Malam minggu dengan Pak Dimas Sudjatmiko

Aku baru tahu kalau ada orang yang sependiam dan secuek Pak Dimas Sudjatmiko ini.Bagaimana dia bisa tahan tak berinteraksi dengan orang lain selama satu jam diseparuh perjalanan kami dari kota C ke kota R.Dia hanya sibuk dengan gawai nya,sesekali dia akan menguap dan memejamkan mata nya.Tak ku pungkiri sih dari tadi aku memang memperhatikannya.Tapi itu tak lebih dari rasa penasaranku saja.

"Jadi mbak Shareen ini memang asli dari kota R ya?"Pak wiryo pria yang ku taksir berusia diatas 40 tahun yang bekerja sebagai supir perusahaan mencoba memecah kesunyian kami.Seperti nya bukan aku saja yang mulai merasa bosan dalam mobil ini.

"Nggak pak,saya sih lahir dan besar di kota T.Disini saya tinggal dengan kakak saya.Pak Wiryo nggak usah panggil mbak,panggil nama saja pak."Aku menjawab pertanyaan pak Wiryo dengan sedikit antusias.Masa bodoh jika Pak Dimas Sudjatmiko ini terganggu dengan percakapan kami.Tapi seperti nya dia tak terpengaruh sama sekali.Bukti nya dia masih sibuk dengan gadget nya.

"Oooo,rumah kakak nya Shareen dijalan apa kalau boleh tahu?"Pak wiryo melanjutkan percakapan kami.

"Dijalan cemara yang nggak ada pohon cemara nya sama sekali pak."Aku mulai menyelingi percakapan dengan sedikit candaan.Kulihat Pak Wiryo mulai terkekeh.Bagaimana dengan Pak Dimas,seperti nya dia memang manusia yang minim ekspresi.

Percakapan kami mengalir begitu saja.Mulai dari membahas usia ku yang masih 18 tahun,yang masih terlalu muda untuk hidup mandiri merantau ke kota orang.Kuakui diusiaku ini aku memang masih labil.Terbukti dengan perasaan ku yang tidak konsisten dan mudah goyah.Kemarin aku masih sempat terkagum-kagum dengan kepribadian dan kebaikan Pak Dimas Sudjatmiko.Dan hari ini aku sampai misuh-misuh menyumpahi nya.

Teringat kejadian tadi pagi hanya gara-gara aku lupa menghidupkan mesin air untuk mengisi tangki penampungan air ketika mandi.Memang sebelum nya pak Dimas sudah mengingatkan,kalau mandi mesin air dihidupkan untuk mengisi stok air dipenampungan karena tangki air kalau pagi pasti kosong.Mengantisipasi kalau-kalau mati listrik karena mesin genset masih dalam perbaikan.Dan aku yang terlalu asyik menikmati kegiatan mandi ku lupa menghidupkan mesin air.Sial nya tak berapa lama Listrik padam dan Naas nya air di bak mandi tinggal sedikit.Bisa ketebak dong bagaimana perubahan raut wajah Pak Dimas,yang terpaksa mandi menggunakan air minum isi ulang.

"Lain kali kalau saya suruh mengerjakan sesuatu langsung dikerjakan jangan pakai nanti-nanti.Kamu tau nggak ada istilah sedia payung sebelum hujan.Ya untuk kejadian seperti ini.Bisa bayangin nggak kalau seandainya listrik mati sampai 4 atau 5 jam sementara stock air kita nggak ada.Lain kali jangan samakan kamu tinggal di Mess ini dengan kamu tinggal dirumah kamu sendiri."Pak Dimas yang aslinya pendiam bisa merepet begitu panjang sepanjang jalan kenangan hanya gara-gara masalah air.

Aku yang merasa kesalahanku yang tak terlalu fatal mendengar wejangannya ini membuat hatiku sedikit mencelos.Lagian kesalahanku ini nggak sampai membuat perusahaan ini bangkrut.Pak Dimas nya saja yang terlalu lebay.

Setelah panjang lebar dia bicara aku hanya mengucapkan kata maaf berkali-kali.

Tanpa terasa kami sudah sampai di kota R.Dan yang ku ingat selama perjalanan dua jam ini Pak Dimas hanya mengucapkan satu kalimat,Itu pun dia tujukan untuk Pak Wiryo."Pak,hari senin kita agak pagian berangkat nya ya!"

Pak wiryo hanya menjawab iya diiringi anggukkan kepala nya.

Aku berdiri menunggu angkutan umum lewat sambil berbalas pesan dengan Rilla teman semasa SMA ku dulu.Tiba-tiba sebuah motor sport berhenti dihadapanku.Kuliat Pak Dimas yang mengendarainya.Awal nya kupikir dia ingin menawarkan tumpangan,ternyata dia cuma mengingatkan kalau hari senin pagi kami berangkat ke kota C pukul 6 pagi.Dan kemudian berlalu dari hadapanku.

Inikah pimcab yang katanya paling baik dan selama ini selalu diagung-agungkan dikantor.Apa memang cuma dengan ku dia bersikap seperti ini.

