Seperti digigit ribuan semut

Dari merry aku mendengar cerita kalau untuk sementara Jennika menggantikan Romi,kasir yang baru saja resign.Dia kelihatan begitu dekat dengan Pak Dimas.Mereka selalu pulang pergi bersama dari kota R ke kota C.Mereka juga akan makan siang bersama.Mereka tertawa bersama.Seperti nya Pak Dimas juga sangat menikmati setiap moment kebersamaannya bersama Jennika.

Aku sendiri semakin jauh dengan nya.Selama masa penyembuhan aku memilih memasak sendiri.Aku memasak nasi yang sedikit lembut,padahal aku tidak begitu suka nasi yang terlalu lembut.Daripada makan nasi jenis ini lebih baik makan bubur sekalian.

Terkadang aku membeli sop,terkadang aku hanya menggoreng telur.Tidak jarang juga kak Karina menawarkan lauk makan siang yang dimasak nya sendiri di kost nya.

Selama ada jennika Pak Dimas juga tidak pernah menginap di mess kantor.Tidak ada jalan-jalan sore lagi,tidak ada makan siang bersama,pun dengan nonton tv bersama.Tiba-tiba aku merindukan itu semua.Aku merasa benar-benar sendirian.

Ponselku pun hanya dipenuhi pesan dari operator.Tidak ada telepon atau pun pesan dari Indra untuk sekedar menanyakan kabar ku.Bahkan ini tidak kuharapkan lagi.Mungkin Indra sudah benar-benar kecewa padaku.

Terkadang aku tertawa sendiri mengingat betapa cepat nya karma itu datang.Baru kemarin aku menempatkan Indra diposisi yang tersakiti dan hari ini aku yang merasakannya sendiri.

Sore ini aku tidak berniat menyelesaikan laporan ku.Aku sedikit lelah dan memutuskan beristirahat.Setelah ku matikan komputerku aku berencana naik ke kamar.Namun ketika melewati ruangan Pak Dimas aku melihat Jennika ada didalam.Mereka berdua tertawa,duduk berhadapan,terlihat seperti pasangan yang sangat serasi.Mereka biasa seperti ini sambil menunggu jemputan Pak Wiryo.Melihat kedekatan mereka,seperti ada ribuan semut yang menggigiti hatiku.

Tanpa sadar tatapanku beradu dengan Pak Dimas yang tidak sengaja melihat ke arah ku.Aku langsung menunduk dan berlalu.Mataku terasa panas,aku benar-benar tidak ingin menangis namun yang kurasakan pipi ku telah basah.Ini adalah air mata pertama ku untuk nya.

Sekuat apa pun kutahan pada akhirnya pertahanan ku runtuh juga.Aku memilih masuk kekamar mandi dan membasuh wajah ku terlebih dahulu.Setelah itu aku kekamar dan langsung tertidur.

Ketika terbangun ku lihat langit sudah gelap.Jam diponsel menunjukkan pukul 20.05.Hari ini Merry tidak tidur di mess,tadi sore suami nya menjemput nya.Berarti malam ini aku hanya sendirian disini.Tiba-tiba aku menjadi takut untuk keluar kamar.

Aku hanya duduk dan memeluk kaki ku diatas tempat tidur.Perut ku lapar,namun rasa lapar ini tak mampu mengalahkan rasa takut ku.Aku teringat tadi saat aku naik Pak Dimas dan Jennika belum pulang,berarti pintu belum dikunci dengan benar.Tapi kenapa mereka tak membangunkan ku waktu mereka mau pulang?Benar-benar keterlaluan manusia-manusia itu.Aku semakin gelisah memikirkan pintu yang belum dikunci.

Tiba-tiba aku mendengar suara ketukan dipintu kamar ku.Aku semakin merinding,apa mungkin itu penunggu mess dan kantor ini.Bagaimana pun juga bangunannya cukup besar.Harus nya malam ini aku menginap saja di kost nya kak Karina .

Suara ketukan terdengar lagi dipintu kamar ku.Aku menarik selimutku menutup seluruh tubuhku.Aku membaca semua surah yang aku hafal.mulai dari surah An-nas,Al Ikhlas,Al falaq dan surah-surah pendek lainnya yang pernah kupelajari semasa sekolah dulu.

Setelah aku membaca surah-surah itu suara ketukan berhenti.Kali ini aku benar-benar berterimakasih kepada guru agama ku dulu.

Namun menit berikut nya terdengar suara ketukan lagi diiringi suara memanggil namaku.

"Ren,Ren...Shareen.." Tunggu,ini terdengar seperti suara Pak Dimas.Tapi tidak mungkin,ini pasti hanya delusi ku.Atau ini suara setan genderuwo yang menyamar.Aku ingat jurus andalan terakhir ku adalah membaca ayat kursi,karena biasa nya difilm horor yang pernah kulihat ketika ustadz membacakan ayat kursi setannya akan menjerit-jerit kepanasan.

