Wu Jin Ming dan Rubby duduk di bangku taman sambil melihat sekeliling. Malam ini, taman itu lumayan ramai. Banyak muda mudi berpasangan, keluarga yang membawa anak - anaknya juga para pedagang yang berjajar di seluruh penjuru taman.
"Sayang, apa kau ingin makan sesuatu?" tanya Rubby menegakkan tubuhnya yang semula bersandar pada Wu Jin Ming.
"Aku tidak tahu makanan apa yang mereka jual, Rubby. Aku baru mencicipi apa saja yang kau masak untukku setelah sekian lama."
"Maaf, aku lupa." Rubby memamerkan deretan gigi putihnya.
"Aku akan memakan apa yang kamu makan, Rubby." Wu Jin Ming tersenyum, matanya yang teduh membuat Rubby semakin terpesona olehnya.
"Kamu tunggu di sini atau mau ikut? Aku mau beli es krim sama jagung bakar." Rubby berdiri menghadap Wu Jin Ming yang masih terduduk.
"Aku ikut. Rubby, sepertinya aku merasakan hawa siluman di sini. Berhati - hatilah!" bisik Wu Jin Ming setelah berdiri di depan Rubby.
"Aahhh, kau jangan menakut - nakuti aku dong! Apa dia penunggu taman ini?" Rubby melirik kesana kemari melihat kalau - kalau ada yang membahayakan. Tiba - tiba ***** makannya hilang seketika. Keinginannya untuk makan es krim pun menguap entah ke mana.
"Kau tak perlu takut. Aku akan selalu bersamamu. Dia tidak mungkin menampakkan dirinya di dalam keramaian," jelas Wu Jin Ming menenangkan Rubby.
"Aku takut kalau dia tiba - tiba muncul di depanku dengan wujud yang sangat menyeramkan. Bayangan di hutan larangan itu pun masih terbayang di pikirannku." Rubby mengungkapkan kegelisahannya.
"Lupakanlah apa yang aku katakan. Anggap tidak ada yang berbeda dari sebelum aku mengatakannya." Wu Jin Ming menempelkan tubuhnya saling berhadapan dengan Rubby. Tangannya membelai rambut Rubby yang melambai tertiup angin malam.
"Apa kita akan baik - baik saja?" tanya Rubby ragu - ragu.
"Tentu saja. Aku tidak akan membiarkanmu di sakiti oleh siapapun." tatapan Wu Jin Ming kembali meluluhkan hati Rubby.
"Aku percaya padamu." akhirnya Rubby merasa tenang kembali.
"Kau tadi mau beli apa? Ayo, aku temani!" Wu Jin Ming menggenggam tangan Rubby mesra.
"Es Krim sama jagung bakar," jawab Rubby sambil berjalan ke arah penjual es krim.
Wu Jin Ming mengamati sekeliling. Sepertinya hawa siluman itu masih terasa di sekitarnya. Dia simpan sendiri apa yang dia tahu karena tidak ingin membuat Rubby kembali ketakutan.
"Kakak, kau mau rasa apa?" ucapan Rubby memecah konsentrasi Wu Jin Ming.
"Emm, kau samakan saja dengan punya kamu." Wu Jin Ming mana tahu rasa apa yang ada pada setiap warna makanan itu.
"Mix coklat vanila strobery dua, Pak." Rubby memesan dua es krim untuknya dan Wu Jin Ming.
"Baik Non." penjual es krim itu sangat cekatan mengambilkan pesanan Rubby.
"Terima kasih." Rubby menerima es krim itu lalu membayarnya.
Rubby memberikan sebuah es krim untuk Wu Jin Ming dan memegang satu untuknya.
Wu Jin Ming memperhatikan Rubby bagaimana cara memakannya. Dia menirukan apa yang Rubby lakukan. Awalnya dia sedikit tersentak merasakan dinginnya es krim yang meleleh di mulutnya. Lama kelamaan Wu Jin Ming menikmatinya. Dia tidak menyadari es krim yang dia makan belepotan di beberapa bagian wajahnya.
Rubby mencari - cari tisu di dalam tasnya. Tangan yang tidak memegang es krim mengelap noda di wajah Wu Jin Ming. Rubby merasa gemas melihat Wu Jin Ming memutar lidahnya menjilat es krim yang menempel di sekitar bibirnya.
Setelah menghabiskan es krimnya, Rubby mengajak Wu Jin Ming pergi menghampiri penjual jagung bakar. Aromanya sangat harum. Wu Jin Ming menemani Rubby yang sedang mengantri di sana. Perasaannya tidak nyaman. Hawa siluman itu semakin kuat.
Seorang gadis cantik dengan tubuh semampai mendekat ke arah mereka. Dia terus melirik ke arah Wu Jin Ming. Dia menunjukkan ketertarikannya secara terang - terangan di hadapan Rubby. Dengan sengaja gadis itu menempelkan tubuhnya di sisi Wu Jin Ming.
Insting Wu Jin Ming yang kuat mencoba menebak apa yang di inginkan wanita siluman itu. Rubby belum tahu jika gadis yang menggodanya itu seorang siluman yang tertarik padanya. Jika Wu Jin Ming menolaknya secara terang - terangan, dia takut siluman wanita itu menyerang Rubby tanpa dia ketahui.
Hati Rubby merasa sakit melihat suaminya diam saja di goda wanita cantik yang belum di kenalnya. Merasa muak dengan pandangan di depannya, Rubby membuang muka dan kembali mengobrol dengan penjual jagung bakar. Saat kembali menoleh ke belakang, Rubby tidak mendapati suaminya. Rubby ingin segera mencarinya namun pesanannya belum juga selesai. Sabar.
"Dasar laki - laki, di goda cewek bening dikit aja udah klepek - klepek. Mana sih kak Tiger?" Rubby menggerutu sambil membawa jagung bakar yang masih panas.
"Awas ya, kalau aku pergoki sedang bermesraan. Aku jejali tuh mulut pakai jagung bakar panas biar dower sekalian." dengan penuh emosi Rubby mengepalkan tangannya dan menggeretakkan giginya.
"Hai, cewek! Sendirian aja?" sapa seorang laki - laki yang sangat di kenal Rubby menyapanya.
"Arlan!" Rubby berhambur memeluknya.
"Aawhh... panas!" jerit Arlan saat kantong berisi jagung bakar panas itu menyentuk kulitnya.
"Maaf!" Rubby terkekeh ketika menyadari jagung bakarnya mengenai kulit Arlan.
"Ah, kau masih sama saja Rubby. Ceroboh! Dari dulu kamu nggak pernah berubah," ucap Arlan pura - pura kesal.
"Sudah, jangan merajuk seperti anak kecil. Gitu aja cengeng." Rubby tidak mau kalah.
"Hmm, kamu itu. Datang - datang bukannya di sambut dengan ciuman malah di beri hukuman."
"Kau ini, maunya menang sendiri. Kau kesini sendirian atau sama siapa?" tanya Rubby.
"Sendiri. Kamu?" Arlan balik bertanya.
"Aku sama cowokku," jujur Rubby.
"Ha.. ha.. ha.., kau jangan bohong. Kau bukan tipe orang yang pandai berbohong." Arlan menertawakan wajah bod*h Rubby.
"Beneran. Dia lagi pergi ada urusan sebentar. Dia akan segera kembali." Rubby menutupi kepergian Wu Jin Ming.
"Kau harus mengenalkanku padanya. Aku sedih melihatmu punya kekasih. Aku nggak rela Rubby." Arlan pura - pura mewek.
"Apa kamu pernah memikirkanku sedikit saja waktu kau memutuskan untuk pergi ke Paris." Rubby membalas ucapan Arlan.
"Aku pergi untuk belajar. Kau saja yang nggak mau peduli. Menjawab panggilan teleponku saja nggak mau. Kau malah sengaja ganti nomer."
"Aku sebal padamu, Arlan. Aku kesepian tanpamu. Mendengar suaramu hanya akan membuatku semakin merindukanmu."
"Alasan. Bilang saja kamu senang aku pergi. Kau bisa bebas berkencan dengan cowok manapun."
"Hoho... tentu saja. Tidak ada yang menjahiliku sepanjang hari. Hidupku sangat tenang dan nyaman setelah kepergianmu," ucap Rubby ketus.
"Jahat. Di Paris, setiap saat aku merindukanmu. Aku sering titip salam untukmu lewat mami."
"Sudahlah, Arlan. Jangan membahas cerita masa lalu. Sekarang ada hati yang harus ku jaga. Aku tidak ingin kehilangannya." Rubby meyakinkan dirinya untuk menolak segala pesona Arlan. Teman masa kecilnya yang sekarang menjelma menjadi sosok pria dewasa yang sangat tampan.
"Apa kau mencintainya?" tanya Arlan sendu.
****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Shai'er
main peluk aja🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2022-12-26
0
Rwin Dompas
hmmmmm
2022-03-16
2
lidia
so pasti
2022-02-16
1