Moza menggendong Rubby di punggungnya karena tak tega melihatnya lapar dan kelelahan. Dia sendiri sebenarnya juga sangat ngantuk dan lapar, tapi dia tahan. Moza sangat senang Rubby ditemukan dalam kondisi sehat dan baik - baik saja.
Untung jarak tenda tidak jauh lagi jadi Moza masih punya tenaga yang cukup untuk membawa Rubby.
Dari kejauhan Bella yang pertama kali melihat kedatangan para cowok. Dia berteriak - teriak memanggil Cindy dan Lisa yang sedang memasak mi instan di belakang tenda. Sontak dua gadis itu langsung terlonjak dan meninggalkan pekerjaannya.
Mereka bertiga berlari menyongsong kehadiran Rubby dan yang lainnya.
"Aku lapar," ucap Rubby lagi ketika dia sudah sampai di tendanya.
"Tunggu sebentar!" Lisa dan Cindy berlalu untuk mengambilkan teh manis dan beberapa kue karena mi instan yang mereka buat belum matang.
"Apa kau baik - baik saja?" tanya Bella sambil mengusap telapak tangan Rubby dengan minyak kayu putih. Dia mengira Rubby sakit karena keringat dingin terus mengucur ke luar. Sambil menunggu Lisa dan Cindy, Bella memberi Rubby segelas air putih terlebih dahulu.
"Terima kasih, Bella. Aku baik - baik saja. Semalam aku hanya tersesat saja," ucap Rubby memberi penjelasan.
"Maafkan kami Rubby. Seharusnya kami tidak meninggalkanmu," ucap Bella lagi.
"Kalian tidak salah. Aku saja yang terlalu ceroboh. Aku mengejar sendal dan gayung yang hanyut hingga aku kehilangan arah saat hari mulai gelap," cerita Rubby.
"Kami benar - benar tidak tahu apa yang terjadi padamu Rubby. Kami baru menyadari setelah hari gelap. Kami pikir kamu sedang berada di luar tenda saja."
"Tidak usah disesali, semuanya sudah terjadi." Rubby menepuk bahu Bella lembut.
Ke empat cowok yang semula pergi mandi kini telah kembali ke tenda. Mereka sarapan bersama dengan makanan seadanya. Rencananya setelah ini mereka akan berkemas dan pulang ke rumah masing - masing.
Tubuh Rubby kembali segar setelah dia mandi. Bella menunggunya di tepi sungai ketika Rubby mandi. Bella hanya menunggu Rubby saja karena dia sudah mandi bersama Cindy dan Lisa ketika para cowok sedang pergi mencari Rubby.
Kira - kira pukul sepuluh pagi rombongan Rubby dan kawan - kawan meninggalkan tempat mereka berkemah. Butuh satu setengah jam untuk sampai di rumah Rubby. Orang pertama yang harus mereka antar lebih dulu.
••••
Rubby turun dari mobil Ron dengan menggendong tas ranselnya. Dia masih terlihat letih dan mengantuk meskipun sempat tertidur sebentar di perjalanan. Melihat pintu yang sedikit terbuka, Rubby langsung masuk ke dalam.
"Mi.. Mami.. Apa mami kerja ya? Tapi pintunya kog nggak di kunci." Rubby bicara sendiri.
'Ruang keluarga kosong. Dapur kosong. Apa mungkin mami masih di dalam kamar?' Rubby bermonolog sambil terus berjalan.
Krriiettt
Rubby membuka pintu kamar maminya. Betapa terkejutnya dia saat mendapati maminya sedang berbaring tak berdaya di tempat tidur. Matanya terpejam dan bibirnya terlihat pucat. Rubby menjatuhkan tasnya dan berjalan mendekat.
"Rubby, itukah kamu?" tanya mami Rubby lirih.
"Iya, Mami. Ini Rubby. Apa Mami sakit?" tanya Rubby dengan nada khawatir. Dia duduk di sisi ranjang sambil memegang tangan maminya. Panas.
"Mami hanya sedikit pusing," ucap mami Rubby sambil terbatuk - batuk.
"Aku ambilkan makanan dan obat ya, Mi." Rubby hendak beranjak namun di cegah maminya.
"Kamu di sini aja. Mami tidak akan lama." mami Rubby kembali terbatuk.
"Maksud, Mami." Rubby menatap mata sayu maminya. Suara lembut maminya terdengar menggelegar bagai petir yang menyambar.
"Mami sudah tidak kuat lagi, Rubby. Jaga dirimu baik - baik. Bukalah almari mami, disana mami menyimpan uang untuk biaya kuliahmu," ucap mami Rubby pelan dan terputus - putus.
"Mami... maafkan Rubby.. Rubby nggak seharusnya pergi berkemah.. maafkan Rubby Mami.." Rubby mulai terisak.
"Kau tidak salah, Sayang. Mami sudah lama sakit."
"Maafkan Rubby, Mami.. Jangan tinggalin Rubby... Rubby salah.. Rubby sayang Mami..." airmata penyesalan keluar dengan derasnya dari kedua mata Rubby.
