"Ren,Shareen,bangun ren." Suara yang begitu lembut disertai tepukan lembut,bukan,bukan tepukan lebih tepat nya belaian dipipiku yang mencoba membangunkanku.Mataku terbuka perlahan,kulihat Pak Dimas duduk disebelahku.Kenapa aku masih berada di alam mimpi? Kututup kembali mataku dan ketika kubuka masih Pak Dimas yang ada disebelahku.
Aku bergegas membenarkan posisi duduk ku yang tadi nya bersandar pada nya.Wajahku memerah mengingat kalau ternyata aku benar-benar tidur bersandar di bahu Pak Dimas.Pak Dimas yang mengerti kecanggungan ku langsung mengajakku turun untuk makan.Namun aku menyuruh nya turun terlebih dahulu dan ku katakan kalau akan menyusulnya nanti.
Oh ya ampun ren! aku menepuk-nepuk pipiku guna mengembalikan kesadaranku.Setelah aku mencepol rambut ku aku berjalan turun dari bus.Kulihat Merry juga baru turun dari pintu depan.Aku mendekati Merryana yang seperti nya juga tengah menungguku.
"Nyenyak banget ya tidur nya,pasti keenakan sandaran di bahu pak bos." Merryana mulai meledekku.Bagaimana dia bisa tahu sementara jarak kursi ku dengan nya cukup jauh.
"Ish..mulai lagi lah bumil ini,malas lah kalau udah gini." Aku berpura-pura merajuk.Merryana tertawa kemudian menggandeng lengan ku berjalan masuk ke restoran.
Seperti biasa aku memilih duduk di pojokkan.Kulihat Pak Dimas sudah bergabung dengan Jennika.Seharus nya semua yang kulalui tadi cukup di dalam mimpi saja.Sehingga aku tidak perlu kecewa dengan kenyataannya.
Setelah makan kami melanjutkan perjalanan lagi.Aku tidak berharap Pak Dimas duduk bersamaku lagi.Perjalanan hanya sekitar tiga jam lagi menuju kota R.Aku berencana melanjutkan tidur ku.Namun tiba-tiba ponsel ku berdering,kulihat ada nama papa dilayar.Aku langsung menggeser tombol hijau.
"Asaalamu'alaikum pa!"
"Wa'alaikumsalam Ren,lagi dimana?"
"Lagi dijalan pa mau balik ke kota R."
"Ren,kalau jaraknya kira-kira lebih dekat ke kota T mending kamu pulang kesini dengan kendaraan umum."
"Memang nya kenapa pa?" perasaan ku mulai tidak enak.
"Kakek sudah nggak ada Ren." Bahasa sehalus mungkin yang digunakan papa ku untuk mengatakan orang yang sudah meninggal.Aku kembali teringat dengan mimpi ku tadi.
Setelah aku mengakhiri panggilan,aku segera mendekati Pak Dimas.Aku bilang padanya kalau mau turun disini saja.Pak Dimas awal nya bingung,aku menjelaskan kalau aku baru mendapat kabar kemalangan kalau kakekku meninggal dunia.Jadi aku harus balik ke kota T.
Awal nya dia menolak karena ini sudah malam,pikirnya tidak mungkin aku menunggu bus sendirian.Tapi aku meyakinkannya kalau aku berani dan aku minta diturunkan didepan pertokoan yang ramai.Akhir nya dia setuju.
Begitu aku turun,beruntung nya sebuah bus lewat dari arah berlawanan Pak Dimas langsung memberhentikannya.Aku ditemani Pak Dimas menyebrangi jalan,dia juga berpesan agar aku jangan tidur terlalu lelap.Aku hanya mengangguk mendengar semua wejangan dari nya.
Aku hanya perlu menempuh waktu dua jam untuk sampai ke kota T.Ketika aku turun dari bus, papa sudah menunggu untuk menjemputku.Dirumah sudah ramai pelayat dan sanak saudara.Kakek ku memiliki lima orang anak,dua anak laki-laki dan tiga anak perempuan.Dia memiliki dua puluh tiga cucu dan delapan belas cicit.Bisa dibayangkan ramai nya rumah seperti apa.
Aku tak bisa menahan tangis ketika melihat tubuh kakek yang terbujur kaku.Ini adalah perpisahan yang pasti.Yang sekuat apa pun kita menyangkalnya,kematian itu tetap pasti ada nya.
Aku mencari sosok bang Rahman beserta istri dan anaknya,kemungkinan mereka belum sampai.Malam ini aku memilih tidak tidur,kantuk dan lelah yang kurasakan tiba-tiba menghilang.Berulang kali papa menyuruhku untuk isitirahat namun aku menolak.