Sudah hampir satu jam aku berdiri namun tsj ada satu pun angkutan umum yang lewat.Mungkin karena sudah terlalu malam.Karena lelah berdiri,aku memutuskan untuk duduk dipinggir trotoar.Masa bodoh jika orang pada berpikir kalau saat ini aku mirip seperti pengemis kaki lima.

Mataku silau oleh sorotan lampu motor yang ditembakkan ke arah ku.Kulihat pak Dimas diatas motor nya tapi sudah dengan pakaian yang berbeda dari yang dipakainya tadi.Mungkin dia sudah mandi,sudah makan,bahkan mungkin sudah sempat tidur-tiduran.Sementara aku masih menggunakan kemeja dan celana jeans yang tadi pagi aku pakai.Aku segera berdiri mengibas-ngibaskan celana jeans ku.

"Dari tadi belum dapat angkutan ya?"Pak Dimas membuka helm nya sambil bertanya padaku.

"Terlalu basa basi hidup mu pak,kalau aku sudah dapat angkutan mana mungkin masih ada disini."Namun kalimat ini hanya kuucapkan didalam hati ku.

"Belum pak."Aku menjawab dengan singkat tak ingin berbasa basi dengannya.

"Ya sudah yuk biar saya antar."Pak Dimas menawarkan tumpangan sambil menstarter motor nya.Ada senyum semringah yang terpampang diwajahku dan tanpa pikir panjang aku langsung naik dan duduk manis diboncengan.

Motor melaju dengan kecepatan sedang.Jalanan mulai padat oleh kendaraan yang didominasi oleh roda dua.Aku baru sadar kalau malam ini malam minggu.

Tepat dipersimpangan empat Pak Dimas berbelok kekiri.

"Loh pak,rumah abang saya kan terus bukan belok kekiri."Aku bertanya dengan sedikit bingung.

"Iya saya tahu,cuma sekarang saya laper kita makan dulu ya."Pak Dimas berbicara kemudian menghentikan motor nya didepan warung bakso yang cukup ramai pengunjung nya.

Aku turun dan berjalan mengekori nya dari belakang.Sekarang setiap makan menu yang satu ini aku selalu ingat tragedi bakso yang ditraktir Pak Dimas kemarin.

"Disini bakso nya enak,ada pake tetelan juga.Lebih enak dari yang kemarin pernah saya belikan untuk kamu."Pak Dimas sudah seperti Bondan Winarno si pengamat kuliner.

Kami duduk dipojokkan,ku lihat tempat makan ini lebih didominasi oleh anak-anak muda.Apa mungkin karena malam minggu,ku lihat yang makan rata-rata adalah pasangan.

Aku baru sadar kalau aku dan Pak Dimas sudah seperti pasangan yang menghabiskan malam minggu berdua.

"Pak Dim nggak jalan sama pacar bapak,ini kan malam minggu?"Iseng aku bertanya,dan sekarang aku lebih senang membuat panggilan pendek untuk nya.

Pak Dimas tak menjawab pertanyaanku,dia sepertinya tak berniat untuk menjawab dan lebih memilih membuka gadget nya.

Aku tak melanjutkan pembahasan karena pesanan kami juga sudah datang.Aku mulai mencicipi kuah bakso nya.Segar dan terasa ada manis-manis nya.

"Enak nggak?"Pak Dimas bertanya sambil memandangi wajahku.Baru kali ini Pak Dimas berbicara sambil menatap wajahku dengan durasi yang cukup lama.

"Enak,enak kok pak.Lebih enak dari yang waktu itu."Aku menjawab sambil mengangguk-angguk kan kepalaku dengan antusias.Seolah-olah aku setuju kalau dia memang jago memilih tempat makan.Kulihat senyum tersungging disudut bibir nya.Ya dia memang benar-benar manusia minim ekspresi.

Setelah makan bakso,Pak Dimas tak langsung mengantar ku pulang.Dia membawa ku berkeliling kota R.Kota ini terlihat lebih hidup dimalam hari,karena dipenuhi dengan lampu disepanjang jalannya.Akhirnya tanpa terencana kami menghabiskan malam minggu berdua.

Episodes
1 Dimas Sudjatmiko Halim
2 Kebaikan dipagi hari
3 Batal mengagumi
4 Malam minggu dengan Pak Dimas Sudjatmiko
5 Aku Telah Kalah
6 Tak Seperti Romeo dan Juliette
7 Sop yang manis..
8 Tak ditakdirkan bersama..
9 Kopi Original vs kopi creamer
10 Kita akhiri dengan cara yang baik
11 Hanya perhatian kecil
12 Seperti digigit ribuan semut
13 Tragedi saos cabai
14 Seperti musim yang selalu berubah..
15 Perih tapi tak berdarah..
16 Seperti memeluk pohon kaktus
17 Tolong berhenti bersikap baik kepadaku
18 Pundak yang hangat
19 Berita duka kepergian kakek
20 Saya orang yang baik..
21 Sampai mana mampu bertahan
22 Dia cantik kan?
23 Seandainya jadi seorang istri..
24 Terikat cinta pertama
25 Masih ingin terus mencobanya..
26 Masa depan ku ingin bersamamu
27 Ini benar-benar cinta..
28 Tawaran dari Maliq
29 Pria di kereta itu aku
30 Ingin menua bersamanya.
31 Merasa jadi wanita yang beruntung
32 Kenapa dia harus sebaik ini..
33 Aku tak mungkin berpaling
34 Ada banyak hati yang harus dijaga
35 Aku menerima tawarannya
36 Dia menangis untukku
37 Dia hanya singgah sementara
38 Rindu yang tak berujung
39 Perjalanan terakhir
40 Shareena Hashi,aku mencintai mu
41 Selamat tinggal Dimas Sudjatmiko Halim
42 Rezeki bertemu dengan orang-orang baik
43 Aku masih merindukannya
44 Lebih sulit melupakan daripada mencintai
45 Merasa terberkati
46 Itukah kamu?
47 Hidup yang penuh berkah
48 Pengalaman pertama di kantor polisi
49 Ada sebagian hal yang harus direlakan
50 Pertemuan di kereta
51 Kangen ngobrol dengan kamu
52 Dia berencana melamarku?
53 Dia berubah
54 Seperti orang asing
55 Proyek gagal
56 Ayo kita menikah
57 Shareena Hashiku sudah dewasa.
58 Lelaki yang ku ingin kan
59 kecewa..
60 Kabar yang menyesakkan
61 Pernikahan tanpa restu
62 Pengantin yang benar-benar baru.
63 Pujian dari ayah mertua untuk masakan pertamaku.
64 Siang pertama
65 Penyakit lama datang lagi
66 Wanita dan seorang anak kecil
67 menerka-nerka...
68 Mencintai 70% saja.
69 Apa dia berniat menikah lagi dimasa depan?
70 Apa kamu hamil?
71 Aku merindukan nya..
72 Merasa sendirian
73 Dia sudah kembali
74 Melepas Rindu..
75 welcome baby Davino..
76 Kehilangan...
77 Setuju bercerai..
78 Mereka terlihat mirip sekali
79 Kisah yang belum usai..
80 The End..
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Dimas Sudjatmiko Halim
2
Kebaikan dipagi hari
3
Batal mengagumi
4
Malam minggu dengan Pak Dimas Sudjatmiko
5
Aku Telah Kalah
6
Tak Seperti Romeo dan Juliette
7
Sop yang manis..
8
Tak ditakdirkan bersama..
9
Kopi Original vs kopi creamer
10
Kita akhiri dengan cara yang baik
11
Hanya perhatian kecil
12
Seperti digigit ribuan semut
13
Tragedi saos cabai
14
Seperti musim yang selalu berubah..
15
Perih tapi tak berdarah..
16
Seperti memeluk pohon kaktus
17
Tolong berhenti bersikap baik kepadaku
18
Pundak yang hangat
19
Berita duka kepergian kakek
20
Saya orang yang baik..
21
Sampai mana mampu bertahan
22
Dia cantik kan?
23
Seandainya jadi seorang istri..
24
Terikat cinta pertama
25
Masih ingin terus mencobanya..
26
Masa depan ku ingin bersamamu
27
Ini benar-benar cinta..
28
Tawaran dari Maliq
29
Pria di kereta itu aku
30
Ingin menua bersamanya.
31
Merasa jadi wanita yang beruntung
32
Kenapa dia harus sebaik ini..
33
Aku tak mungkin berpaling
34
Ada banyak hati yang harus dijaga
35
Aku menerima tawarannya
36
Dia menangis untukku
37
Dia hanya singgah sementara
38
Rindu yang tak berujung
39
Perjalanan terakhir
40
Shareena Hashi,aku mencintai mu
41
Selamat tinggal Dimas Sudjatmiko Halim
42
Rezeki bertemu dengan orang-orang baik
43
Aku masih merindukannya
44
Lebih sulit melupakan daripada mencintai
45
Merasa terberkati
46
Itukah kamu?
47
Hidup yang penuh berkah
48
Pengalaman pertama di kantor polisi
49
Ada sebagian hal yang harus direlakan
50
Pertemuan di kereta
51
Kangen ngobrol dengan kamu
52
Dia berencana melamarku?
53
Dia berubah
54
Seperti orang asing
55
Proyek gagal
56
Ayo kita menikah
57
Shareena Hashiku sudah dewasa.
58
Lelaki yang ku ingin kan
59
kecewa..
60
Kabar yang menyesakkan
61
Pernikahan tanpa restu
62
Pengantin yang benar-benar baru.
63
Pujian dari ayah mertua untuk masakan pertamaku.
64
Siang pertama
65
Penyakit lama datang lagi
66
Wanita dan seorang anak kecil
67
menerka-nerka...
68
Mencintai 70% saja.
69
Apa dia berniat menikah lagi dimasa depan?
70
Apa kamu hamil?
71
Aku merindukan nya..
72
Merasa sendirian
73
Dia sudah kembali
74
Melepas Rindu..
75
welcome baby Davino..
76
Kehilangan...
77
Setuju bercerai..
78
Mereka terlihat mirip sekali
79
Kisah yang belum usai..
80
The End..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!