Tangan mami Rubby yang sejak tadi di pegang oleh Rubby menjadi dingin. Tangan itu terkulai lemas. Rubby menatap wajah maminya yang pucat. Tersungging senyum yang menarik ke dua sudut bibirnya.
Rubby tak kuasa menahan kesedihannya. Dia menangis meraung - raung. Sesal yang teramat dalam menghimpit hatinya. Seharusnya dia tak meninggalkan ibunya ketika dia sedang mengeluh sakit kepala. Rubby benar - benar sangat menyesal.
Tetangga sekitar Rubby berdatangan. Mereka beramai - ramai mengurus jenazah mami Rubby. Mereka sangan berempati pada Rubby. Kini Rubby menjadi seorang yatim piatu.
Rumah sederhana Rubby penuh sesak dengan lalu lalang para pelayat. Rubby hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun. Tatapannya kosong. Dia seperti hilang semangat saat ini.
Pemakaman mami Rubby berlangsung lancar. Setelah jasadnya selesai di kubur, para pelayat satu per satu berpamitan pada Rubby lalu meninggalkan tempat pemakaman. Rubby tinggal sendirian duduk di samping makam sang mami.
Airmata Rubby sudah tidak keluar lagi. Dia berusaha kuat menghadapi semuanya. Maminya tidak akan tenang di sana jika melihatnya terus bersedih. Saat melihat taburan bunga, dia teringat seseorang yang dia butuhkan saat ini. Tiger Wu.
Rubby meraba kalung di lehernya dan mengeluarkan liontin giok dari balik bajunya.
"Kak Tiger.. Kak Tiger Wu!" panggil Rubby pada liontin itu.
Beberapa detik berselang, secercah cahaya terang keluar dari dalam liontin itu. Muncul sesosok pria tampan yang sangat Rubby kenal. Pria itu ikut berjongkok di samping Rubby.
"Apa yang terjadi, Rubby? Maaf aku tidak mengawasimu karena aku sedang semedi," tanya Wu Jin Ming.
"Kak Tiger, Mami aku meninggal." suara Rubby terdengar serak dan penuh beban.
"Apa? Meninggal? Jadi ini makam ibu kamu?" Wu Jin Ming menunjuk makam yang masih basah di depannya itu.
Rubby mengangguk.
"Kak Tiger... aku tidak punya siapa - siapa lagi sekarang." Rubby kembali terisak.
"Hei, kau jangan menangis. Aku tidak tahan melihatmu bersedih. Kamu masih punya aku," ucap Wu Jin Ming menghibur Rubby. Tangannya mengusap airmata di pipi Rubby.
"Kakak.. maukah kau tinggal di rumahku. Aku takut tinggal sendiri."
"Aku akan menemanimu. Tapi sesekali aku harus kembali ke kalung dimensi."
"Tidak masalah Kak." Rubby tersenyum.
"Kak, apakah kau mau menunjukkan dirimu di depan orang lain?"
"Apa itu harus?"
"Tidak. Kalau tidak mau ya, nggak apa - apa. Aku cuma takut di kira orang gila karena bicara sendiri."
"Hmm.. baiklah. Aku akan menampakkan diriku sekarang."
"Tunggu!"
"Kenapa lagi Rubby?"
"Emm, bisa nggak kamu merubah penampilanmu. Maksudku kamu berpakaian seperti manusia di jaman ini." Rubby sedikit takut mengutarakan keinginannya itu.
"Itu mudah. Tapi aku tidak tahu harus merubah diriku seperti apa?" Wu Jin Ming melihat sekeliling. Tidak ada orang yang bisa dia tiru. Pemakaman itu memang sepi karena hari sudah senja.
Rubby mengeluarkan ponselnya dan mencari foto Xu Kai di google. Setelah foto itu tampil di layar ponselnya, dia segera menunjukkannya pada Wu Jin Ming.
"Seperti dia? Baiklah!" jawab Wu Jin Ming sebelum berdiri.
Secepat kedipan mata Wu Jin Ming berubah menjadi pemuda kekinian yang keren. Rubby sangat terpesona melihat perubahan penampilan Wu Jin Ming. Matanya terbelalak lebar. Dia berdiri dan berjalan mengelilingi Wu Jin Ming. Sempurna.
"Bagaimana?" tanya Wu Jin Ming meminta pendapat.
"Kau sangat tampan Kak Tiger. Aku suka penampilanmu yang sekarang," ungkap Rubby jujur.
"Baiklah. Sebentar lagi malam tiba. Ayo pulang!" ajak Wu Jin Ming.
"Hmm." Rubby berjalan beriringan dengan Wu Jin Ming. Rubby tidak membawa kendaraan, dia tadi ke makam naik mobil jenazah. Mereka menunggu taksi di pinggir jalan untuk pulang.
****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Shai'er
lupa ama nangis nya 🤭
2022-12-26
0
Shai'er
waduh... pilihan yang gak kaleng kaleng , Xu Kai 😍😍😍😍😍😍😍😍
2022-12-26
0
Shai'er
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2022-12-26
0