Kakek dikebumikan esok hari nya jam 10 pagi.Memang tidak perlu diperlama,karena semua anak-anak nya sudah berkumpul.Aku pun tidak bisa berlama-lama cuti,karena kemarin aku juga baru cuti.Aku memutuskan pulang ke kota R dengan kereta malam ini.
Papa mengantarkan ku ke stasiun kereta jam 11 malam.Kalau perjalanan malam,dia selalu menyuruhku mengambil kelas eksekutif.Katanya biar aku nyaman beristirahat.
Begitu aku mendapatkan kursi sesuai dengan nomor tiket ku aku langsung tertidur.Karena begitu lelap nya aku tidak begitu memperhatikan siapa yang duduk disebelah ku.Ketika kereta berhenti di salah satu stasiun aku terbangun.Kulihat jam diponsel pukul 04.30,berarti stasiun berikut nya adalah stasiun kota R.Aku memutuskan tidak melanjutkan tidurku.Kuambil tisu basah dari tas ku dan mengelap wajahku,untuk menghilangkan efek ngantuk.
Setelah meminum sebotol kecil air mineral aku melirik kesebelahku,betapa terkejut nya aku ternyata yang duduk disebelah ku adalah bang Maliq.
"Ya Allah,bang Maliq!" Aku spontan berseru ketika melihat nya.Dia hanya membalas dengan senyuman.
"Pules banget tidur nya,kalau ada kebakaran pun mungkin susah selamat kalau gitu pules tidur nya." Aku hanya tertawa menanggapi ucapannya.
"Ngomong-ngomong abang naik dari stasiun mana tadi?"
"Dari stasiun kota M,makany abang bisa bilang kamu tidur nya pules banget.Begitu duduk langsung tidur.koq bisa ya?"
Aku tersenyum malu menanggapi Maliq.
Tak berapa lama kereta sampai distasiun kota R.Mobil yang menjemput Maliq sudah menunggu distasiun.Dia menawarkan ku untuk pergi bersama dengan nya ke kota C.Kupikir bang Rahman dan anak istri nya pun masih di kota T jadi aku mengiyakan ajakan Maliq.
Mobil langsung bergerak dengan kecepatan sedang.Maliq juga mengingatkan supir nya untuk lebih santai membawa mobilnya.Maliq mulai membuka obrolan kenapa aku bisa pulang ke kota T padahal aku kemarin mengikuti gathering perusahaan.Aku menceritakan kalau dalam perjalanan pulang aku mendapat kabar duka kalau kakekku meninggal.Mendengar ceritaku dia juga ikut mengucapkan belasungkawa.
Tak lama ponsel ku berdering,pikirku siapa yang menelepon jam enam pagi.Ketika kulihat ternyata Pak Dimas.
"Halo,iya pak."
"Kamu sekarang dimana?rencana mau cuti berapa hari?"
"Ini saya sudah dijalan pak menuju kota C."
"Loh koq bisa?kamu naik apa?sama siapa?"Pak Dimas bertanya tanpa jeda.
"Saya naik mobil pak,sama teman saya." Pak Dimas hanya menjawab oooo dan langsung menutup panggilan.Aku melirik ponsel ku sejenak sebelum memasukkan kembali ke tas ku.
"Siapa yang nelpon ren? bos kamu ya?perhatian juga ya bos kamu,walaupun galak sampai nggak ngasih kamu pintu waktu itu."Maliq mengingatkan kejadian seminggu yang lalu.Aku hanya tersenyum menanggapi nya.
Maliq mengantarkan ku sampai depan kantor.Tadi nya dia ingin mengajakku sarapan bersama,tapi aku menolak karena aku belum mandi takut nya aku akan telat masuk kerja.Dia pun tak berniat memaksa ku lagi.
Namun dia ikut turun dari mobil dan membantu membawakan ransel ku.Kulihat pintu kantor terbuka sedikit dan yang membuatku sedikit terkejut Pak Dimas sudah muncul dari balik pintu.
Setelah mengantarku sampai depan pintu Maliq berpamitan,tak lupa dia mengacak rambut ku sebelum kembali ke mobil.Aku hanya tercengang melihat kelakuannya.Aku malu sekali dengan Pak Dimas yang sedang memandang ku dengan ekspresi yang sulit ku mengerti.Hanya Tuhan beserta staf-staf nya lah yang tahu.Aku tidak begitu memperdulikannya,aku langsung naik keatas untuk mandi dan bersiap-siap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments