Ular. Apakah itu suara ular? Aroma wangi itu semakin kuat. Hingga sesosok makhluk aneh muncul dari balik sebuah batu besar yang tak jauh dari tempatnya berada.
Rubby gemetaran. Dia sangat ketakutan. Nyalinya menciut dihadapan makhluk berwujud wanita setengah ular. Lidahnya yang panjang menjulur keluar dan mengeluarkan suara berdesis.
Tuhan apa yang harus ku lakukan. Semoga dia bukan makhluk jahat yang ingin memakanku. Lindungi aku Tuhan. Rubby terus berdoa dalam hati.
"Sssshhhiiapa kamu manusia?" desis manusia ular itu mengeluarkan kata - kata.
Rubby terbelalak. Dia terkejut mendengar ular itu bicara. Bibirnya kelu tidak dapat mengeluarkan suara.
"Hhhhsssssshhh apa yang kau lakukan disini?" ular itu kembali berbicara dengan suara berat dan sedikit mendesah.
"A.. a.. a.. aku.. Rubby. A.. aku ter.. se..sat.." Rubby berusaha menjawab sepatah demi sepatah. Mulutnya gemetar seiring tubuhnya seperti yang tak mampu berdiri sempurna.
"Hhhsssshhh kau tahu ini tempat apa? Ini adalah hhhssss hutan larangan. Siapapun yang masuk kesini hhhsssshhhh akan menjadi mangsaku." siluman ular itu menggerakan lidahnya seperti tak sabar ingin memangsanya.
"Ti.. ti.. dak..tolong lepaskan aku..." Rubby menggeleng ketakutan. Keringatnya bercucuran membasahi seluruh wajahnya.
Siluman itu berjalan mendekati Rubby. Ekornya meliuk - liuk panjang sekali. Tangan dengan kuku - kukunya yang tajam siap menerkam. Mulutnya yang sedikit terbuka menampakkan gigi taringnya yang runcing dan berkilau.
Rubby berjalan mundur. Setelah keberaniannya terkumpul, dia mencoba menguatkan kaki - kakinya agar bisa berlari. Ya, Rubby berlari sekencang - kencangnya meskipun tidak tahu kemana arah dan tujuannya. Dia berharap ini hanya mimpi buruknya saja. Atau setidaknya dia akan menemukan sebuah keajaiban disini.
Keadaan Rubby benar - benar terpojok saat ini. Dia terjatuh. Dia beringsut mundur dalam keadaan terduduk. Di belakangnya ada sebuah lubang mirip goa. Rubby merasa ragu untuk masuk ke dalam. Dia takut ini adalah sarang si siluman itu.
Siluman ular itu sudah sangat dekat. Dia tertawa menyeramkan saat berada dihadapan Rubby. Lidahnya yang bergerak - gerak mulai mengeluarkan tetesan liur.
"Jangan.. aku mohon.. lepaskan aku.." Rubby menangis sejadi - jadinya. Dia tidak dapat bergerak lagi. Rubby pasrah bersandar dibibir goa kecil itu.
Tawa ular itu semakin keras. Menggema memenuhi seluruh goa. Kelelawar dan burung - burung yang bersembunyi di dalam goa itu berhambur keluar. Mungkin terganggu dengan suara tawanya.
"Hhhssss... aku akan memakanmu sekarang!"
Rubby menutup matanya saat siluman ular itu mengayunkan tangannya ke belakang untuk menerkamnya. Dia tidak dapat berbuat apa - apa. Airmatanya mengalir menganak sungai menjelang kematiannya.
"Mami, maafkan aku," gumannya lirih.
"Aaaahhhhhssss... Aaaaaaa.." terdengar suara ular itu seperti kesakitan.
Rubby memicingkan matanya. Mencoba melihat apa yang terjadi.
****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Shai'er
kenapa 😳😳😳😳😳
2022-12-26
0
Shai'er
😱tidak 😱😱😱
2022-12-26
0
Shai'er
kumenangis 😭😭😭😭😭😭
2022-12-26
0