Namun baru setengah aku baca aku lupa sambungannya.Harus nya ini wajar terjadi kalau kita lagi ketakutan.Tiba-tiba aku mendengar pintu kamar ku terbuka secara perlahan.Aku memang jarang mengunci nya kecuali ketika aku ingin berganti pakaian.Aku langsung menjerit didalam selimut.

"Ren,ren kenapa,ini aku Dimas."Pak Dimas mengguncang tubuh ku.Dan berusaha menyibakkan selimutku.Aku terus menjerit sambil menangis.

"Hey ren,ini aku Dimas,Kamu kenapa?"

Aku mencoba membuka mataku, yang pertama kulihat adalah kaki nya.Karena kata nya kalau setan kaki nya pasti melayang tidak menginjak bumi.

"Serius ini Pak Dimas?" Aku masih ragu sambil terus memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Ya iya lah ini aku.Memang nya siapa?setan?"

"Ya aku pikir memang gitu tadi nya."Aku menjawab dengan lugu nya.Pak Dimas hanya geleng-geleng kepala melihat ku.

"Ya sudah,kamu belum makan kan? dari tadi kamu tidur nggak bangun-bangun,kapan sembuh nya kalau makan saja nggak teratur."

Aku berjalan mengekori Pak Dimas keluar dari kamar.

Kulihat dimeja makan sudah ada beberapa jenis masakan.Ada omlete,ada cap cai,dan ada ayam goreng.Kalau omlete aku yakin dia yang masak sendiri,nah kalau capcai dan ayam goreng dia nemu dimana?

"Ini bapak yang masak sendiri?"

"Saya cuma masak omlete sama cap cai nya,kalau ayam nya saya beli.Sudah makan saja."

Pak Dimas tak berniat meladeni ocehan ku.Masakan pak dimas memang lumayan enak.Tapi aku tidak bisa makan banyak.Aku takut perut ku sakit.

"Makan kamu sekarang koq sedikit sekali?perut kamu masih sakit ya?"

"Udah nggak sakit sih pak,cuma aku jadi takut sekarang kalau makan banyak."

Pak Dimas tak bertanya lagi dia hanya melanjutkan makannya.Dan akhirnya dia yang menghabiskan sisa makanannya.

Aku masih menatapnya,rasanya dihari yang akan datang tak akan ku temui moment seperti ini.Padahal beberapa hari ini aku sudah berhasil menjaga jarak dengannya.Namun malam ini kedekatan kami tercipta kembali.Lalu bagaimana aku harus melalui esok hari.

"Ih si bapak kurus-kurus makannya kuat juga ya." aku sedikit meledek nya.

"Saya paling nggak bisa buang-buang makanan."jawaban yang singkat padat dan jelas.

"Hmmm...koq tumben bapak nggak balik ke kota R?"

"Ya karena kamu sendirian disini,kalau ada apa-apa kan aku juga yang repot.Tadi saja sudah jerit-jerit kayak liat setan."

Aku hanya mencibir mendengar jawabannya.

"Kamu harus sehat,karena minggu depan kantor akan mengadakan acara gathering diluar kota.Dan seluruh karyawan pusat dan cabang wajib ikut."

"Koq mendadak ya?"

"Nggak ada yang mendadak, ini memang tiap tahun diadakan.Kalau kamu sakit, gimana mau ngikutin acaranya.Biasa nya game nya banyak dan seru-seru."

Aku hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan dari nya.

Malam ini aku tidur dikamar dan Pak Dimas diruang tv.Aku tidak berani kalau dia tidur dikamar nya.

Malam ini aku pikir aku hanya sendiri,tapi ternyata Pak Dimas masih perhatian.Terlepas dari alasannya karena tanggung jawabnya sebagai atasan,yang terpenting aku bahagia.

Episodes
1 Dimas Sudjatmiko Halim
2 Kebaikan dipagi hari
3 Batal mengagumi
4 Malam minggu dengan Pak Dimas Sudjatmiko
5 Aku Telah Kalah
6 Tak Seperti Romeo dan Juliette
7 Sop yang manis..
8 Tak ditakdirkan bersama..
9 Kopi Original vs kopi creamer
10 Kita akhiri dengan cara yang baik
11 Hanya perhatian kecil
12 Seperti digigit ribuan semut
13 Tragedi saos cabai
14 Seperti musim yang selalu berubah..
15 Perih tapi tak berdarah..
16 Seperti memeluk pohon kaktus
17 Tolong berhenti bersikap baik kepadaku
18 Pundak yang hangat
19 Berita duka kepergian kakek
20 Saya orang yang baik..
21 Sampai mana mampu bertahan
22 Dia cantik kan?
23 Seandainya jadi seorang istri..
24 Terikat cinta pertama
25 Masih ingin terus mencobanya..
26 Masa depan ku ingin bersamamu
27 Ini benar-benar cinta..
28 Tawaran dari Maliq
29 Pria di kereta itu aku
30 Ingin menua bersamanya.
31 Merasa jadi wanita yang beruntung
32 Kenapa dia harus sebaik ini..
33 Aku tak mungkin berpaling
34 Ada banyak hati yang harus dijaga
35 Aku menerima tawarannya
36 Dia menangis untukku
37 Dia hanya singgah sementara
38 Rindu yang tak berujung
39 Perjalanan terakhir
40 Shareena Hashi,aku mencintai mu
41 Selamat tinggal Dimas Sudjatmiko Halim
42 Rezeki bertemu dengan orang-orang baik
43 Aku masih merindukannya
44 Lebih sulit melupakan daripada mencintai
45 Merasa terberkati
46 Itukah kamu?
47 Hidup yang penuh berkah
48 Pengalaman pertama di kantor polisi
49 Ada sebagian hal yang harus direlakan
50 Pertemuan di kereta
51 Kangen ngobrol dengan kamu
52 Dia berencana melamarku?
53 Dia berubah
54 Seperti orang asing
55 Proyek gagal
56 Ayo kita menikah
57 Shareena Hashiku sudah dewasa.
58 Lelaki yang ku ingin kan
59 kecewa..
60 Kabar yang menyesakkan
61 Pernikahan tanpa restu
62 Pengantin yang benar-benar baru.
63 Pujian dari ayah mertua untuk masakan pertamaku.
64 Siang pertama
65 Penyakit lama datang lagi
66 Wanita dan seorang anak kecil
67 menerka-nerka...
68 Mencintai 70% saja.
69 Apa dia berniat menikah lagi dimasa depan?
70 Apa kamu hamil?
71 Aku merindukan nya..
72 Merasa sendirian
73 Dia sudah kembali
74 Melepas Rindu..
75 welcome baby Davino..
76 Kehilangan...
77 Setuju bercerai..
78 Mereka terlihat mirip sekali
79 Kisah yang belum usai..
80 The End..
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Dimas Sudjatmiko Halim
2
Kebaikan dipagi hari
3
Batal mengagumi
4
Malam minggu dengan Pak Dimas Sudjatmiko
5
Aku Telah Kalah
6
Tak Seperti Romeo dan Juliette
7
Sop yang manis..
8
Tak ditakdirkan bersama..
9
Kopi Original vs kopi creamer
10
Kita akhiri dengan cara yang baik
11
Hanya perhatian kecil
12
Seperti digigit ribuan semut
13
Tragedi saos cabai
14
Seperti musim yang selalu berubah..
15
Perih tapi tak berdarah..
16
Seperti memeluk pohon kaktus
17
Tolong berhenti bersikap baik kepadaku
18
Pundak yang hangat
19
Berita duka kepergian kakek
20
Saya orang yang baik..
21
Sampai mana mampu bertahan
22
Dia cantik kan?
23
Seandainya jadi seorang istri..
24
Terikat cinta pertama
25
Masih ingin terus mencobanya..
26
Masa depan ku ingin bersamamu
27
Ini benar-benar cinta..
28
Tawaran dari Maliq
29
Pria di kereta itu aku
30
Ingin menua bersamanya.
31
Merasa jadi wanita yang beruntung
32
Kenapa dia harus sebaik ini..
33
Aku tak mungkin berpaling
34
Ada banyak hati yang harus dijaga
35
Aku menerima tawarannya
36
Dia menangis untukku
37
Dia hanya singgah sementara
38
Rindu yang tak berujung
39
Perjalanan terakhir
40
Shareena Hashi,aku mencintai mu
41
Selamat tinggal Dimas Sudjatmiko Halim
42
Rezeki bertemu dengan orang-orang baik
43
Aku masih merindukannya
44
Lebih sulit melupakan daripada mencintai
45
Merasa terberkati
46
Itukah kamu?
47
Hidup yang penuh berkah
48
Pengalaman pertama di kantor polisi
49
Ada sebagian hal yang harus direlakan
50
Pertemuan di kereta
51
Kangen ngobrol dengan kamu
52
Dia berencana melamarku?
53
Dia berubah
54
Seperti orang asing
55
Proyek gagal
56
Ayo kita menikah
57
Shareena Hashiku sudah dewasa.
58
Lelaki yang ku ingin kan
59
kecewa..
60
Kabar yang menyesakkan
61
Pernikahan tanpa restu
62
Pengantin yang benar-benar baru.
63
Pujian dari ayah mertua untuk masakan pertamaku.
64
Siang pertama
65
Penyakit lama datang lagi
66
Wanita dan seorang anak kecil
67
menerka-nerka...
68
Mencintai 70% saja.
69
Apa dia berniat menikah lagi dimasa depan?
70
Apa kamu hamil?
71
Aku merindukan nya..
72
Merasa sendirian
73
Dia sudah kembali
74
Melepas Rindu..
75
welcome baby Davino..
76
Kehilangan...
77
Setuju bercerai..
78
Mereka terlihat mirip sekali
79
Kisah yang belum usai..
80
The End..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!