"Jika ada kata-kata yang menyakitimu,'menunduklah' dan biarkan ia 'melewatimu' jangan dimasukkan hati agar tidak lelah hati mu."
(Ali bin Abi Thalib)
Itu lah yang kurasakan sekarang.Aku hanya menunduk.Aku tahu disini aku yang salah.Aku tak ingin dan tak berniat menjawab Pak Dimas.
"Saya heran,kenapa kamu bisa-bisa nya mau begitu saja keluar dengan orang yang baru saja kamu kenal? Apa kamu nggak takut?Atau kamu terlalu haus perhatian?"
Tes,setetes bening jatuh dipipiku.Aku tak sanggup menahannya.Terlalu menyakitkan kata-kata yang keluar dari mulut Pak Dimas.
"Iya bapak benar,saya orang yang haus perhatian.saya orang yang selalu ingin disayangi dan dicintai.Saya ingin menjadi orang yang selalu di istimewakan dan diinginkan."Namun ini semua hanya berani kusuarakan dalam hati ku.
"Maaf,kalau kata-kata saya sudah kelewatan.Kamu boleh keluar sekarang." Aku hanya mengangguk dan keluar dari ruangannya.
Merryana yang tadi nya ingin menanyakan sesuatu,begitu aku keluar dari ruangan Pak Dimas hanya terdiam melihat mataku yang memerah.Mungkin dia tahu aku habis menangis.
Aku berusaha biasa melewati hari yang tak biasa ini.Ketika jam istirahat aku menyuruh Merry dan yang lainnya untuk istirahat lebih dulu.Kami memang harus bergantian ketika jam istirahat.
Kulihat pesan masuk di ponselku.
"Assalamu'alaikum ren,makan siang apa hari ini? nggak makan mie sop kuah saus kan?"
aku tersenyum membaca pesannya.
"Nggak lah bang,masak aku tiap hari makan mie sop."
"Pengen ngajak makan malam bareng lagi tapi nggak berani,hehehe..takut shareen nya nggak dikasih pintu lagi."
"wkwwkwk iya kan bang,aduh boss aku galak banget."
Istirahat ini diisi dengan obrolan ku dengan Maliq,lumayan masih ada penghibur saat hati lagi sedih.
Tiba-tiba Jennika menghampiri ku.Dia ingin meminjam komputer kata nya ingin mengirim email.Aku mempersilahkannya,dan menggeser duduk ku ke kursi yang ada disebelahku.Kuperhatikan wajah Jennika yang begitu mulus,tanpa ada pori-pori.Bagaimana Tuhan bisa menciptakan manusia sesempurna ini.Dia memiliki kulit yang putih,wajah yang mulus,mata yang tak terlalu sipit juga tak terlalu besar.Ketika dia tertawa ada lengkungan dipipi nya.
Aku langsung berpaling melihat keluar kantor.Makin lama aku melihat wajah Jennika akan membuat ku semakin tak bersyukur dengan keadaanku.
Aku ingat,papa pernah bilang semua perempuan itu cantik.Bahkan yang berkulit gelap sekalipun.Karena standart kecantikan itu beda-beda untuk setiap orang.Setiap orang itu diciptakan Tuhan istimewa jadi nggak perlu minder.Tuhan ciptakan sudah sesuai dengan porsi nya,dan pasti ada alasan Tuhan menciptakan kita dengan warna kulit,bentuk tubuh dan wajah yang seperti ini.
Papa itu memang jago menghibur dan menjadi mood booster.
Tak berapa lama Pak Dimas keluar ruangannya dan mendekati Jennika.Mungkin mereka akan makan siang bersama.Mereka berjalan berdampingan keluar kantor.Masih perasaan sama yang kurasakan,perih namun tak berdarah.
Seharus nya aku tak boleh melewatkan makan siang ku.Tapi aku benar-benar tidak berselera makan hari ini.Kulihat obat-obatan ku masih cukup banyak.Aku heran kenapa dokter cerewet itu memberikan ku stock obat yang begitu banyak.Apa dia berniat merusak ginjal ku.
Ketika yang lain mulai kembali dari istirahat nya.Aku bilang ke Merry kalau aku akan tidur siang sebentar diatas.Merry sempat bertanya kenapa aku tidak makan siang.Aku hanya menjawab tak berselera makan.
Aku naik ke kamar ku,merebahkan tubuhku menatap langit-langit kamar.Aku teringat kata-kata Pak Dimas tadi.Seperti kaset rusak yang berputar berulang-ulang dikepalaku.Jahat sekali memang mulut Pak Dimas itu,lebih jahat dari gula yang sering digaung-gaungkannya sebagai salah satu pemicu diabetes.
Kulihat ada pesan masuk di ponsel ku,dari Pak Dimas.Aku hanya mencibir,masih terlalu kesal dengan sikap nya tadi.
"Sudah makan siang?"
"Belum."Aku menjawab singkat.
"Saya belikan sup ya!"
Ish dasar,dia pikir rasa sakit hatiku ini bisa terbayar hanya dengan semangkuk sup.Kalau cuma sup doang aku juga masih bisa membeli nya.cuihh..
"Nggak usah pak,saya lagi nggak selera makan."
"Saya udah terlanjur beli saya letak dimeja makan.Kalau nggak kamu makan mubazir,dosa kamu yang tanggung sendiri."
Ish dasar apa-apaan ini pakai ngancam bawa-bawa dosa.Lagian dia sudah beli sup nya baru nawarin aku.
Aku bergegas keluar kamar,dan benar saja ada semangkuk sup dimeja.Dari pada berdosa aku lebih memilih menghabiskannya.
Selesai makan aku langsung turun.Ketika melewati ruangan Pak Dimas dia lagi asik dengan gadget nya.Aku hanya berlalu tanpa berniat berterimakasih.Lagian aku masih sakit hati dengannya.
Sepulang kerja kami briefing membahas acara gathering yang diadakan Minggu depan.Kami dari cabang kota C harus berkumpul di kantor pusat kota R.Rencana nya berangkat dengan bus pariwisata.Kami akan menginap 2 malam.
Selama briefing aku hanya diam mendengarkan.Yang lain pada bertanya, aku lebih memilih sibuk dengan gadget ku.Sebenarnya aku tidak berselera ikut gathering ini.Namun Yudha teman satu divisi waktu aku di kantor pusat memaksa ku untuk ikut.Karena dia juga ikut.
Briefing berjalan setengah jam saja.Karena Pak Dimas harus pulang ke kota R bersama kekasih hati nya Jennika.Begitu briefing selesai aku orang pertama yang keluar dari ruangannya.
Karena aku terlalu terburu-buru aku menyenggol guci yang ada disudut ruangan Pak Dimas,guci itu jatuh dan pecahannya menancap di kaki ku.Kebetulan tadi aku sudah mengganti sepatu ku dengan sandal jepit.Darah mengucur dengan deras dari kaki ku.
Karyawan perempuan yang lain menjerit melihat kaki ku yang berdarah.Melihat darah yang cukup banyak aku langsung pucat dan lemas.Aku tidak tahu siapa yang memapahku masuk ke mobil,dan pak wiryo langsung membawaku ke klinik umum yang hanya ada satu dikota ini.
Karena luka ku cukup dalam dan darah terus mengalir dokter memutuskan untuk menjahit luka ku.Setelah lukaku selesai ditangani aku langsung kembali ke mess.Kali ini Pak Dimas yang memapahku keatas.Awalnya aku menolak nya, aku bilang aku bisa berpegangan dengan besi pegangan tangga.Namun dia bersikeras untuk membantu ku.
Terlalu banyak luka yang ku alami hari ini.Dari luka yang tidak berdarah,sampai luka yang berdarah-darah.Kalau di drama korea,dikehidupan yang lalu aku pasti pernah menghianati negara.Makanya aku bisa sesial ini hari ini.
Tiba-tiba aku tertawa sambil menangis,Merryana yang sedang tiduran di sebelah ku terkejut melihat ku.
"Astaghfirullah,Ren ngucap ren.Kamu kenapa? nggak lagi kesambet kan ren."
Aku hanya tertawa kembali melihat ekspresi Merryana,kemudian menangis lagi mengingat kesedihan ku.Dan akhirnya aku tertidur tanpa mandi dan tanpa berganti pakaian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments