Betapa sulit nya ketika kau hidup dalam kebingungan dari seseorang,terkadang kau merasa dia begitu mencintaimu namun di lain waktu kau bahkan tidak mengenalinya.
"Kenapa kamu bisa bareng dengan si Maliq,Maliq itu?" Pak Dimas menodong ku dengan pertanyaan aneh nya,begitu aku keluar dari kamar.
"Ya kenapa?memang nya nggak boleh ya pak kalau saya bareng teman saya?"
"Tolong ya,ketika saya nanya jangan jawab dengan pertanyaan juga.Berapa kali saya bilang,nggak semua orang itu baik Ren.Dan kamu nggak bisa langsung percaya gitu aja dengan orang yang baru kamu kenal.Kamu itu masih terlalu labil."
Dengan begitu gampangnya dia melabelin ku dengan kata labil.Dia tidak sadar kalau dia juga labil dengan perasaannya.
"Jadi menurut bapak,siapa yang harus saya percaya?bapak?kenapa saya harus percaya dengan orang yang bahkan dia sendiri nggak percaya dengan diri dan perasaannya sendiri." Oh,God! apa-apaan ini ren,tapi karena sudah terlanjur sekalian saja aku keluarin uneg-uneg ku.
"Ren,maksud kamu apa? Harus nya kamu hubungi saya,kasih tahu ke saya kapan kamu kembali kesini,biar saya bisa menyuruh pak wiryo untuk mengantar kamu kesini."
"Ya udah lah pak,lagian saya sekarang juga udah selamat sampai sini.Dan Bang Maliq itu nggak seburuk seperti yang bapak bayangkan."
Aku langsung berlalu dari hadapannya,turun kelantai bawah untuk bekerja.
Terkadang dia begitu mempedulikan ku.Di lain waktu dia terkesan mengabaikanku.
Kulihat jam menunjukkan pukul 12.15.Karyawan yang lain sedang beristirahat.Aku memilih menidurkan kepalaku di meja kerja.Mata ku terasa begitu berat,tidur di kereta selama empat jam lebih tidak bisa menghilangkan rasa kantuk ku yang sudah terlanjur menumpuk.
"Kalau mau istirahat diatas .Tidur dengan posisi seperti ini nggak nyaman,nanti leher kamu sakit." Aku tau itu suara Pak Dimas,walaupun tidak melihat nya aku sudah hafal suaranya.Aku hafal aroma tubuh nya,bahkan mungkin aku hafal setiap gerak tubuhnya.
Aku memilih tidak menghiraukannya.Kenapa dia sejahat ini,dia selalu memperhatikan ku,namun tidak berniat membalas cintaku.
"Ren,kamu dengar saya kan?"
Aku menghela nafas dan mengangkat wajah ku.Kupandangi wajah nya sesaat,diruangan ini hanya ada kami berdua.
"Pak,ayo kita mencoba berpacaran.Bapak lelaki yang baik dan saya juga perempuan yang baik.Kenapa kita tidak mencoba menjalani ini.Tapi, kalau bapak menolak tawaran saya,saya mohon dengan sangat,berhenti bersikap sebaik ini ke saya."
Akhirnya senekat ini aku mengungkapkannya.Toh ini zaman modern tidak harus selalu pria yang mengungkapkan perasaan terlebih dahulu.Urusan ditolak itu urusan ke tujuh belas.
Yang kulihat Pak Dimas hanya bengong,mungkin dia sedikit shock dengan kata-kataku.
"Ren,kamu sehat? Nggak sedang sakit kan." Dia menempelkan punggung tangannya ke dahi ku.
Aku menepis tangannya pelan.
"Saya sakit pak.Sakit waktu bapak mengabaikan saya.Sakit waktu bapak dekat dengan kak Jennika.Sakit waktu bapak masih baik dan perhatian ke saya tapi cuma karena kasihan sama saya."
"Ren,darimana kamu bisa punya keyakinan kalau saya ini lelaki yang baik? bagaimana kalau saya nggak sebaik yang kamu pikirkan?"
"Nggak apa-apa kalau bapak nggak baik,yang penting saya orang yang baik untuk bapak.Tapi ya sudah lah pak.Saya juga nggak maksa,saya ijin istirahat keatas dulu pak."Aku langsung berlalu naik kekamar ku.
Hahahaha......ternyata aku ditolak dua kali oleh Dimas Sudjatmiko Halim.Aku merasa ini begitu lucu,aku tertawa sampai merasa sakit perut.Aku terus tertawa sampai mengeluarkan air mataku.Air mata ku terus Mengalir tak bisa berhenti.Perlahan suara tawaku berubah menjadi tangisan.Segila ini kah rasa nya mencintai.
Karena lelah aku akhirnya tertidur.Aku terbangun karena suara guruh yang begitu keras.Ini sudah memasuki bulan september,biasa nya akan sering turun hujan sampai di bulan Desember.
Aku bangkit dari tidur ku dan berjalan ke jendela kamar.Hujan turun dengan deras nya,seperti air yang ditumpahkan dari langit.Kulihat jam di dinding,ternyata sudah satu jam aku istirahat.Aku bergegas akan turun,namun aku teringat kalau tadi aku menangis.Cepat-cepat aku mencuci wajahku dan memakai sedikit make up.
Aku mengetikkan pesan kepada Pak Dimas.
"Maaf pak,tadi saya khilaf.Tolong anggap saya nggak pernah bilang apa-apa ke bapak." Aku menunggu sejenak balasannya.Tidak menunggu lama notifikasi masuk ke ponsel ku.
"Saya ingin sekali saja melakukan hal ekstrim dihidup saya.Tolong jangan terlalu dekat dengan Maliq atau lelaki mana pun." Mata ku membola membaca pesan dari nya.Ku ulang berkali-kali membaca pesan dari Pak Dimas.Tanpa sadar aku tertawa sambil melompat-lompat kegirangan di atas matras ku.Aku bahagia,ya aku bahagia.
Aku turun kebawah dengan rasa bahagia,tak seperti musim hujan kali ini,aku merasa sedang berada di musim semi.Aku bahkan ingin terus tersenyum.Aku merasakan ada beratus kupu-kupu berterbangan dikepalaku.
Namun senyum ku langsung memudar,ketika tanpa sengaja kulihat Jennika ada diruangan Pak Dimas.Kenapa Jennika selalu betah diruangan Pak Dimas.Dan Pak Dimas,bisa-bisa nya dengan egois nya dia menyuruh ku menjaga jarak dengan Maliq,sementara dia bebas berdekatan dengan Jennika.
Oh ayo lah Ren,Dimas juga tak mengatakan kalau dia serius dengan hubungan ini.Mungkin dia hanya sekedar coba-coba.Dan ini bukan salah nya,bahkan aku sendiri yang menawarkan diri.
Ada yang bilang cinta pertama bagi seorang pria itu ibarat sebuah noda yang berbekas dan susah hilang.Namun biasa nya cinta pertama itu jarang sekali berhasil.
Ketika aku mendengar kata-kata ini aku merasa begitu beruntung karena aku bukanlah cinta pertama Pak Dimas.Setidak nya aku masih punya kesempatan,walaupun untuk berhasil masih jauh dari kata mungkin.Namun tidak ada salah nya aku mencoba.Bukan kah segala sesuatu itu harus dicoba terlebih dahulu.
Mungkin saat ini masih Jennika jadi pemenang dihati nya.Namun aku akan pelan-pelan membuat nya melupakan Jennika.
Hujan mulai reda,bau petrikor tercium ketika aku berdiri diteras depan kantor.Aku menjulurkan tangan ku merasakan sisa-sisa gerimis yang tertinggal.Aku membiarkan tanganku basah oleh gerimis halus disore ini.
"Masa kecil kurang bahagia." Suara Kak karina terdengar dibelakang ku.
"Dulu aku benci hujan.Karena ketika semua boleh bermain ditengah hujan aku selalu dilarang oleh papa."
"Kenapa?" Kak karin yang sudah berdiri disebelahku merasa penasaran.
"Ya karena setiap aku kehujanan aku akan sakit dan tubuhku akan merah-merah,seperti alergi gitu.Aku ingat terakhir kali aku mandi hujan itu ketika aku berumur sembilan tahun.Setelah itu aku tak berani mandi hujan walaupun aku sangat ingin."
"Ini hujan pertama setelah kemarau,sebaik nya jangan mandi." Tiba-tiba suara Pak Dimas yang datang dari belakang,mengagetkan aku dan kak Karin.
"Siapa juga yang mau mandi,lagian hujannya udah berhenti."Aku menyahuti masih dengan menjulurkan tanganku kedepan.
"Besok-besok kalau hujannya deras kamu bisa coba mandi,tapi sehabis mandi hujan harus mandi air hangat dan makan makanan yang hangat-hangat.Sebenar nya yang membuat kita sakit itu karena suhu tubuh kita yang dibiarkan dingin ketika selesai mandi hujan."Setelah mengatakan ini Pak Dimas berlalu masuk kedalam.
Aku penasaran sebanyak apa dia tadi mendengarkan percakapan ku dengan kak Karin.Aku menoleh pada kak Karin,sesaat kami saling pandang lalu kemudian sama-sama menggedikkan bahu kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments